Mahasiswa Offering AA Angkatan 2010 Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Keragaman Watak Tokoh “Bunga Rumah Makan” karya Utuy Tatang Sontani



Keragaman Watak Tokoh  “Bunga Rumah Makan” karya Utuy Tatang Sontani
Oleh: Aprilia Tri Subekti

Karya sastra beragam jenisnya mulai dari puisi hingga drama. Karya sastra memiliki berbagai  peminat karena karya sastra banyak mewakili perasaan masing – masing individu pembacanya. Puisi dan prosa merupakan karya sastra yang dapat dengan mudah dijumpai disekitar kita, namun tidak begitu dengan drama. Drama masih menjadi anak tiri dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Bagaimana  ini dapat terjadi ? Kemungkinan besar salah satu faktor penyebabnya ialah bentuk drama itu sendiri. Bila drama dalam bentuk pementasan banyak peminat yang ingin melihatnya karena merupakan seni pertunjukan, namun bila drama masih berupa naskah banyak pembaca yang kurang berminat karena naskah drama langsung berisi dialog. Ini menyebabkan pembaca tidak dapat mengimajinasikan pikirannya untuk membentuk kata – kata yang dibentuk oleh tokoh di dalamnya, selain itu naskah drama tidak terlihat menarik dari segi pengemasannya. Tidak seperti karya sastra lainnya yang didesain seindah mungkin untuk membangkitkan minat pembaca untuk menyentuhnya. Itulah beberapa kemungkinan yang menyebabkan drama menjadi anak tiri di negeri ini.
Utuy Tatang Sontani, sastrawan angkatan 45 terkemuka yang lahir di Cianjur, 1 Mei 1920. Karya pertamanya ialah Tambera dalam bahasa sunda, sebuah novel sejarah yang berlangsung di Kepulauan Maluku. Setelah itu Utuy menerbitkan kumpulan cerpennya, Orang – orang Sial , yang diikuti dengan cerita – cerita lakon yang membuatnya terkenal. Lakon pertamanya (Suling dan Bunga Rumah Makan) ditulis sebagaimana lakon ditulis, tetapi selanjutnya ia menemukan cara menulis lakon yang unik, yang bentuknya seperti cerita yang enak dibaca. Dari berbagai karya yang telah dihasilkannya, akan dibahas mengenai Bunga Rumah Makan.
Mengapa Bunga Rumah Makan? Karena dalam naskah drama ini penggambaran tokoh dan sifatnya jelas, jalan cerita tidak jauh dari kehidupan sebenarnya, dan yang paling menarik meskipun penggambaran sebagian besar tokoh dan sifatnya jelas ada sesuatu yang menarik dari tokoh utamanya yakni Ani.
Dalam naskah ini terdapat sepuluh tokoh yakni pelaku utamanya Ani seorang gadis pelayan rumah makan “Sambara”, dan yang lainnya: Iskandar seorang pelancong muda, Sudarma pemilik rumah makan “Sambara”, Karnaen ialah anak Sudarma, Usman seorang kayai kawan Sudarma, Polisi, Suherman seorang kapten tentara, Rukayah kawan Ani, perempuan pembeli, pengemis, dan dua orang pegawai kantoran.
Bunga Rumah Makan berisi tentang seorang gadis yang bekerja di rumah makan milik Sudarma. Ani merupakan gadis yang cantik, baik dan setia sehingga banyak laki – laki yang menaksirnya termasuk Karnaen anak dari pemilik rumah makan tempatnya bekerja. Di balik semua kebaikannya, ternyata Ani menyembunyikan keinginannya. Ia berpura – pura baik dan selalu ramah kepada setiap pengunjung rumah makan termasuk para lelaki yang datang hanya untuk menikmati kecantikannya. Padahal ia merasa terkekang dengan semua itu. Oleh karena itu, Iskandar seorang pelancong yang mengamati itu mengingatkan Ani dengan nada keras agar ia berhenti melakukan itu semua karena itu bukan sesuatu yang diinginkan Ani. Karena caranya mengatakan simpatinya terkesan kasar, Karnaen yang datang berusaha untuk membela Ani. Ia terlibat baku hantam dengan Iskandar, dan Karnaenpun memanggil polisi untuk menangkap Iskandar. Setelah kejadian itu Ani sadar bahwa pa yang dikatakan oleh Iskandar sesungguhnya benar. Jadi ketika Iskandar berhasil ditangkap oleh polisi dan dibawa ke rumah makan, Ani lebih memilih untuk ikut dengan Iskandar yakni mencari jalan kebebasan.
