KISAH
CINTA DALAM KOMEDI DARI DRAMA PAGI BENING TERJEMAHAN SAPARDI DJOKO DAMONO
Oleh: Gamal Kusuma Zamahsari
Lelaki menyukai perempuan
karena kecantikannya, sebaliknya wanita menyukai lelaki karena ketampanannya.
Memang mereka diciptakan oleh Tuhan untuk saling tarik menarik satu sama lain
dan akhirnya dipersatukan menjadi satu.
Saling mengagumi untuk saling mencintai dan
memiliki.
Sang lelaki menunjukkan
kelelakiannya untuk memikat lawan jenisnya. Ia melakukan hal-hal yang dapat
menunjukkan kelelakiannya. Begitu juga sebaliknya perempuan menunjukkan
kecantikan yang mereka miliki untuk menarik hati para lelaki yang dahaga. Begitulah,
hal ini sudah terjadi secara alami sejak zaman dahulu hingga zaman sekarang.
Zaman dahulu menggunakan cara-cara
dahulu. Zaman sekarang menggunakan cara-cara sekarang.
Sepasang lelaki dan
perempuan yang sudah tertarik satu sama lain apakah nanti akan dapat bersatu.
Tidak ada yang bisa menjamin karena jodoh ada pada Sang ilahi. Ada saja cerita
cinta yag kandas. Tak selamanya kisah cinta itu semulus kain sutra, namun
justru mirip kain perca. Terpotong-potong tak tentu arah. Tak simetris bahkan
pantas pindah tempat ke TPA. Namun ada sebuah kisah yang menceritakan kain-kain
perca itu menjadi sebuah kisah yang sempurna. Ibarat para penjahit yang
berhasil memanfaatkan kain-kain sisa menjadi sebuah karya yang indah.
Sebagaimana cerita Romeo dan Juliet yang melegenda.
Namun, ada juga cerita dalam
sebuah drama yang sama terbentuk dari kain perca. Cerita cinta yang kandas.
Cerita disajikan dengan cara lain dengan
cara yang unik tidak lagi menggunakan gaya cerita cinta pada umumnya yang
indah-indah. Se buah drama komedi dari tanah Spanyol yang terlah diterjemahkan oleh Drs. Sapardi
Djoko Damono. Dengan judul “Pagi Bening”.
_0_
Kisah antara lelaki dan
perempuan yang sudah memiliki ketertarikan namun kandas. Diawali dengan bertemunya kedua orang kakek dan nenek yang disajikan
seacara unik tidak seperti kisah cinta yang umum pas dengan genre komedinya.
Mereka bertengkar karena keegoisan masing-masing yang merasa benar menurut
pendapat masing-masing. Berikut ini penggalan awal bertemunya kedua kakek dan
nenek yang bertengkar karena tempat duduk. Aroma komedi semakin tercium ketika
tokoh yang digunakan adalah kakek dan nenek.
GONZALO : Membuang-buang waktu melulu! Mereka itu
suka benar bicara yang bukan-bukan.
JUANITO : Duduk di sini sajalah, senior. Hanya ada
seorang wanita.
(dona laura menengok dan mendengarkan)
GONZALO : Tidak, Juanito. Aku mau tersendiri.
JUANITO : Tapi tak ada .
GONZALO : Yang di sana itu
kan milikku!
JUANITO : Tiga orang pendeta
duduk di sana, Senior!
GONZALO : Singkirkan saja mereka! ... ... ... Sudah
pergi!
JUANITO : Tentu saja belum! Mereka tengah bercakap-cakap.
GONZALO : Seperti merekat pada bangku saja mereka
itu! Heh, tak ada harapan lagi, Juanito. Mari!
JUANITO : (menggandeng
ke arah merpati-merpati)
LAURA : (marah).
Awas hati-hati!
GONZALO : Apa Senora berbicara dengan saya?
LAURA : Ya, dengan tuan!
