POTRET PERISTIWA PADA NASKAH DRAMA BADAI SEPANJANG MALAM
KARYA MAX ARIFIN
Oleh: Cindy Reichmann A
Ringkasan pada drama yang
dibuat oleh Max Arifin adalah pada suatu malam di Klaulan Lombok selatan,
seorang guru SD yang bernama Jamil sedang duduk santai di depan gubuk kecilnya
sambil membaca buku. Pekerjaan Jamil ialah seorang guru yang di tugaskan di
daerah terpencil. Jamil memiliki seorang istri yang bernama Saenah. Suatu malam
mereka berdua berbicara akan tugas baru mereka menjadi guru SD di daerah
terpencil. Jamil bingung dengan keadaanya dan sedikit merasa bosan karena
mengajar di daerah terpencil. Lalu Jamil juga menyinggung tentang pejabat yang
tidak mengerti keadaan masyarakat desa terpencil yang sekolahnya sudah tak
layak pakai. Saenah mengingatkan akan peristiwa dulu yang di alami Jamil bahwa
tekadnya untuk mengajar dan mendidik generasi muda di daerah terpencil. Dengan
semangat dan idealismenya yang menyala-nyala sampai-sampai kepada Desa
menyambutnya dengan meriah. Saenah juga mengingatkan kalau masyarakat desa
membutuhkan mereka. Tetapi Jamil beranggapan bahwa masyarakat tidak mengerti
dirinya. Saenah mengingatkan kepada Jamil suaminya bahwa suaminya tidak
memahami masyarakatnya. Lalu Jamil berkata bahwa masyarakat tidak memahaminya
lalu Jamil ingin pindah. Istrinya mencegah dan bercerita bahwa diam-diam
istrinya menghargainya usaha suaminnya. Percakapan terus berlanjut sampai adzan
subuh dan istrinya bilang kepada
suaminya bahwa sebentar lagi anak-anak menunggunya dan generasi muda sedang
menunggunya. Tetapi Jamil tidak jadi pindah mengajar dan bilang kepada istrinya
bahwa dia akan tetap di Desa ini sambil mengucapkan kata sayang. Lalu saenah
membalasnya bahwa dia akan tetap bersamanya selamannya.
Drama tersebut yang
berjudul Badai Sepanjang Malam pernah di muat di buku kumpulan drama remaja
halaman 25-33 yang diterbitkan oleh PT. Gramedia dengan editornya A. Rumadi ini
mengisahkan perjuangan guru mengajar didaerah terpencil. Pada kasus sebenarnya
mengajar di daerah terpencil sangat berat dan banyak guru-guru yang tidak mau
di tempatkan di daerah terpencil.
Kutipan dialog diatas dapat diketahui untuk melihat
keadaan peristiwa pada pengalam guru yang pernah mengajar di daerah terpencil.
Tetapi tidak hanya guru saja, peristiwa pada kutipan tersebut dapat berlaku
pada diri kita sendiri bahwa jika kita tidak berusaha bergaul akrab dengan
keadaan orang atau masyarakat dan cenderung membanggakan diri sendiri maka
masyarakat akan mengucilkan kita.
Berat
bagi seorang guru untuk bekerja di luar daerahnya apalagi bekerja di daerah
terpencel. Ada suatu janji pegawai negeri bahwa harus siap di tempatkan dimana
saja tetapi ketika guru tersebut ditempatkan di luar jawa atau daerah terpencil
banyak yang tidak mau dan tidak kerasan.
Ada
beberapa pengajar yang sudah di tempatkan di daerah terluar yang sangat
prihatin dengan pendidikan anak-anak yang hidup di daerah terpencil. Pengajar
tersebut tetap ikhlas dan akan selalu mengajar mengingat di daerah tersebut
gurunya hanya dia seorang dan tidak ada lagi. Pernah ada guru tetapi hanya
bertahan beberapa bulan saja karena kesulitan biaya hidup. Seperti itulah
potret yang terjadi pada lingkungan sosial dan pada drama tersebut kita bisa
lebih mengerti dan mengetahui realita yang ada.