Dalam setiap cerita, tentu ada tokoh dengan berbagai karakternya. Seperti halnya dalam kehidupan nyata setiap manusia tentu memiliki sifat yang berbeda – beda. Untuk mempelajari keragaman sifat manusia, kita dapat mempelajarinya dari tokoh – tokoh drama “Bunga Rumah Makan” berikut ini.
 Kita awali dari tokoh utamanya yakni Ani. Ani sebagai tokoh utama memiliki sifat layaknya pemeran utama pada umumnya, ia memiliki sifat protagonis. Ani merupakan tokoh yang rajin seperti terlihat pada cuplikan adegan berikut ini.
Kaenaen: Who, engkau turut masak?
Ani    : Tidak mas, hanya memasak air. Timbangan diam tidak ada kerja, supaya tidak merasa kesal.
Dialog di atas menunjukkan bahwa ia tidak suka bermalas-malasan. Jika ia tidak mempunyai kesibukan matinya akan merasa kesal. Bahkan ketika sedang berbincang-bincang dengan Karnaen ia selalu mencari kesibukan yaitu dengan mengelap radio.
Karnaen: Tapi mengapa engkau diam saja di belakang?
Ani     : Saya membantu pekerjaan koki?
Dari percakapan itu terlihat bahwa Ani bukan gadis yang sombong dan ringan tangan, meskipun pekerjaan utamanya hanyalah sebagai pelayan rumah makan, namun ia tidak berat hati untuk membantu koki di dapur meskipun itu bukan pekerjaannya. Selain itu, ia seorang sosok yang juga dermawan. Ini dibuktikan bahwa ia marah ketika seorang pengemis mencuri di tempatnya bekerja padahal setiap hari ia selalu memberi uang pada pengemis itu, terdapat penggalan percakapan bahwa Ani sosok yang sangat dermawan.
Ani: …Gaji saya yang belum dibayar, saya minta untuk dihadiahkan kepada fakir miskin. (kepada Karnaen)….
Ani seorang sosok yang cantik meskipun begitu ia tetap ramah kepada siapapun yang ditemuinya. Ia selalu ramah terutama pada pelanggan rumah makan tempatnya bekerja. Salah satunya pada seorang ibu yang datang ketempat itu, ia melayani sambil mengajak ibu itu bercerita. Ia pun masih bersikap ramah ketika ada pelanggan yang tidak sopan kepadanya seperti terlihat pada percakapan ini.
Ani      :……Kuenya apa saudara? TArtyes atau lapis legit?
Pemuda 1 : Mana yang lebih enak?
Ani       : Yang lebih enak tentu yang harganya lebih mahal.
Pemuda 1 : Tapi anehnya saya ini tidak suka kepada yang enak.
Ani      : Mengapa?
Pemuda 2: Sebab dia bukan manusia biasa. Keluarbiasaannya adalah kalau nona sudah satu kali kenal dengan dia,maka dia…
Pemuda 1 :………………………………………….
Ani       : Tapi saya hanya mau menerima, bila yang dibicarakan dalam telepon itu sungguh-sungguh penting.

Ani    : …………………….saya lebih senang jadi pelayan daripada mengurus rumah tangga………………….
Karnaen: ………………Aku ingin melihat engkau menjadi wanita yang sungguh-sungguh wanita. Dan wanita yang kumaksud itu adalah wanita yang cakap mengurus rumah tangga.