GONZALO : Ada apa?
LAURA : Tuan menakut-nakuti burung-burung merpati
saya!
GONZALO : Peduli apa burung-burung itu!
LAURA : Apa, ha?
GONZALO : Ini taman umum,
Senora!
LAURA : Tapi kenapa tadi tuan mengutuki
pendeta-pendeta di sana itu?
GONZALO : Senora, tapi kita belum pernah jumpa! Dan
kenapa tadi Senora menegur saya? Ayo, juanito! (melangkah ke kanan)
LAURA : Buruk amat perangai si tuan itu! Kenapa
orang mesti jadi tolol dan pandir kalau sudah meningkat tua? (melihat ke kanan). Syukur. Ia tidak
mendapat bangku! Itu, orang yang menakut-nakuti merpati-merpatiku. Ha, ia
marah-marah. Ya, ayo, carilah bangku kalau kau dapat! Aduh, kasihan, ia menyeka
keringat di dahi. Nah, itu dia kemari lagi. Debu-debu mengepul seperti kereta
lewat! (juanito dan gonzalo masuk)
GONZALO : Apa sudah pergi pendeta-pendeta yang
ngobrol itu, Juan?
JUANITO : Tentu saja belum, Senior?
Drama komedi memang unik. Yang
tadinya saling membenci secara tiba-tiba di
tengah cerita kedua kakek dan nenek itu berdamai lantaran satu hal kecil.
Masalah “bersin” dan obat bersin lah yang mendamaikan mereka. Berikut ini
penggalan dialog antara kedua tokoh.
GONZALO : Sudahlah
nyonya, sudah! Saya mau membaca. Percakapan cukup! Ngomong putus!
LAURA : Ha, tuan
menyerah!
GONZALO : Tapi saya mau
ambil obat bersin dulu. (mengambil
tempat obat). Nyonya mau? (memberikan
obat itu)
LAURA : Kalau cocok!
GONZALO : Ini nomor satu!
Nyonya tentu akan suka!
LAURA : Memang biasanya
akan menghilangkan pusing.
GONZALO : Saya pun
begitu.
LAURA : Tuan suka
bersin?
GONZALO : Ya tiga kali.
LAURA : Persis sama
dengan saya! (setelah mengambil bubukan,
keduanya bersin berganti-ganti masing-masing tiga kali).
GONZALO : Ehaaaah, agak
enakan sekarang.
LAURA : Saya pun merasa
enak sekarang.
(KE Samping) Obat itu telah mendamaikan kami rupanya!
Setelah mereka berdamai mulailah
terkuak kisah cinta yang kandas. Dengan diawali sebuah sebab. Sebagaimana mereka berdamai yang diawali
dengan sebab pula. Pada mulanya dengan obat bersin dilanjutkan dengan sajak-sajak
cinta.
GONZALO : (membaca)
“ Anak-anak dari para bunda
Yang
pernah kucinta
Menciumku
sekarang
Seperti
bayangan hampa “
Baris-baris ini
agak lucu juga rasanya.
LAURA : (tertawa)
Kukira juga begitu.
GONZALO : Ada beberapa sajak bagus dalam buku ini. Dengar!
(membaca) “ Duapuluh tahun berlalu
Ia
pun kembalilah “
LAURA : Cara tuan membaca dengan kaca pembesar itu
sungguh agak menggelikan saya.
GONZALO : Jadi nyonya bisa membaca tanpa kaca
pembesar?
LAURA : Tentu saja, tuan.
GONZALO : Setua itu? Ahai, nyonya main-main saja!
LAURA : Coba saya pinjam buku tuan itu!
(mengambil buku dan membacanya keras-keras)
“ Duapuluh tahun berlalu
Dan
ia pun kembalilah
Masing-masing
saling memandang,
Berkata
:
Mungkinkah
dia orangnya?
Ya
Allah, dimana oranya itu? “
GONZALO : Hebat! Saya iri hati pada penglihatan
nyonya.