Jamil: “Aku
bukan orang yang membutuhkan perhatian
dan publikasi.Kepergianku ke sana bukan dengan harapan untuk menjadi guru
teladan.Coba bayangkan,siapa pejabat yang bisa memikirkan kesulitan seorang
guru yang bertugas di Sembalun,umpamanya?Betul mereka menerima gaji tiap
bulan.Tapi dari hari ke hari dicekam kesunyian,dengan senyum secercah terbayang
di bibirnya bila menghadapi anak bangsanya.dengan alat alat serba kurang
mungkin kehabisan kapur,namun hatinya tetap di sana . . .”
Ketika kita menelaah cuplikan diatas, kita bisa
melihat siapa yang membutuhkan pengorbanan ekstra apakah pejabat yang ingin
lebih mementingkan rakyat atau seorang guru yang mengajar di daerah terpencil
dengan keterbatasannya. Peristiwa pada drama diatas dapat kita temuai pada
kehidupan saat ini. Banyak pejabat dan hampir semuanya ketika sudah duduk di
jabatannya paling atas, mereka semua sudah lupa akan rakyat. Tidak hanya lupa
akan rakyat tetapi lupa dengan guru yang telah mendidik mereka terlepas dari
kebodohan.
Kita
coba lihat bagaimana nasib guru yang mengajar di daerah terpencil dengan guru
yang mengajar di perkotaan. Nasibnya sangat jauh lebih layak dengan guru
mengajar di perkotaan karena bisa menikmati fasilitas yang ada. Berbeda dengan
guru mengajar di daerah terpencil. Mereka semua memang mendapatkan gaji tetapi
untuk hidup di daerah terpencil memerluhkan perjuangan ekstra serta jika ingin
membeli bahan baku ada juga yang harus melewati derasnya air sungai.
Mengingat
betapa hebatnya perjuangan seorang pengajar yang di tugaskan di daerah
terpencil membuat kita merasa kasihan sebetulnya. Meskipun begitu banyak
sekarang perguruan tinggi yang mencetak tenaga pendidik membuak program untuk
tenaga pendidik yang ingin bekerja di daerah terpencil dan hasilnya banyak yang
mau dan peminatnya lumayan tinggi.
Tetapi
untuk mengentaskan kebodohan masih belum cukup butuh peran pemerintah. Kita
juga merasakan seakan-akan semuannya berjalan dengan sendiri-sendiri tanpa
adanya rasa tolong menolong. Ketika seorang sudah nyaman banyak yang lupa
bagaimana dia sengsaranya dulu dengan tidak memberikan bantuan bagi orang yang
benar-benar membutuhkan.
Drama
tersebut sangat bagus dan membuat kita menyadari akan sesuatu hal yaitu
dimanapun kita berada serta ketika kerja dan kebetulan menjadi seorang guru dan
mendidik di daerah terpencil, kita akan selalu senang dan terkenang akan
peristiwa pengalaman mengajar disana meskipun awalnya tidak enak. Bagi pejabat
atau pemerintah sudah seharusnya tidak memikirkan kekayaan diri sendiri dengan
cara membeli mobil mewah. Membeli mobil mewah tidak tanggung-tanggung ada yang
5 buah mobil mewah dan membeli rumah mewah juga lebih dari 2. Untuk para
pejabat, cobalah untuk membantu sekolah-sekolah yang sudah rusak, hal itu akan
berguna demi memajukan kehidupan bangsa. Cobalah amal ibadah kita dalam
membantu memperbaiki dan melengkapi fasilitas sekolah yang sudah hampir roboh
dengan membeli property mewah, hati akan merasa lega mana. Pasti semua orang
akan tahu jawabannya.
3 komentar:
padahal naskah ini sudah cukup lama ditulis, namun masih kontekstual dengan keadaan negara kita saat ini. yang menjadi pertanyaan, apakah naskahnya yang keren? karena masih kontekstual untuk waktu yang cukup lama. atau kita yang tidak bergerak sama sekali ? karena peristiwa itu masih terjadi sampai sekarang.. hehehe
masuk lagi.. lupa bilang esay nya keren.. hehehe
padahal naskah ini sudah cukup lama ditulis, namun masih kontekstual dengan keadaan negara kita saat ini. yang menjadi pertanyaan, apakah naskahnya yang keren? karena masih kontekstual untuk waktu yang cukup lama. atau kita yang tidak bergerak sama sekali ? karena peristiwa itu masih terjadi sampai sekarang.. hehehe
Posting Komentar