Dari dialog itu juga dapat dilihat bahwa Ani sosok wanita yang setia, meskipun ia dirayu oleh pemuda itu ia hanya membalas dengan gurauan. Ia tidak memerdulikan semua itu karena ia senantiasa setia pada pacarnya. Dari percakapan antara ia dengan Karnaen terlihat jelas meskipun Karnaen secara tidak langsung menyatakan perasaannya, ia tetap setia pada kekasihnya Suherman.
Meskipun Ani selalu bersikap baik kepada orang lain ada sifat menarik yang jarang dimiliki tokoh protagonis yakni sifat baiknya membuat banyak orang tertipu dengan kebaikan dan kecantikannya. Ia menggunakan kecantikannya agar banyak pengunjung yang datang ke rumah makan. Selama ini Ani menyembunyikan perasaannya yang ingin bebas, ia bersandiwara dengan berbaik hati pada siapapun terutama pengunjung laki – laki di rumah makan padahal hatinya tidak berkata demikian. Ini terlihat dari ucapan yang dilontarkan Iskandar padanya yakni, “……..engkau diam di sini untuk bermain sandiwara, memperdagangkan kecantikan, menipu laki-laki, supaya mau belanja ke sini”.
Iskandar, ia berperan sebagai seorang pemuda pelancong. Ia mempunyai sifat jujur, menjujung tinggi kebebasan, dan  apa adanya. Ia tidak suka merayu orang lain hanya untuk menarik hati orang lain. Ia berkata jujur untuk menyadarkan Ani karena ia peduli meskipun itu terkesan kasar. Ia tidak ingin membiarkan kecantikan Ani dinikmati lelaki yang datang ke rumah makan. Ini terlihat dari ucapannya seperti berikut, “…engkau diam di sini untuk bermain sandiwara, mendagangkan kecantikan, menipu laki-laki supaya mau belanja ke sini.”
Sudarma sebagai pemilik rumah makan dan bapak dari Karnaen memiliki sifat matrealistis dan pemarah. Ini terlihat ketika ia memarahai Ani dengan keras karena memberikan pengemis uang. Ini ditunjukkan dari perkataannya ketika memarahi Ani yakni, “…Jika begitu, sia-sia aku menggaji orang di sini. ....... Lain kali orang begitu usir saja, An. Jangan rumah makan kita dikotorinya.
(dengan suara lain) Tak ada yang menanyakan daku.”..... Ia juga akan memarahi Ani bila melakukan sedikit kesalahan, padahal itu tidak berdampak sama sekali. Dia juga merasa berwibawa dan derajatnya tinggi, karena itu ia suka berbicara semaunya dan suka bergaul dengan orang yang derajatnya lebih tinngi.
Karnaen ialah anak dari Sudarma. Ia memiliki sifat pemberani, hal ini terlihat dari ia melindungi Ani dari hinaan Iskandar hingga ia terlibat baku hantam dengan Iskandar. Meskipun itu semua dilakukan atas dasar rasa cintanya pada Ani dan ia ingin menunjukkan perhatiannya. Ini dibuktikan dari perkataannya pada Iskandar yakni,  “Dari itu, kalau saudara berurusan dengan dia, berarti saudara berurusan pula dengan saya, sebab saya pelindung dia”.    
Usman, ia merupakan sahabat dari Sudarma. Ia merupakan orang yang religius. Ini tampak pada setiap dialognya yang selalu dikaitkan dengan Tuhan. Ini terlihat dari perkataannya pada Ani yakni, “Jika demikian, kusampaikan doa, dan moga-moga kamu berdua dilindungi dan dikaruniai Tuhan selalu”. Usman juga orang yang suka menolong, hal ini terlihat saat ia mengungkapkan bahwa ia tahu bahwa Karnaen menciantai Ani. Ini tampak pada ucapannya “Tapi aku menganjurkan kawin tadinya aku mau menolong anakmu”.
