Mahasiswa Offering AA Angkatan 2010 Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

POTRET PERISTIWA PADA NASKAH DRAMA BADAI SEPANJANG MALAM KARYA MAX ARIFIN



POTRET PERISTIWA PADA NASKAH DRAMA BADAI SEPANJANG MALAM KARYA MAX ARIFIN
Oleh: Cindy Reichmann A

            Ringkasan pada drama yang dibuat oleh Max Arifin adalah pada suatu malam di Klaulan Lombok selatan, seorang guru SD yang bernama Jamil sedang duduk santai di depan gubuk kecilnya sambil membaca buku. Pekerjaan Jamil ialah seorang guru yang di tugaskan di daerah terpencil. Jamil memiliki seorang istri yang bernama Saenah. Suatu malam mereka berdua berbicara akan tugas baru mereka menjadi guru SD di daerah terpencil. Jamil bingung dengan keadaanya dan sedikit merasa bosan karena mengajar di daerah terpencil. Lalu Jamil juga menyinggung tentang pejabat yang tidak mengerti keadaan masyarakat desa terpencil yang sekolahnya sudah tak layak pakai. Saenah mengingatkan akan peristiwa dulu yang di alami Jamil bahwa tekadnya untuk mengajar dan mendidik generasi muda di daerah terpencil. Dengan semangat dan idealismenya yang menyala-nyala sampai-sampai kepada Desa menyambutnya dengan meriah. Saenah juga mengingatkan kalau masyarakat desa membutuhkan mereka. Tetapi Jamil beranggapan bahwa masyarakat tidak mengerti dirinya. Saenah mengingatkan kepada Jamil suaminya bahwa suaminya tidak memahami masyarakatnya. Lalu Jamil berkata bahwa masyarakat tidak memahaminya lalu Jamil ingin pindah. Istrinya mencegah dan bercerita bahwa diam-diam istrinya menghargainya usaha suaminnya. Percakapan terus berlanjut sampai adzan subuh dan  istrinya bilang kepada suaminya bahwa sebentar lagi anak-anak menunggunya dan generasi muda sedang menunggunya. Tetapi Jamil tidak jadi pindah mengajar dan bilang kepada istrinya bahwa dia akan tetap di Desa ini sambil mengucapkan kata sayang. Lalu saenah membalasnya bahwa dia akan tetap bersamanya selamannya.
            Drama tersebut yang berjudul Badai Sepanjang Malam pernah di muat di buku kumpulan drama remaja halaman 25-33 yang diterbitkan oleh PT. Gramedia dengan editornya A. Rumadi ini mengisahkan perjuangan guru mengajar didaerah terpencil. Pada kasus sebenarnya mengajar di daerah terpencil sangat berat dan banyak guru-guru yang tidak mau di tempatkan di daerah terpencil.
Mesti ada sesuatu yang hilang antara kau dengan masyarakatmu.Selama ini kau membanggakan dirimu sebagai seorang idealis.Idealis sejati,malah.Apalah arti kata itu bila kau sendiri tidak bisa dan tidak mampu bergaul akrab dengan masyarakatmu.
Kutipan dialog diatas dapat diketahui untuk melihat keadaan peristiwa pada pengalam guru yang pernah mengajar di daerah terpencil. Tetapi tidak hanya guru saja, peristiwa pada kutipan tersebut dapat berlaku pada diri kita sendiri bahwa jika kita tidak berusaha bergaul akrab dengan keadaan orang atau masyarakat dan cenderung membanggakan diri sendiri maka masyarakat akan mengucilkan kita.
            Berat bagi seorang guru untuk bekerja di luar daerahnya apalagi bekerja di daerah terpencel. Ada suatu janji pegawai negeri bahwa harus siap di tempatkan dimana saja tetapi ketika guru tersebut ditempatkan di luar jawa atau daerah terpencil banyak yang tidak mau dan tidak kerasan.
            Ada beberapa pengajar yang sudah di tempatkan di daerah terluar yang sangat prihatin dengan pendidikan anak-anak yang hidup di daerah terpencil. Pengajar tersebut tetap ikhlas dan akan selalu mengajar mengingat di daerah tersebut gurunya hanya dia seorang dan tidak ada lagi. Pernah ada guru tetapi hanya bertahan beberapa bulan saja karena kesulitan biaya hidup. Seperti itulah potret yang terjadi pada lingkungan sosial dan pada drama tersebut kita bisa lebih mengerti dan mengetahui realita yang ada.
Jamil: “Aku bukan orang yang membutuhkan perhatian dan publikasi.Kepergianku ke sana bukan dengan harapan untuk menjadi guru teladan.Coba bayangkan,siapa pejabat yang bisa memikirkan kesulitan seorang guru yang bertugas di Sembalun,umpamanya?Betul mereka menerima gaji tiap bulan.Tapi dari hari ke hari dicekam kesunyian,dengan senyum secercah terbayang di bibirnya bila menghadapi anak bangsanya.dengan alat alat serba kurang mungkin kehabisan kapur,namun hatinya tetap di sana .  . .”
           
