TONGKAT SEBAGAI SIMBOL KAUM ADAM DALAM CERPEN SEORANG
LELAKI DENGAN TONGKATNYA KARYA WILSON NADEAK
Oleh: Gamal Kusuma Zamahsari
Saya
awali tulisan ini dengan penggalan lirik lagu DEWA 19 yang bunyinya “hawa
tercipta di dunia untuk menemani sang adam, begitu juga dirimu tercipta tuk
temani aku”. Sudah memang dari Sang
pencipta telah menciptakan manusia dan makhlukNya dengan berpasang-pasangan lelaki
dengan perempuan, jantan dengan betina. Sungguh banyak sekali faedah atau arti
dibalik semua itu. Sebagaimana lirik lagu DEWA 19 yang mengatakan bahwa wanita
tercipta di dunia ini diciptakan untuk menjadi pendamping lelaki.
Sungguh
menarik ketika membaca cerpen ini, seorang lelaki pada dasarnya adalah pendekar
dengan tongkatnya masing-masing, saya berpikiran demikian setelah membaca judul
hingga akhir dari cerpen “Seorang Lelaki dengan Tongkatnya”. Judulnya yang
menggunakan kata tongkat semula membuat saya berpikiran tentang biologi,
“Seorang Lelaki dengan Tongkatnya”, namun tidak sebatas itu tongkat merupakan
simbol khusus yang diperuntukkan laki-laki. Bisa kita simak penggalan paragraf
dalam cerpen tersebut di bawah ini.
Sampai di ujung tembok aku bertemu
dengan seseorang. Orang itu mengangkat sesuatu di atas kepala, sebuah benda
bundar. Karena kagetnya, benda itu jatuh dan air tumpah ke tanah, yang segera
lenyap ditelan bumi. Mata orang itu terbelalak menatapku.
“Ada apa?” tanyaku. “Kau tampan
sekali!” sahutnya.
“Karena tampan lalu kau tercengang?
Airmu tumpah ke tanah?”
“Ya, ya,” katanya sambil tersipu-sipu
sambil menutup matanya dengan kedua telapak tangannya.
“Ada apa?” tanyaku. “Mau kugantikan
airmu yang tumpah? Di dekat rumahku cukup banyak air. Bahkan untuk mandi pun
cukup!”
Ia tidak segera menjawab. Kedua telapak tangannya
dilepaskannya dari wajahnya.ia melihat ke kiri dan ke kanan, dan kemudian
tersenyum.
“Mengapa kau telanjang?” katanya.
“Siang hari berjalan dalam keadaan telanjang?”
“Ah! Apa itu telanjang?” Tanyaku.
Ia agak terkejut mendengar pertanyaanku. Pelahan-pelahan
wajahnya menjadi biasa dam kemudian bertanya pelahan, “Di mana rumahmu?”
kau mau ikut ke rumahku?”
“Ya.”
Ku kira ini kali pertama orang berkata
kepadaku bahwa kau telanjang. Sejak dahulu aku begini dan tidak merasa apa-apa.
Aku sendiri tidak mengerti apa itu arti “telanjang.”
Bagaian di atas menceritakan
awal ketika seorang lelaki bertemu dengan perempuan. Terlihat pada bagian, “Ada
apa?” tanyaku. “Kau tampan sekali!” sahutnya.“Karena tampan lalu kau
tercengang? Airmu tumpah ke tanah?”“Ya, ya,” katanya sambil tersipu-sipu sambil
menutup matanya dengan kedua telapak tangannya. Bagian ini menjelaskan bahwa
perempuan dan lelaki memiliki ketertarikan dengan lawan jenisnya dengan
ketampanan lelaki wanita menyukai itu. Pada bagian itu antara tokoh aku dengan
perempuan berbicara masalah ketelanjangan, saya agak bingung ketika membacanya
menarik tetapi sedikit aneh. Telanjang dapat diartkan dengan banyak hal bisa
diartikan dengan kesucian atau kepolosan manusia yang baru dilahirkan kedunia.
Atau mungkin seorang laki-laki yang masih suci. Mari kita simak penggalan
berikutnya yang mengandung unsur antara lelaki dengan perempuan.
“Ini untuk menutup ketelanjanganmu!” katanya.
“Siapa engkau?” tanyaku.
“Perempuan. Dan kau lelaki.”
“Apa itu perempuan?” tanyaku.
“Nanti akan kau tahu,” katanya sambil melepaskan seluruh
pakaiannya dan melucuti cawatku. Ia mendorong aku ke dalam kolam dan ia pun
ikut terjun ke dalam.
Aku berenang, dan dia pun ikut berenang. Kami bermain-main
di air sembur-semburan. Tiba-tiba ia naik ke tepi kolam dan duduk sambil
tersenyum. Aku pun naik ke atas, dan duduk di sampingnya. Aku menatapi tubuhnya
dari atas sampai ke bawah dan berkata, “Kau cantik sekali.” Dan tahulah bahwa
dia berbeda dari aku, sehingga aku merasa malu. Ada perbedaan mencolok antara
dia dengan aku.