Suherman, tokoh yang memiliki dua karakter yang berbeda. Di salah satu sisi ia merupakan tokoh yang perhatian dan romantis pada pasangannya. Ini terlihat dari perkataannya pada Ani, ”Yang membahagiakan aku adalah lantaran ia mengerti kepada keinginanku”. Ia juga merupakan tokoh yang disiplin dan tepat akan janji. Ini terlihat dari percakapannya langsung bukan tindakan. Ini terlihat pada percakapannya dengan Ani.
Ani             : Dan janji tentara adalah….
Suherman: Janji yang tidak kosong.
Ani       : Saya percaya.
Suherman: Tapi pula tentara mesti selalu berdisiplin. Sekarang aku juga tak akan lama diam disini.
Dari percakapan itu memang terlihat ia merupakan tokoh yang baik. Namun, di sisi lain ia mempunyai karakter yang kurang baik. Ia bersifat pendusta,  tidak sungguh – sungguh, dan tidak mau mempunyai ikatan yang serius. Ia telah berjanji untuk kepada Ani untuk bersungguh-sungguh padanya tetapi ia malah membohongi Ani ketika Usman menanyakan kesungguhan cintanya kepada Ani dalam bentuk pernikahan. Ternyata Suherman bersungguh-sungguh kepada Ani. Ia memang mempunyai hubungan dengannya tetapi ia tidak pernah mempunyai keinginan untuk menikah. Hal ini tampak pada ucapannya yaitu “Habis? Sangka saudara saya mencintai perempuan itu untuk kawin?   
    Selain pendusta, tidak sungguh – sungguh, dan tidak mau mempunyai ikatan yang serius, ia juga merupakan tokoh yang  tidak tahu sopan santun terutama kepada orang tua. Hal ini terlihat pada saat ia bertikai dengan Usman. Ia tidak penah memandang bahwa orang yang dihadapinya adalah orang yang lebih tua darinya dan harus diperlakukan hormat. Hal ini ditunjukkan seperti pada ucapannya ke    Usman ketika ia disuruh menikah dengan Ani.”… lebih tidak kebetulan lagi karena baru sekali ini saya mendengar orang hendak turut campur dengan cinta saya”.
Polisi, tokoh yang identitasnya tidak dijelaskan ini memiliki sifat yang baik. Ia mengusahakan jalan dami dan bekerja sesuai dengan tugasnya yakni menjaga keamanan dan kenyamanan masyarakat. Hal ini ditunjukkan pada saat polisi ini mendamaikan antara Karnaen yang melaporkan Iskandar pada dirinya karena telah memukul  Karnaen. Hal ini terlihat pada dialog polisi tersebut dengan Iskandar dan Karnaen pada saat mendamaikan mereka.
Iskandar: Sejak saya meninggalkan dia tadi, sudah kumaafkan.
Polisi      : Dia mengatakan begitu tuan,. Tinggal pihak tuan.
Karnaen : (melihat kepada orang lain)
Polisi      : Tuan mau memaafkan dia atau tidak.
Karnaen: Ya, saya maafkan.
Rukayah adalah salah satu tokoh di dalam drama ini sebagai tokoh antagonis. Ia ada merupakan tokoh yang bersifat bijaksana karena ia mengetahui dan dapat menafsirkan bagaimana menempatkan rasa cinta ini kepada sesorang yang dicintai. Ia berpandangan bahwa sebagai perempuan tidak harus menyerahkan kepercayaan sepenuhnya kepada lelaki dan dalam menghadapi lelaki tidak hanya dengan berdasarkan perasaan tetapi juga berdasarkan akal sehat. Seperti yang dikatakan oleh rukayah kepada Ani “…….Kalau aku menghadapi laki-laki dengan perasaan saja, alamat akan celakalah aku sebagai permpuan”. Dari perkataan ini tampak bahwa ia mampu berpikir sehat dalam menghadapi suatu keadaan yang disebut cinta. Ia mampu dengan bijaksana menentukan sikap yang seharusnya dilakukan pada saat menghadapi perasaan tersebut. Sifatnya bijaksana yang dimilkinya menjadikan dirinya  untuk perduli terhadap orang lain. Ia tidak mau orang yang berada di dekatnya akan mengalami kesulitan. Ini ditunjukkan pada ucapannya kepada Ani “An, aku takut, kalau-kalau engkau sejak sekarang takkan lagi jadi kawanku”. 