Ketika kita menelaah cuplikan diatas, kita bisa melihat siapa yang membutuhkan pengorbanan ekstra apakah pejabat yang ingin lebih mementingkan rakyat atau seorang guru yang mengajar di daerah terpencil dengan keterbatasannya. Peristiwa pada drama diatas dapat kita temuai pada kehidupan saat ini. Banyak pejabat dan hampir semuanya ketika sudah duduk di jabatannya paling atas, mereka semua sudah lupa akan rakyat. Tidak hanya lupa akan rakyat tetapi lupa dengan guru yang telah mendidik mereka terlepas dari kebodohan.
            Kita coba lihat bagaimana nasib guru yang mengajar di daerah terpencil dengan guru yang mengajar di perkotaan. Nasibnya sangat jauh lebih layak dengan guru mengajar di perkotaan karena bisa menikmati fasilitas yang ada. Berbeda dengan guru mengajar di daerah terpencil. Mereka semua memang mendapatkan gaji tetapi untuk hidup di daerah terpencil memerluhkan perjuangan ekstra serta jika ingin membeli bahan baku ada juga yang harus melewati derasnya air sungai.
            Mengingat betapa hebatnya perjuangan seorang pengajar yang di tugaskan di daerah terpencil membuat kita merasa kasihan sebetulnya. Meskipun begitu banyak sekarang perguruan tinggi yang mencetak tenaga pendidik membuak program untuk tenaga pendidik yang ingin bekerja di daerah terpencil dan hasilnya banyak yang mau dan peminatnya lumayan tinggi.
            Tetapi untuk mengentaskan kebodohan masih belum cukup butuh peran pemerintah. Kita juga merasakan seakan-akan semuannya berjalan dengan sendiri-sendiri tanpa adanya rasa tolong menolong. Ketika seorang sudah nyaman banyak yang lupa bagaimana dia sengsaranya dulu dengan tidak memberikan bantuan bagi orang yang benar-benar membutuhkan.
            Drama tersebut sangat bagus dan membuat kita menyadari akan sesuatu hal yaitu dimanapun kita berada serta ketika kerja dan kebetulan menjadi seorang guru dan mendidik di daerah terpencil, kita akan selalu senang dan terkenang akan peristiwa pengalaman mengajar disana meskipun awalnya tidak enak. Bagi pejabat atau pemerintah sudah seharusnya tidak memikirkan kekayaan diri sendiri dengan cara membeli mobil mewah. Membeli mobil mewah tidak tanggung-tanggung ada yang 5 buah mobil mewah dan membeli rumah mewah juga lebih dari 2. Untuk para pejabat, cobalah untuk membantu sekolah-sekolah yang sudah rusak, hal itu akan berguna demi memajukan kehidupan bangsa. Cobalah amal ibadah kita dalam membantu memperbaiki dan melengkapi fasilitas sekolah yang sudah hampir roboh dengan membeli property mewah, hati akan merasa lega mana. Pasti semua orang akan tahu jawabannya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

3 komentar:

Ferick mengatakan...

padahal naskah ini sudah cukup lama ditulis, namun masih kontekstual dengan keadaan negara kita saat ini. yang menjadi pertanyaan, apakah naskahnya yang keren? karena masih kontekstual untuk waktu yang cukup lama. atau kita yang tidak bergerak sama sekali ? karena peristiwa itu masih terjadi sampai sekarang.. hehehe

ferick mengatakan...

masuk lagi.. lupa bilang esay nya keren.. hehehe

Ferick mengatakan...

padahal naskah ini sudah cukup lama ditulis, namun masih kontekstual dengan keadaan negara kita saat ini. yang menjadi pertanyaan, apakah naskahnya yang keren? karena masih kontekstual untuk waktu yang cukup lama. atau kita yang tidak bergerak sama sekali ? karena peristiwa itu masih terjadi sampai sekarang.. hehehe

Posting Komentar