LAURA : (Kesamping)
Hmm, saya hafal tiap kata syair itu.
Kisah cinta yang di kemas dalam komedi yang
terlihat dari sisi pemilihan tokohnya. Jika tokohnya masih muda mungkin akan
sulit menciptakan suasana komedi karena pemuda masih kental dengan kisah cinta
yang indah. Namun, ketika tokoh yang digunakan kakek dan nenek yang sudah pikun
dan tingkah mereka yang kembali seperti anak kecil membawa kisah cinta dapat
dikemas menjadi drama komedi Pagi Bening ini. Berikut ini penggalan dialog yang
memuat kisah cinta.
LAURA : Pernah! Tiada jauh dari Valensia ada sebuah
villa dan kalau masih berdiri sekarang, bisa mengembalikan kenangan-kenangan
yang manis. Saya pernah tinggal beberapa musim di sana. Tapi sudah lama lampau.
Villa itu dekat laut, tersembunyi antara pohon jeruk. Mereka menyebutnya ... ah
... lupa ... o ya, Villa Maricella.
GONZALO : Maricella?
LAURA : Maricella. Apa tuan pernah mendengarnya?
GONZALO : Tak asing lagi nama itu ... ah, kita tambah
tua tambah pelupa ... di Villa itu dulu ada seorang wanita paling cantik yang
pernah saya lihat dan saya kenal. Dan namanya ... O ya, Laura Liorento!
LAURA : (kaget)
Laura Liorento?
GONZALO : Benar (mereka
saling tatap)
LAURA : (sadar
lagi) Ah, tak apa-apa, hanya mengingatkan saya pada teman karib saya.
GONZALO : Aneh juga.
LAURA : Memang aneh! Dia diberi sebutan “ Perawan
Bagai Perak”.
GONZALO : Tepat, “Perawan Bagai Perak”. Nama itulah
yang terkenal di sana. Sekarang saya seperti melihatnya kembali di jendela di
antara kembang mawar merah itu. Nyonya ingat jendela itu?
LAURA : Ya, saya ingat
itulah jendela kamarnya.
GONZALO : Dulu dia suka berjam-jam di jendela.
LAURA : (melamun) Ya, memang dulu dia suka begitu.
GONZALO : Dia gadis ideal. Manis bagai kembang lilia.
Rambutnya hitam. Sungguh mengesankan sekali! Mengesankan sampai kapan saja.
Tubuhnya ramping sempurna. Betapa Tuhan telah menciptakan keindahan seperti
itu. Dia seperti impian saja.
LAURA : (ke samping) Jika seandainya tuan tahu
bahwa impian itu ada di samping tuan, tuan akan sadar impian macam apa itu,
heh?
(keras-keras) Dia adalah gadis yang
malang yang gagal cinta.
GONZALO : Betapa sedihnya (mereka saling memandang)
.........
Pada
akhirnya mereka pun saling bercerita tentang diri mereka dengan cara yang unik
pula. Mereka tidak mau mengakui bahwa yang terlibat dalam kisah percintaan itu
adalah mereka, justru mewakilkan jati diri mereka kepada orang lain yang
dikisahkan oleh kakek dan nenek itu sendiri.
Drama ini menarik, sebagaimana telah
dibahas sebelumnya bahwa ternyata kisah cinta tidak selamanya dikemas dengan
hal yang indah-indah. Drama ini merupakan drama komedi. Saya dapat mengatakan
bahwa penulis drama ini sengaja memilih tokoh utama yang ada di dalamnya
seorang kakek dan seorang nenek. Mereka sudah tua renta berumur sekitar 70
tahun. Sehigga menimbulkan kesan lucu. Ditambah dengan sifat orang tua yang
cenderung egois, mau menang sendiri, seperti anak kecil yang menguatkan nuansa komedi
dalam kisahnya.
0 komentar:
Posting Komentar