Perempuan yang berbelanja di rumah makan sambara, ia hanya tidak memiliki pengaruh besar. Ini terlihat dari ketidakjelasan identitas tokoh, namun sifat perempuan ini masih dapat dilihat dari karakternya yang senang memuji orang. Seperti terlihat dari ucapannya “........Dan saya lihat tadi di sana memang ada yang cocok sekali dengan kecantikan nona”. Percakapan tersebut menandakan bahwa perempuan itu memiliki sifat ramah.
Pengemis, pengemis tersebut memiliki sifat yang tidak baik. Ia merupakan orang yang tidak tahu balas budi, ia tidak memikirkan bahwa apa yang dilakukannya akan berakibat buruk terhadap orang lain terutama Ani orang yang telah berbaik hati kepadanya selama ini. Ini terlihat dari dialog antara Ani dengan pengemis seperti berikut ini.
Ani         : Hampir, tiap engkau datang di sini engkau kuberi uang. Tak nyangka, kalau sekarang engkau berani-berani datang di sini dengan maksud mencuri.
Pengemis: Ampun, nona ampun.
Sekarang adalah tokoh yang terakhir, yakni dua pemuda pegawai kantoran. Mereka memiliki sifat yang tidak baik, karena mereka datang ke rumah makan hanya untuk menggoda Ani dengan berkedok membeli sesuatu di rumah makan Sambara.
Dari berbagai watak tokoh yang telah dibahas membuktikan bahwa setiap tokoh memiliki watak yang berbeda – beda, ada yang baik ada pula yang buruk. Begitu pula dalam kehidupan sebenarnya setiap manusia memiliki watak yang berbeda dan tidak mudah untuk dipahami. Drama “Bunga Rumah Makan” ini bukan hanya refleksi kehidupan masyarakat pada saat lahirnya drama ini, namun juga merupakan realita sosial yang terjadi saat ini. Banyak dan dengan mudah kita dapat menjumpai orang – orang yang memiliki watak seperti watak tokoh dalam drama ini.
Banyak rumah makan yang mengandalkan kecantikan penjualnya bukan kualitas rasa masakan yang dimiliki rumah makan itu sendiri. Banyak pula orang yang melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah diinginkannya, seperti yang dilakukan Ani.
Drama ini merupakan drama yang bagus karena dengan kesederhanaan drama ini namun dapat memasukkan berbagai karakter tokoh di dalamnya. Ya, drama ini begitu sederhana dengan hanya menggunakan satu latar tempat dan waktu dengan berbagai suasana. Bila dilihat dari naskahnya drama ini juga sangat bagus karena naskahnya mudah dibaca layaknya sebuah prosa sehingga membuat pembaca mudah memahami maksud yang ada di dalamnya. Bila drama ini dipentaskan tentu juga akan menjadi pementasan yang menarik karena dapat dinikmati dari berbagai kalangan. Terutama dalam kesederhanaan yang ada dalam naskah drama ini terdapat suatu konflik yang menarik yakni konflik yang dialami oleh Ani, konflik dimana Ani sebenarnya tidak menjadi dirinya sendiri selama ini. Dari konflik itu penonton tentu akan dibuat bertanya – tanya dan menebak apa yang sebenarnya diinginkan Ani karena alasan itu tidak digambarkan dalam naskah. Drama sangat bagus untuk menjadi sebuah pembelajaran hidup karena drama ini merefleksikan apa yang ada dalam kehidupan sebenarnya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar