Mahasiswa Offering AA Angkatan 2010 Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia Dalam Potret Kehidupan Sosial Masa Kini



Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia Dalam Potret Kehidupan Sosial  Masa Kini
Karya: Febri Dwi Hariyanto

I.     Pendahuluan
Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia merupakan salah satu sajak yang terdapat dalam kumpulan sajak Potret Pembangunan Dalam Puisi karya W.S Rendra. Sajak ini ditulis berdasarkan peristiwa kerusuhan besar-besaran di Jakarta pada bulan Mei 1998, tepatnya disebut sebagai tragedi Trisakti. Dalam sajak ini, Rendra menggunakan pilihan kata yang “sangat pedas” dan sarat akan sindiran-sindiran “tajam” yang ditujukan kepada pemerintah dan aparat keamanan negara saat itu akan sikap mereka yang sewenang-wenang dan tidak mau meredam kemarahan massa yang membabi buta serta menunjukkan perilaku yang sangat buruk, terutama dalam hal kehidupan sosial-politik dan ekonomi yang terkesan seenaknya sendiri, sehingga menimbulkan kesenjangan sosial dalam masyarakat dan menyebabkan masyarakat bergejolak dengan melakukan aksi demo yang berujung pada kerusuhan besar-besaran. Sajak tersebut ditulis Rendra pada tanggal 17 Mei 1998 di Jakarta dan dibacakan di gedung DPR keesokan harinya, tanggal 18 Mei 1998.
Singkat cerita mengenai peristiwa kerusuhan besar-besaran yang terjadi pada saat itu. Pada bulan Mei 1998 di Indonesia tepatnya pada tanggal 12-13 Mei 1998 terjadi kerusuhan di Jakarta. Saat itu, betapa dahsyatnya kerusuhan yang terjadi para demonstran yang terdiri dari berbagai lapisan masyarakat menyerang dan melakukan aksi brutal yang menyebabkan semua infrastruktur bangunan (gedung-gedung, rumah-rumah penduduk) hancur lebur dan banyak korban berjatuhan. Betapa amuk massa sangat menyeramkan yang terjadi sepanjang siang dan malam hari pada tanggal 12 Mei dan semakin parah pada tanggal 13 Mei siang hari, setelah pemerintah mengumumkan secara resmi pada masyarakat bahwa ada salah seorang mahasiswa yang tertembak mati oleh aparat keamanan negara. Sampai pada akhirnya tanggal 15 Mei 1998 di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia terjadi kerusuhan besar-besaran tak terkendali yang mengakibatkan ribuan gedung, toko maupun rumah di kota-kota Indonesia hancur lebur dirusak dan dibakar massa. Sebagian mahasiswa mencoba menenangkan masyarakat, namun tidak dapat mengendalikan banyaknya massa yang marah. Mereka meninggal karena terjebak dalam kebakaran di gedung-gedung dan juga rumah yang dibakar oleh massa. Ada pula yang psikologisnya terganggu karena peristiwa pembakaran, penganiayaan, dan pemerkosaan terhadap etnis Cina maupun yang terpaksa kehilangan anggota keluarganya saat kerusuhan terjadi. Sangat mahal biaya yang ditanggung oleh bangsa ini. Lebih mirisnya lagi, sampai saat ini siapa yang menjadi pemicu atau penghasut kerusuhan ini belum diketahui. Demikianlah cerita sedih dan pilu yang menjadi tolok ukur Rendra dalam menulis puisi Sajak Bulan Mei 1998di Indonesia.
II.  Analisis
Berikut adalah puisi W. S. Rendra yang berjudul Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia.
Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia
W. S. Rendra
Aku tulis sajak ini di bulan gelap raja-raja
Bangkai-bangkai
tergeletak lengket di aspal jalan
Amarah
merajalela tanpa alamat
Kelakuan
muncul dari sampah kehidupan
Pikiran
kusut membentur simpul-simpul sejarah

O, zaman
edan!
O, malam
kelam pikiran insan!
Koyak
moyak sudah keteduhan tenda kepercayaan
Kitab
undang-undang tergeletak di selokan
Kepastian
hidup terhuyung-huyung dalam comberan

O, tatawarna
fatamorgana kekuasaan!
O, sihir
berkilauan dari mah kota raja-raja!
Dari sejak
zaman Ibrahim dan Musa
Allah selalu
mengingatkan
bahwa
hukum harus lebih tinggi
dari
ketinggian para politisi, raja-raja, dan tentara

O, kebingungan yang muncul
dari kabut ketakutan!
O, rasa putus
asa yang terbentur sangkur!
Berhentilah
mencari Ratu Adil!
Ratu
Adil itu tidak ada. Ratu Adil itu tipu daya!
Apa yang harus
kita tegakkan bersama
adalah
Hukum Adil
Hukum
Adil adalah bintang pedoman di dalam prahara

Bau
anyir darah yang kini memenuhi udara
menjadi
saksi yang akan berkata:
Apabila
pemerintah sudah menjarah Daulat Rakyat
apabila
cukong-cukong sudah menjarah ekonomi bangsa
apabila
aparat keamanan sudah menjarah keamanan
maka
rakyat yang tertekan akan mencontoh penguasa
lalu
menjadi penjarah di pasar dan jalan raya

Wahai, penguasa
dunia yang fana!
Wahai, jiwa yang tertenung
sihir tahta!
Apakah
masih buta dan tuli di dalam hati?
Apakah
masih akan menipu diri sendiri?
Apabila saran akal
sehat kamu remehkan
berarti
pintu untuk pikiran-pikiran kalap
yang akan
muncul dari sudut-sudut gelap
telah
kamu bukakan!

Cadar
kabut duka cita menutup wajah Ibu Pertiwi
Airmata
mengalir dari sajakku ini.

Sajak
ini dibuat di Jakarta pada tanggal 17 Mei 1998 dan
dibacakan
Rendra di DPR pada tanggal 18 Mei 1998
Melihat cerita singkat peristiwa bulan Mei 1998, seakan jelas tergambar betapa menakutkan dan menyeramkannya peristiwa di kala itu karena banyak massa yang ikut dalam aksi kerusuhan tersebut, banyak korban berjatuhan dan tergeletak di jalan, darah berceceran, bau anyir darah bercampur jadi satu di udara, gedung-gedung dan rumah-rumah ludes terbakar. Lalu, bagaimana kaitan antara peristiwa kerusuhan bulan Mei 1998 dengan sajak yang ditulis oleh W.S. Rendra yang berjudul Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia. Marilah kita coba memahami secara lebih dalam lagi mengenai isi puisi Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia. Apabila kita membaca dan memahami secara mendalam keseluruhan isi sajak, maka sajak inipenuh akan kata-kata yang  “sangat pedas” dan sarat dengan sindiran-sindiran “tajam”.
Pilihan kata yang “sangat pedas” dan sindiran-sindiran “tajam”dalam sajak tersebut secara keseluruhan merupakan ungkapan isi hati dan pikiran serta pengalaman langsung Rendra dalam melihatdan menyaksikan peristiwa kerusuhan yang terjadi di kala itu. Apabila kata-kata “pedas” dalam sajak tersebut dirangkai dan kemudian kita baca secara mendalam, maka kita akan dapat menafsirkan atau memberi makna tersendiri bagi sajak W.S. Rendra tersebut. Berkenaan dengan pemaknaan puisi, maka makna yang terkandung dalam sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia secara keseluruhan ialah sindiran yang ditujukan kepada pemerintah dan aparat keamanan negara akan sikap mereka yang acuh, sewenang-wenang dan terkesan “angkat tangan” yang tak mau meredam kemarahan terhadap aksi kebrutalan massa pada saat kerusuhan. Selain itu, mereka (para penguasa) memberikan contoh perilaku yang tidak baik kepada rakyatnya. Perilaku tidak baik tersebut terlihat dari aksi para demonstran yang berujung pada kerusuhan. Hal tersebut sangat terlihat nyata dari kutipan sajaknya /Apabila pemerintah sudah menjarah Daulat Rakyat/ apabila cukong-cukong sudah menjarah ekonomi bangsa/apabila aparat keamanan sudah menjarah keamanan/maka rakyat yang tertekan akan mencontoh penguasa/lalu menjadi penjarah di pasar dan jalan raya/.Tidak hanya contoh sikap yang tidak baik, sajak ini juga menggambarkan sikap ketidakadilan yang ditujukan terutama pada kaum etnis Cina, sehingga kaum etnis Cina banyak yang menjadi korban kerusuhan. Hal tersebut terlihat dari kutipan sajak /Bangkai-bangkai tergeletak lengket di aspal jalan/Amarah merajalela tanpa alamat/ Kelakuan muncul dari sampah kehidupan/. Jadi, dapat disimpulkan bahwa isidari sajak Rendra tersebut ialah sindiran “keras dan tajam” terhadap sikap pemerintah dalam menghadapi situasi sosial-politik dan ekonomi yang terjadi pada saat itu yang dianggap tidak bisa memberikan solusi terbaiknya.Bahkan terjadi kerusuhan besar-besaran yang tidak dapat diredam hingga akhirnya banyak menimbulkan korban jiwa dan kerugian material yang tak terhingga.
Sekilas itulah makna yang tersirat dari sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia. Lalu, bagaimanakah kaitan antara sajak tersebut, makna yang terkandung didalamnya, dan peristiwa yang melatarbelakangi lahirnya sajak tersebut, apabila kita kaitkan dan renungkan dengan kehidupan sosial masyarakat di masa kini? Dalam usaha mengaitkan sajak tersebut dengan kehidupan sosial masyarakat saat ini diperlukan pendekatan atau penghubung dalam mengaitkan isi sajak dengan kehidupan sosial masyarakat saat ini. Pendekatan yang cocok dengan keadaan kehidupan sosial masyarakat saat ini dengan isi sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia ialah pendekatan mimetik. Pendekatan mimetik  merupakan pendekatan yang memahami karya sastra dalam hubungannya dengan realitas dan aspek sosial kemasyarakatan. Dalam karya sastra tidak dapat kita pisahkan dengan kehidupan masyarakat yang ada, pada dasarnya penulis adalah bagian dari sebuah struktur masyarakat.
Dalam menulis sajak ini, Rendra sangat berperan di dalamnya. Seperti sudah dijelaskan di atas, bahwa Rendra sebagai penulis sajak ini telah mengungkapkan isi hati dan pikirannya serta pengalaman langsungnya dalam melihat dan menyaksikan peristiwa kerusuhan yang terjadi di kala itu. Kehidupan sosial masyarakat di masa sekarang bisa dikatakan tidak ubahnya seperti kehidupan sosial di tahun 1998, tepatnya pada bulan Mei 1998 saat terjadi kerusuhan besar-besaran. Kehidupan sosial masyarakat yang akhir-akhir ini terjadi di Indonesia, sangat mirip dengan kejadian peristiwa tahun 1998 tepatnya pada bulan Mei. Banyak sekali kejadian-kejadian yang disebabkan oleh hal sepele yang kemudian menjadi suatu masalah atau konflik yang besar dan berujung pada kerusuhan. Kerusuhan yang terjadi akhir-akhir ini di berbagai belahan dunia semakin merajarela dan “mengganas”, tak terkecuali di negeri kita sendiri, Indonesia. Seperti sudah dikatakan sebelumnya bahwa Indonesia akhir-akhir ini banyak sekali mengalami konflik yang disebabkan oleh hal-hal sepele dan berujung pada kerusuhan. Dampak dari kerusuhan tersebut sangatlah besar, diantaranya banyak korban berjatuhan, tempat tinggal ludes terbakar, dan harta benda tak ada yang tersisa satu pun. Selain itu, dampak terbesar lainnya ialah terganggunya sisi psikologis seseorang yang mengalami tekanan mental dan batin dari adanya konflik yang berujung pada kerusuhan tersebut.
III.   Penilaian
Demikianlah serangkaian keseluruhan isi sajak, makna yang tersirat, dan peristiwa yang melatarbelakangi lahirnya sajak tersebut. Dengan membaca dan menghayati seluruh serangkaian isi sajak tersebut, sudah sepatutnya kita sebagai pembaca sekaligus penikmat sastra memberikan apresiasi yang tinggi kepada Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia karya Rendra. Apresiasi yang tinggi tersebut sudah sepatutnya diberikan karena ada beberapa alasan yang mendasari, diantaranya sajaknya yang sangat bagus dan spektakuler dengan digunakannya pilihan kata yang “pedas” dan “tajam” sarat akan sindiran yang ditujukan kepada sikap pemerintah saat itu. Selain itu, sajak ini juga menggambarkan secara nyata dan jelas akan dahsyatnya peristiwa kerusuhan saat itu, dan semakin terlihat nyata apabila kita kaitkan dengan kehidupan sosial masyarakat saat ini yang masih “terbalut” dalam “bingkai” kekerasan yang berujung pada kerusuhan. Semoga dengan adanya peristiwa kerusuhan di bulan Mei 1998, dapat kita jadikan sebagai cermin kedepannya agar kita sebagai masyarakat yang majemuk dan sosial tidak lagi menjadi masyarakat yang suka “berperang mulut” dan mengadu domba satu sama lain yang menyebabkan konflik dan berujung pada aksi kerusuhan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

3 komentar:

Unknown mengatakan...

Good !
:-)

Unknown mengatakan...

apa yg bisa dikomentari

Unknown mengatakan...

Kutipan yang bagus dari puisi ini apa??

Posting Komentar