Ia memegang erat tangan kananku dengan tangan kirinya.
Aku merasakan desiran disekujur tubuhku. “Kau seperti memiliki magnet, “kataku.
“Aku perempuan dan kau lelaki.kita diciptakan untuk
saling tarik-menarik. Aku tampan.
“Kau
cantik!” kataku.
Wanita
merasa malu ketika melihat ketelanjangan lelaki, benarkah demkian? Namun dalam
cerpen itu dapat kita lihat pada bagian berkut.
“Apa itu perempuan?” tanyaku.
“Nanti akan kau tahu,” katanya sambil melepaskan seluruh
pakaiannya dan melucuti cawatku. Ia mendorong aku ke dalam kolam dan ia pun
ikut terjun ke dalam.
Tadinya
malu dan menutupi ketelanjangan yang ia lihat, sekarang justru melepaskan kedua
penutup tubuh mereka. Jelas dalam penggalan di atas menunjukkan ketertarikan
lelaki dengan perempuan dimana antara kedua makhluk ini memiliki daya kekuatan
yang saling tarik menarik.
Ia memegang erat tangan kananku dengan tangan kirinya.
Aku merasakan desiran disekujur tubuhku. “Kau seperti memiliki magnet, “kataku.
“Aku perempuan dan kau lelaki.kita diciptakan untuk
saling tarik-menarik. Aku tampan.
“Kau
cantik!” kataku.
Lelaki
menyukai perempuan karena kecantikannya, sebaliknya wanita menyukai lelaki
karena ketampanannya. Memang mereka diciptakan oleh Tuhan untuk saling tarik
menarik satu sama lain dan akhirnya dipersatukan menjadi satu.
Sejenak aku berhenti karena kurasa
kepalaku menjadi pusing, bahkan pening. Kurasa ada tangan yang mengelus
pundakku dan nafas perempuan yang tersengal-sengal di dekat telingaku.
Tangannya melepaskan daun-daun yang melingkar di pahaku. Kulihat ia sudah
telanjang.
Aku tidak tahu seberapa lama kami
mabuk dalam bau anggur. Dalam pembaringan yang sunyi karena matahari sudah
merambat pelahan di sebelah bumi barat, kami menyatu, menyatu dengan alam,
menyatu dalam tubuh. Seberapa lama aku tidak tahu.
Magnet
memang antara kutub – bertemu dengan + akan saling tarik menarik dan menyatu.
Sudah memang fitrah manusia yang diberi nafsu birahi ketika perempuan dan
lelaki berdua di suatu tempat dan keadaan dan kesempatan akan muncul yang
namanya nafsu.
Ketika senja mengusap pucuk pohon yang
tinggi dan burung-burung kembali ke sarang, aku mengambil tongkat dan mencoba
berdiri. Perempuan itu merengkuh pundakku dan berbisik ditelingaku, “jangan
biarkan aku pergi. Aku mau tinggal di sini. Kawinilah aku!”
Aku tidak mengerti. Aku duduk
disampingnya dan menarik tangannya.
“Mengapa harus kawin? Bukankah tadi
kita menyatu dalam alam lelaki dan perempuan?”
“Kumohon, jangan biarkan aku pergi.
Kita kawin. Biarlah kita beranak cucu di sini. Biarlah. Barangkali saja Tuhan
telah menyuruh aku datang kemari, entahlah. Barangkali.”
“Ya, kau jangan pergi. Itu
kehendakmu.”
“Aku ingin tahu kehendakmu.”
“Aku tidak memiliki kehendak. Kaulah
yang memberikannya kepadaku.”
Pertanggung
jawabannya adalah menikahi perempuan itu, memang perlu adanya pedoman hidup
untuk manusia. Ketika manusia tidak memiliki pedoman hidup yakni agama yang
benar maka akan rusak tatanan kehidupan manusia. Manusia tanpa aturan ibarat
binatang di hutan rimba dan yang berlaku adalah hukum rimba. Agama yang baik
pasti akan menuntun manusia untuk berperilaku posiif dan mengajarkan kebaikan yang benar-benar menghormati fitrah
manusia lelaki dan perempuan yang akan saling tarik menarik jika dipertemukan.
Karya
ini cukup baik cerita yang menarik penuh dengan makna yang tersirat, makna
kehidupan antara seorang lelaki dan perempuan, makna yang menjelaskan fitrah
manusia yang diciptakan Tuhan YME berpasang-pasangan dan harus seharusnya menghormati
fitrah mereka. Tongkat adalah alat yang digunakan sebagai pegangan kaum adam
kebanyakan. Tongkat dalam cerita ini mengisyaratkan seorang lelaki yang
sempurna memiliki kekayaan, mapan, tampan lagi bijak luarbiasa sehingga wanita
menjadi tertarik kepadanya.
SUMBER CERPEN
HORISON- XXXX/1/2006-HALAMAN 24—27
0 komentar:
Posting Komentar