Tuntutan
Revolusi dalam Dua Sajak (Pernyataan & Pidato Seorang Demonstran)
Karya Mansur
Samin
Oleh: Amazona Dwi Pertiwi
Dalam kehidupan
bermasyarakat memang tak dapat sepenuhnya memalingkan muka dari kondisi sosial
dan lingkungan sekitar kita. Entah sesibuk apa kita dengan kehidupan kita, tapi
daun telinga kita belum tertutup, masih menuntut kepekaan terhadap kabar apa
yang berbisik dari mulut orang-orang di sekitar kita. Seperti halnya Mansur
Samin yang juga menunjukkan sikap pro terhadap masyarakat yang tergilas dalam
kecurangan orang-orang berjas. Mansur Samin menunjukkan sikapnya pada
sajak-sajak perjuangannya. Isi dalam sajak-sajaknya sebagian lebih condong pada
penderitaan rakyat dan perjuangan para pahlawan untuk menuntut keadilan kepada
para penguasa.
Dari beberapa tema dalam
sajak-sajaknya mengisyaratkan bahwa dia sedang merasakan penderitaan rakyat,
perjuangan rakyat untuk mendapatkan hak mereka kembali. Berdirinya Orde Baru di
Indonesia tidak lepas dari fenomena yang bernama gerakan mahasiswa. Apa yang
kemudian dinamakan dengan angkatan 66 adalah sebuah cerita yang disematkan
kepada berbagai kelompok gerakan mahasiswa beserta berbagai kelompok pelajar
dan masyarakat lainnya yang pda sekitar tahun ’60-an akhir melakukan berbagai
aksi demonstrasi dengan dukungan angkatan bersenjata yang berujung pada
lengsernya kekuasaan Sukarno, penghancuran PKI dan naiknya Soeharto. Akan
tetapi pemerintahan Soeharto (ORBA) juga tidak terlepas dari aksi mahasiswa.
Hingga pada tahun 1998 aksi mahasiswa menuntut revolusi hingga Soeharto lengser.
Seperti yang kita ketahui dalam sejarah bangsa pada masa pemerintahan ORBA,
seringkali terdengar hal-hal negatif
pada masa pemerintahan itu. Hal yang paling menyolok yang ditimbulkan
dari pemerintahan ORBA adalah krisis moneter. Di mana tidak adanya kebebasan
untuk berbicara, berkarya dan bertindak, rakyat dibutakan oleh kebohongan dan
kebaikan-kebaikan para penguasa dengan pemenuhan kebutuhan melalui hutang luar
negeri tersebut meskipun semua harga sembako menjadi begitu mahal. Sementara
rakyat tidak diberi keleluasaan untuk berbicara, proses pemerintahan hanya
mengacu pada satu suara saja.
Demikian itulah yang
menjadi gejolak dalam diri Mansur Samin dalam beberapa sajak-sajaknya. Dalam esai-kritik
ini, akan dibahas mengenai tema yang menggambarkan tentang tuntutan revolusi
terhadap pemerintahan pada masa ORLA dan ORBA. Dalam esai-kritik ini, penulis
berlaku sebagai pembaca yang menyambut dan penghayat pada beberapa sajak Mansur
Samin. Pembaca berperan sebagai pemberi makna dengan tafsiran pembaca sendiri.
Seperti yang dikemukakan oleh Heri Suwignyo dalam bukunya Kritik Sastra,
menyebutkan bahwa pendekatan pragmatik merupakan peranan pembaca sebagai
penyambut dan penghayat, peran pembaca adalah sebagai pemberi makna. Sementara
itu ia juga menyebutkan bahwa istilah hiratio adalah seniman bertugas untuk
docere dan delectere, memberi ajaran dan kenikmatan, menggerakkan pembaca, dan
kegiatan yang bertanggungjawab (Heri Suwignyo, 2010).
Pendekatan yang digunakan
dalam esai-kritik ini, pendekatan utama yaitu pragmatik dan pendekatan
pendukungnya adalah pendekatan mimetik. Digunakannya pendekatan pragmatik
karena pembaca memberikan makna dengan tafsiran tersendiri dengan menelaah
sajak-sajak Mansur Samin yaitu, “Pernyataan”, dan “Pidato Seorang Demonstran”. Penafsiran
ini dimulai dengan memahami pesan yang disampaikan dari unsur instrinsiknya.
Sementara itu, pendekatan pendukungnya yaitu mimetik yang digunakan karena
sajak-sajak tersebut dapat dikaitkan dan mempersoalkan karya sastra (sajak)
dengan peristiwa yang terjadi. Bisa jadi pendekatan ini mengacu pada kritik
sosiologis.
Mansur
Samin
Mansur Samin adalah
seorang penyair, teaterawan, juga beberapa kali terlibat dalam dunia film.
Mansur Samin yang merupakan adik kandung H. Ali Husin Samin Siregar—ayah Ahmad
Samin Siregar. Mansur Samin lahir di Batangtoru, Tapanuli Selatan pada 29 April
1930, beliau pergi meninggalkan banyak torehan karya yang termaktub pada
sejumlah buku, antara lain kamus Bahasa Angkola/mandailing-Indonesia (1978),
kumpulan terjemahan sastra angkola (1992), khazanah, biografi sastrawan
Sumatera utara (1986), struktur sastra lisan Melayu Serdang (1996), Apresiasi
puisi (1994) dan sebagainya. Beliau juga banyak menulis drama dan cerita
anak-anak. Karya-karyanya: Perlawanan (1966), Kebinasaan Negeri Senja (1968),
Tanah Air (1969), Sajak-sajak putih (1996) dan sebagainya.
Tuntutan
Revolusi dalam Sajak Mansur Samin
Beberapa tema dalam sajak
Mansur menggambarkan kondisi pemerintahan pada masa Orde Lama dan Orde Baru, di
mana pada saat itu sedang terjadi ketidakstabilan kondisi negara. Rakyat
menuntut untuk keadilan dan kesejahteraan, sementara para penguasa tetap
meninggikan dagu dan menutup telinga, seperti yang tampak pada puisinya yang
berjudul “Pernyataan” (ada beberapa sumber yang mengatakan judul ini adalah “Perlawanan”) dan “Pidato
Seorang Demonstran” berikut:
PERLAWANAN
(Karya Mansur Samin)
Sebab terlalu lama meminta
tangan terkulai bagai dikoyak
sebab terlalu lama pasrah pada derita
kesetiaan diinjak
Demi amanat dan beban rakyat
kami nyatakan ke seluruh dunia
telah bangkit di tanah air
sebuah aksi perlawanan
terhadap kepalsuan dan kebohongan
yang bersarang dalam kekuasaan
orang-orang pemimpin gadungan
(Karya Mansur Samin)
Sebab terlalu lama meminta
tangan terkulai bagai dikoyak
sebab terlalu lama pasrah pada derita
kesetiaan diinjak
Demi amanat dan beban rakyat
kami nyatakan ke seluruh dunia
telah bangkit di tanah air
sebuah aksi perlawanan
terhadap kepalsuan dan kebohongan
yang bersarang dalam kekuasaan
orang-orang pemimpin gadungan
Maka ini pagi
dengan resmi
kamu mulai
aksi demonstrasi
Pernyataan ini
disahkan di Jakarta
kami
Mahasiswa Indonesia
dengan resmi
kamu mulai
aksi demonstrasi
Pernyataan ini
disahkan di Jakarta
kami
Mahasiswa Indonesia
PIDATO SEORANG DEMONSTRAN
(Karya Mansur Samin)
Mereka telah tembak teman kita
ketika mendobrak sekretariat negara
sekarang jelas bagi saudara
sampai mana kebenaran hukum di Indonesia
Ketika kesukaran tambah menjadi
para menteri sibuk ke luar negeri
tapi korupsi tetap meraja
sebab percaya keadaan berubah
rakyat diam saja
Ketika produksi negara kosong
para pemimpin asyik ngomong
tapi harga-harga terus menanjak
sebab percaya diatasi dengan mupakat
rakyat diam saja
Di masa gestok rakyat dibunuh
para menteri saling menuduh
kaum penjilat mulai beraksi
maka fitnah makin berjangkit
toh rakyat masih terus diam saja
Mereka diupah oleh jerih orang tua kita
tapi tak tahu cara terima kasih, bahkan memfitnah
Kita dituduh mendongkel wibawa kepala negara
apakah kita masih terus diam saja?
(Karya Mansur Samin)
Mereka telah tembak teman kita
ketika mendobrak sekretariat negara
sekarang jelas bagi saudara
sampai mana kebenaran hukum di Indonesia
Ketika kesukaran tambah menjadi
para menteri sibuk ke luar negeri
tapi korupsi tetap meraja
sebab percaya keadaan berubah
rakyat diam saja
Ketika produksi negara kosong
para pemimpin asyik ngomong
tapi harga-harga terus menanjak
sebab percaya diatasi dengan mupakat
rakyat diam saja
Di masa gestok rakyat dibunuh
para menteri saling menuduh
kaum penjilat mulai beraksi
maka fitnah makin berjangkit
toh rakyat masih terus diam saja
Mereka diupah oleh jerih orang tua kita
tapi tak tahu cara terima kasih, bahkan memfitnah
Kita dituduh mendongkel wibawa kepala negara
apakah kita masih terus diam saja?
Pada penggalan puisi
Mansur Samin yang berjudul “Perlawanan” di atas terdapat pesan tersirat yang
menggambarkan betapa besarnya rakyat meletakkan harapannya kepada para pemimpin
untuk mewujudkan keadilan dan kehidupan yang layak bagi rakyat. Akan tetapi apa
yang diterima rakyat justru sebaliknya.
Berikut penggalan puisi Mansur Samin
yang berjudul “Perlawanan”:
Sebab terlalu lama meminta
tangan terkulai bagai dikoyak
sebab terlalu lama pasrah pada derita
kesetiaan diinjak
tangan terkulai bagai dikoyak
sebab terlalu lama pasrah pada derita
kesetiaan diinjak
Dari penggalan puisi
tersebut Mansur Samin seakan menunjukkan bahwa hatinya tersentuh akan
penderitaan rakyat. Ia menyuarakan apa yang dirasakan rakyat yaitu menuntut
hak-hak rakyat pada para penguasa untuk bertindak adil dan peduli. Akan tetapi
pada kenyataannya permintaan itu terabaikan dan justru semakin diterlantarkan,
hal ini tergambar jelas pada kata “terlalu lama meminta”. Sementara
itu, kepercayaan rakyat kepada para pemimpin justru dinodai dengan keserakahan
dan kerusuhan yang mengakibatkan ketidakstabilan kondisi negara. Kepercayaan
rakyat akan adanya perubahan hidup yang lebih makmur setelah terjadinya penjajahan
oleh bangsa lain ternyata terabaikan. Seperti yang tersirat dalam kata “kesetiaan
diinjak”.
Pada larik selanjutnya,
Mansur Samin berusaha membangkitkan semangat bangsa Indonesia dan meyakinkan
rakyat untuk menyatukan keberaniannya dalam satu tujuan yaitu “bangkit”. Mansur
merasa dirinya memikul beban dan tanggungjawab terhadap harapan rakyat yang
semakin terpuruk. Jelas sudah bahwa para penguasa telah mencoreng kepercayaan
masyarakat, telah tertulis pada larik:
Demi amanat dan beban rakyat
kami nyatakan ke seluruh dunia
telah bangkit di tanah air
sebuah aksi perlawanan
kami nyatakan ke seluruh dunia
telah bangkit di tanah air
sebuah aksi perlawanan
Mansur, sebagai masyarakat
menjadi saksi akan apa yang dirasakan rakyat Indonesia. semua ketidakstabilan
negara, kerusuhan-kerusuhan yang ada dan kemerosotan kehidupan yang menjadikan
negara ini sebagai penjara bagi rakyat. Dengan demikian Mansur tergerak untuk
mendobrak pemerintahan yang semakin pikuk, dengan menggenggam amanat rakyat ia
memberanikan diri memberikan perlawanan. Pesan tersebut jelas tersirat pada
kata “telah
bangkit di tanah air sebuah aksi perlawanan”. Ia ingin menyerukan pada
seluruh dunia bahwa rakyat Indonesia adalah rakyat yang berani dan pantas untuk
menuntut perubahan hidup yang lebih layak kepada para pemimpin yang
menjanjikannya kehidupan yang lebih layak dan terhormat bagi rakyat.
Ia
merasakan sebuah kepiluan yang parah di negaranya sendiri, beribu kepercayaan
rakyat yang disandarkan pada para pemimpin justru ditindih dengan kepalsuan dan
kebohongan. Dalam puisinya Mansur ingin memberikan perlawanan terhadap
kepemimpinan yang penuh tipu dan kepalsuan. Megahnya kekuasaan yang penuh
dengan harapan rakyat telah menjadi sarang para pemimpin gadungan. Hingga
rakyat hanya menelan janji palsu dan kebohongan. Ini jelas tergambar pada
larik:
terhadap kepalsuan dan kebohongan
yang bersarang dalam kekuasaan
orang-orang pemimpin gadungan
yang bersarang dalam kekuasaan
orang-orang pemimpin gadungan
Sebuah aksi perlawanan itu
disahkan pada sebuah pagi oleh para Mahasiswa Indonesia. Sebagai aksi pasti dan
bukti bahwa Pemuda Indonesia adalah pemuda yang menjadi tiang untuk rakyat.
Mansur Samin menegaskan aksi demonstrasi itu pada sebuah pernyataan yang
disahkan di Jakarta oleh para pemuda yaitu Mahasiswa Indonesia. Pesan ini
tersirat pada larik-larik akhir pada puisi ini,
Maka ini pagi
dengan resmi
kamu mulai
aksi demonstrasi
Pernyataan ini
disahkan di Jakarta
kami
Mahasiswa Indonesia
dengan resmi
kamu mulai
aksi demonstrasi
Pernyataan ini
disahkan di Jakarta
kami
Mahasiswa Indonesia
Selain pada puisi
“Perlawanan” di atas, tema dalam puisi yang mengisyaratkan tentang tuntutan
revolusi adalah puisi “Pidato Seorang Demonstran”. Mansur Samin menggambarkn
perasaannya melalui sajak ini. Perasaan tentang kekecewaan yang terdalam
terhadap pemimpin negara, perasaan yang mewakili perasaan rakyat Indonesia pada
masa pemerintahan ORBA yang justru semakin menimbulkan pergolakan besar dalam
negara. Pada puisi ini Mansur Samin berusaha menyadarkan rakyat, membuka mata
rakyat melalui puisinya tentang keadaan negara yang semakin pilu. Kegagalan
dalam menjalankan amanat rakyat, kekuatan hukum yang semakin merosot, Seperti
yang tersirat pada larik berikut:
sekarang jelas bagi saudara
sampai mana kebenaran hukum di Indonesia
sampai mana kebenaran hukum di Indonesia
Mansur begitu kuatnya
merasakan kondisi negara yang semakin rumit, ketidak bebasan yang terjadi dalam
berbagai aspek, rakyat seakan dibungkam dengan kebohongan para penguasa. Ketika
rakyat semakin kesulitan mendapatkan pangan, sementara para penguasa dan
pemimpin sibuk memilih jas dan dasi yang pantas dipakai ke luar negeri. Akan
tetapi rakyat tetap diam saja, mereka dibungkam dengan berbagai janji-janji
palsu. Seperti yang tersirat pada larik:
Ketika kesukaran tambah menjadi
para menteri sibuk ke luar negeri
.....
para menteri sibuk ke luar negeri
.....
.....
rakyat diam saja
rakyat diam saja
Puisi ini menggambarkan
secara jelas bagaimana keadaan negara yang semakin runyam, kehidupan rakyat
yang semakin mencemaskan. Namun hal ini tak menjadi beban bagi para pejabat negara,
justru korupsi semakin merajalela. Dan rakyat tetap diam saja. Ini jelas
tercantum pada larik:
tapi korupsi tetap meraja
sebab percaya keadaan berubah
rakyat diam saja
sebab percaya keadaan berubah
rakyat diam saja
Mansur Samin merasa geram
dengan sikap rakyat yang hanya diam ketika para pemimpin memperlakukan mereka
dengan tidak seharusnya. Rakyat masih tetap percaya dengan janji para penguasa
yang akan menyelesaikan permasalahan hidup rakyat dengan mufakat. Namun pada
nyatanya rakyat tetap terlantarkan, seperti pada larik:
tapi harga-harga terus menanjak
sebab percaya diatasi dengan mupakat
rakyat diam saja
sebab percaya diatasi dengan mupakat
rakyat diam saja
Mansur menjelaskan dengan
tegasnya, bahwa para penguasa diupah dari jerih payah seluruh rakyat Indonesia.
Upah mereka diambil melalui pajak yang harus ditanggung oleh rakyat, tapi apa
yang didapatkan oleh rakyat justru ketidak adilan. Rakyat justru dituduh telah
meremehkan kedudukan kepala negara, melecehkan wibawa para pemimpin. Dari sini
mansur bertanya pada rakyat seperti pada larik berikut:
Mereka diupah oleh jerih orang tua kita
tapi tak tahu cara terima kasih, bahkan memfitnah
Kita dituduh mendongkel wibawa kepala negara
apakah kita masih terus diam saja?
tapi tak tahu cara terima kasih, bahkan memfitnah
Kita dituduh mendongkel wibawa kepala negara
apakah kita masih terus diam saja?
Gaya Bahasa Penyair
Melalui struktur instrinsik
persajakan dalam puisi Mansur Samin tersebut, dapat dilihat bahwa dengan gaya
bahasa yang lugas dan mudah dipahami oleh pembaca, Mansur berusaha menyadarkan
rakyat akan kondisi yang dialami oleh rakyat merupakan ketidak adilan
pemerintah. Dengan gaya bahasa yang demikian, sangat terlihat bahwa Mansur
Samin sangat tidak puas dengan sikap pemerintah yang semakin sewenang-wenang
terhadap rakyat. Dengan pemilihan diksi yang sedemikian rupa, Mansur Samin
seakan mengutarakan kemarahannya terhadap para pemimpin akan sikap dan
perlakuannya terhadap rakyat. Kepercayaan rakyat yang begitu besar terhadap
para pemimpin untuk dapat mewujudkan harapan mereka mendapatkan kehidupan yang
layak, tetapi pada kenyataannya rakyat hanya dibungkam dengan kepalsuan belaka.
Agaknya hal inilah yang membuat kemarahan teramat besar pada diri seorang
Mansur Samin. Kemarahan-kemarahan itu tersirat jelas dalam gaya bahasa yang
digunakannya dalam puisi-puisi di atas. Sehingga dalam sajaknya juga menunjukkan
sikapnya untuk mengajak, mendorong, dan mempengaruhi pembacanya (khususnya
rakyat yang hidup pada masa tersebut) untuk melakukan aksi perlawanan terhadap
ketidak adilan pemimpin.
Penutup Ulasan
Demikian ulasan mengenai
puisi Mansur Samin “Perlawanan” dan “Pidato Seorang Demonstran”. Dalam ulasan
ini tidak diulas mengenai keseluruhan struktur yang ada dalam puisi, hanya
condong terhadap ‘tema’ yang mengisyaratkan mengenai tuntutan revolusi terhadap
pemerintahan pada masa ORLA dan ORBA. Ulasan di atas diawali dengan
menganalisis pesan yang tersirat dalam setiap larik yang ada dalam dua judul
puisi tersebut, sehingga tidak menjelaskan atau mengulas unsur-unsur yang ada
di dalam puisi tersebut secara keseluruhan. Puisi-puisi Mansur Samin ini,
cenderung mengarah pada protes dan kemarahannya terhadap bangsa Indonesia
khususnya pada pemerintahan. Dalam puisi-puisi ini, Mansur dengan perasaan
“geramnya” mengajak rakyat dan para pemuda untuk sadar dan membuka mata
terhadap kenyataan, bahwa pemerintah hanya memberikan berjuta janji palsu.
Dengan gencar Mansur Samin mengajak para pemuda (Mahasiswa Indonesia) untuk
melakukan aksi perlawanan terhadap ketidak adilan para pemimpin terhdap rakyat.
3 komentar:
Makasih penjelasannya min...
koclok gak sekalian sama ,intrinsiknya aku jadi susAH BUAT NGERJAINNYA
Udah Nemu unsur intrinsiknya belum ? Kayanya tugas nya sama deh , kalo Nemu minta link nya
Posting Komentar