Keragaman
Watak Tokoh “Bunga Rumah Makan” karya
Utuy Tatang Sontani
Oleh: Aprilia Tri Subekti
Karya sastra beragam
jenisnya mulai dari puisi hingga drama. Karya sastra memiliki berbagai peminat karena karya sastra banyak mewakili
perasaan masing – masing individu pembacanya. Puisi dan prosa merupakan karya
sastra yang dapat dengan mudah dijumpai disekitar kita, namun tidak begitu
dengan drama. Drama masih menjadi anak tiri dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Bagaimana ini dapat terjadi ?
Kemungkinan besar salah satu faktor penyebabnya ialah bentuk drama itu sendiri.
Bila drama dalam bentuk pementasan banyak peminat yang ingin melihatnya karena
merupakan seni pertunjukan, namun bila drama masih berupa naskah banyak pembaca
yang kurang berminat karena naskah drama langsung berisi dialog. Ini
menyebabkan pembaca tidak dapat mengimajinasikan pikirannya untuk membentuk
kata – kata yang dibentuk oleh tokoh di dalamnya, selain itu naskah drama tidak
terlihat menarik dari segi pengemasannya. Tidak seperti karya sastra lainnya
yang didesain seindah mungkin untuk membangkitkan minat pembaca untuk
menyentuhnya. Itulah beberapa kemungkinan yang menyebabkan drama menjadi anak
tiri di negeri ini.
Utuy Tatang Sontani,
sastrawan angkatan 45 terkemuka yang lahir di Cianjur, 1 Mei 1920. Karya
pertamanya ialah Tambera dalam bahasa
sunda, sebuah novel sejarah yang berlangsung di Kepulauan Maluku. Setelah itu
Utuy menerbitkan kumpulan cerpennya, Orang
– orang Sial , yang diikuti dengan cerita – cerita lakon yang membuatnya
terkenal. Lakon pertamanya (Suling dan
Bunga Rumah Makan) ditulis
sebagaimana lakon ditulis, tetapi selanjutnya ia menemukan cara menulis lakon
yang unik, yang bentuknya seperti cerita yang enak dibaca. Dari berbagai karya
yang telah dihasilkannya, akan dibahas mengenai Bunga Rumah Makan.
Mengapa Bunga Rumah Makan? Karena dalam naskah
drama ini penggambaran tokoh dan sifatnya jelas, jalan cerita tidak jauh dari
kehidupan sebenarnya, dan yang paling menarik meskipun penggambaran sebagian
besar tokoh dan sifatnya jelas ada sesuatu yang menarik dari tokoh utamanya
yakni Ani.
Bunga Rumah Makan
berisi tentang seorang gadis yang bekerja di rumah makan milik Sudarma. Ani
merupakan gadis yang cantik, baik dan setia sehingga banyak laki – laki yang
menaksirnya termasuk Karnaen anak dari pemilik rumah makan tempatnya bekerja.
Di balik semua kebaikannya, ternyata Ani menyembunyikan keinginannya. Ia berpura
– pura baik dan selalu ramah kepada setiap pengunjung rumah makan termasuk para
lelaki yang datang hanya untuk menikmati kecantikannya. Padahal ia merasa
terkekang dengan semua itu. Oleh karena itu, Iskandar seorang pelancong yang
mengamati itu mengingatkan Ani dengan nada keras agar ia berhenti melakukan itu
semua karena itu bukan sesuatu yang diinginkan Ani. Karena caranya mengatakan
simpatinya terkesan kasar, Karnaen yang datang berusaha untuk membela Ani. Ia
terlibat baku hantam dengan Iskandar, dan Karnaenpun memanggil polisi untuk
menangkap Iskandar. Setelah kejadian itu Ani sadar bahwa pa yang dikatakan oleh
Iskandar sesungguhnya benar. Jadi ketika Iskandar berhasil ditangkap oleh
polisi dan dibawa ke rumah makan, Ani lebih memilih untuk ikut dengan Iskandar
yakni mencari jalan kebebasan.
Dalam setiap cerita, tentu
ada tokoh dengan berbagai karakternya. Seperti halnya dalam kehidupan nyata
setiap manusia tentu memiliki sifat yang berbeda – beda. Untuk mempelajari
keragaman sifat manusia, kita dapat mempelajarinya dari tokoh – tokoh drama
“Bunga Rumah Makan” berikut ini.
Kita awali dari tokoh utamanya yakni Ani. Ani
sebagai tokoh utama memiliki sifat layaknya pemeran utama pada umumnya, ia
memiliki sifat protagonis. Ani merupakan tokoh yang rajin seperti terlihat pada
cuplikan adegan berikut ini.
Kaenaen: Who, engkau
turut masak?
Ani : Tidak mas, hanya memasak air. Timbangan diam tidak ada kerja, supaya tidak merasa kesal.
Ani : Tidak mas, hanya memasak air. Timbangan diam tidak ada kerja, supaya tidak merasa kesal.
Dialog di atas
menunjukkan bahwa ia tidak suka bermalas-malasan. Jika ia tidak mempunyai
kesibukan matinya akan merasa kesal. Bahkan ketika sedang berbincang-bincang
dengan Karnaen ia selalu mencari kesibukan yaitu dengan mengelap radio.
Karnaen: Tapi mengapa
engkau diam saja di belakang?
Ani : Saya membantu pekerjaan koki?
Ani : Saya membantu pekerjaan koki?
Dari percakapan itu
terlihat bahwa Ani bukan gadis yang sombong dan ringan tangan, meskipun
pekerjaan utamanya hanyalah sebagai pelayan rumah makan, namun ia tidak berat
hati untuk membantu koki di dapur meskipun itu bukan pekerjaannya. Selain itu,
ia seorang sosok yang juga dermawan. Ini dibuktikan bahwa ia marah ketika
seorang pengemis mencuri di tempatnya bekerja padahal setiap hari ia selalu
memberi uang pada pengemis itu, terdapat penggalan percakapan bahwa Ani sosok
yang sangat dermawan.
Ani: …Gaji saya yang
belum dibayar, saya minta untuk dihadiahkan kepada fakir miskin. (kepada
Karnaen)….
Ani seorang sosok yang
cantik meskipun begitu ia tetap ramah kepada siapapun yang ditemuinya. Ia
selalu ramah terutama pada pelanggan rumah makan tempatnya bekerja. Salah
satunya pada seorang ibu yang datang ketempat itu, ia melayani sambil mengajak
ibu itu bercerita. Ia pun masih bersikap ramah ketika ada pelanggan yang tidak
sopan kepadanya seperti terlihat pada percakapan ini.
Ani
:……Kuenya apa saudara? TArtyes atau lapis legit?
Pemuda 1 : Mana yang lebih enak?
Ani : Yang lebih enak tentu yang harganya lebih mahal.
Pemuda 1 : Tapi anehnya saya ini tidak suka kepada yang enak.
Ani : Mengapa?
Pemuda 2: Sebab dia bukan manusia biasa. Keluarbiasaannya adalah kalau nona sudah satu kali kenal dengan dia,maka dia…
Pemuda 1 :………………………………………….
Ani : Tapi saya hanya mau menerima, bila yang dibicarakan dalam telepon itu sungguh-sungguh penting.
Pemuda 1 : Mana yang lebih enak?
Ani : Yang lebih enak tentu yang harganya lebih mahal.
Pemuda 1 : Tapi anehnya saya ini tidak suka kepada yang enak.
Ani : Mengapa?
Pemuda 2: Sebab dia bukan manusia biasa. Keluarbiasaannya adalah kalau nona sudah satu kali kenal dengan dia,maka dia…
Pemuda 1 :………………………………………….
Ani : Tapi saya hanya mau menerima, bila yang dibicarakan dalam telepon itu sungguh-sungguh penting.
Ani :
…………………….saya lebih senang jadi pelayan daripada mengurus rumah tangga………………….
Karnaen: ………………Aku ingin melihat engkau menjadi wanita yang sungguh-sungguh wanita. Dan wanita yang kumaksud itu adalah wanita yang cakap mengurus rumah tangga.
Karnaen: ………………Aku ingin melihat engkau menjadi wanita yang sungguh-sungguh wanita. Dan wanita yang kumaksud itu adalah wanita yang cakap mengurus rumah tangga.
Dari dialog itu juga
dapat dilihat bahwa Ani sosok wanita yang setia, meskipun ia dirayu oleh pemuda
itu ia hanya membalas dengan gurauan. Ia tidak memerdulikan semua itu karena ia
senantiasa setia pada pacarnya. Dari percakapan antara ia dengan Karnaen
terlihat jelas meskipun Karnaen secara tidak langsung menyatakan perasaannya,
ia tetap setia pada kekasihnya Suherman.
Meskipun Ani selalu
bersikap baik kepada orang lain ada sifat menarik yang jarang dimiliki tokoh
protagonis yakni sifat baiknya membuat banyak orang tertipu dengan kebaikan dan
kecantikannya. Ia menggunakan kecantikannya agar banyak pengunjung yang datang
ke rumah makan. Selama ini Ani menyembunyikan perasaannya yang ingin bebas, ia
bersandiwara dengan berbaik hati pada siapapun terutama pengunjung laki – laki
di rumah makan padahal hatinya tidak berkata demikian. Ini terlihat dari ucapan
yang dilontarkan Iskandar padanya yakni, “……..engkau
diam di sini untuk bermain sandiwara, memperdagangkan kecantikan, menipu
laki-laki, supaya mau belanja ke sini”.
Iskandar, ia berperan
sebagai seorang pemuda pelancong. Ia mempunyai sifat jujur, menjujung tinggi
kebebasan, dan apa adanya. Ia tidak suka
merayu orang lain hanya untuk menarik hati orang lain. Ia berkata jujur untuk
menyadarkan Ani karena ia peduli meskipun itu terkesan kasar. Ia tidak ingin
membiarkan kecantikan Ani dinikmati lelaki yang datang ke rumah makan. Ini
terlihat dari ucapannya seperti berikut, “…engkau
diam di sini untuk bermain sandiwara, mendagangkan kecantikan, menipu laki-laki
supaya mau belanja ke sini.”
Sudarma sebagai pemilik rumah makan dan bapak dari
Karnaen memiliki sifat matrealistis dan pemarah. Ini terlihat ketika ia
memarahai Ani dengan keras karena memberikan pengemis uang. Ini ditunjukkan
dari perkataannya ketika memarahi Ani yakni, “…Jika begitu, sia-sia aku menggaji orang di sini. ....... Lain kali orang begitu usir saja, An. Jangan rumah makan kita dikotorinya.
(dengan suara lain) Tak ada
yang menanyakan daku.”..... Ia juga akan memarahi
Ani bila melakukan sedikit kesalahan, padahal itu tidak berdampak sama sekali.
Dia juga merasa berwibawa dan derajatnya tinggi, karena itu ia suka berbicara
semaunya dan suka bergaul dengan orang yang derajatnya lebih tinngi.
Karnaen ialah anak dari
Sudarma. Ia memiliki sifat pemberani, hal ini terlihat dari ia melindungi Ani
dari hinaan Iskandar hingga ia terlibat baku hantam dengan Iskandar. Meskipun
itu semua dilakukan atas dasar rasa cintanya pada Ani dan ia ingin menunjukkan
perhatiannya. Ini dibuktikan dari perkataannya pada Iskandar yakni, “Dari
itu, kalau saudara berurusan dengan dia, berarti saudara berurusan pula dengan
saya, sebab saya pelindung dia”.
Usman, ia merupakan
sahabat dari Sudarma. Ia merupakan orang yang religius. Ini tampak pada setiap
dialognya yang selalu dikaitkan dengan Tuhan. Ini terlihat dari perkataannya
pada Ani yakni, “Jika demikian,
kusampaikan doa, dan moga-moga kamu berdua dilindungi dan dikaruniai Tuhan
selalu”. Usman juga orang yang suka menolong, hal ini terlihat saat ia
mengungkapkan bahwa ia tahu bahwa Karnaen menciantai Ani. Ini tampak pada
ucapannya “Tapi aku menganjurkan kawin
tadinya aku mau menolong anakmu”.
Suherman, tokoh yang
memiliki dua karakter yang berbeda. Di salah satu sisi ia merupakan tokoh yang
perhatian dan romantis pada pasangannya. Ini terlihat dari perkataannya pada
Ani, ”Yang membahagiakan aku adalah
lantaran ia mengerti kepada keinginanku”. Ia juga merupakan tokoh yang
disiplin dan tepat akan janji. Ini terlihat dari percakapannya langsung bukan
tindakan. Ini terlihat pada percakapannya dengan Ani.
Ani
: Dan janji tentara adalah….
Suherman: Janji yang tidak kosong.
Suherman: Janji yang tidak kosong.
Ani : Saya percaya.
Suherman: Tapi pula tentara mesti selalu berdisiplin. Sekarang aku juga tak akan lama diam disini.
Suherman: Tapi pula tentara mesti selalu berdisiplin. Sekarang aku juga tak akan lama diam disini.
Dari percakapan itu
memang terlihat ia merupakan tokoh yang baik. Namun, di sisi lain ia mempunyai
karakter yang kurang baik. Ia bersifat pendusta, tidak sungguh – sungguh, dan tidak mau
mempunyai ikatan yang serius. Ia telah berjanji untuk kepada Ani untuk
bersungguh-sungguh padanya tetapi ia malah membohongi Ani ketika Usman
menanyakan kesungguhan cintanya kepada Ani dalam bentuk pernikahan. Ternyata
Suherman bersungguh-sungguh kepada Ani. Ia memang mempunyai hubungan dengannya
tetapi ia tidak pernah mempunyai keinginan untuk menikah. Hal ini tampak pada
ucapannya yaitu “Habis? Sangka saudara
saya mencintai perempuan itu untuk kawin?
Selain pendusta, tidak sungguh – sungguh, dan tidak mau mempunyai ikatan yang serius, ia juga merupakan tokoh yang tidak tahu sopan santun terutama kepada orang tua. Hal ini terlihat pada saat ia bertikai dengan Usman. Ia tidak penah memandang bahwa orang yang dihadapinya adalah orang yang lebih tua darinya dan harus diperlakukan hormat. Hal ini ditunjukkan seperti pada ucapannya ke Usman ketika ia disuruh menikah dengan Ani.”… lebih tidak kebetulan lagi karena baru sekali ini saya mendengar orang hendak turut campur dengan cinta saya”.
Selain pendusta, tidak sungguh – sungguh, dan tidak mau mempunyai ikatan yang serius, ia juga merupakan tokoh yang tidak tahu sopan santun terutama kepada orang tua. Hal ini terlihat pada saat ia bertikai dengan Usman. Ia tidak penah memandang bahwa orang yang dihadapinya adalah orang yang lebih tua darinya dan harus diperlakukan hormat. Hal ini ditunjukkan seperti pada ucapannya ke Usman ketika ia disuruh menikah dengan Ani.”… lebih tidak kebetulan lagi karena baru sekali ini saya mendengar orang hendak turut campur dengan cinta saya”.
Polisi, tokoh yang
identitasnya tidak dijelaskan ini memiliki sifat yang baik. Ia mengusahakan
jalan dami dan bekerja sesuai dengan tugasnya yakni menjaga keamanan dan kenyamanan
masyarakat. Hal ini ditunjukkan pada saat polisi ini mendamaikan antara Karnaen
yang melaporkan Iskandar pada dirinya karena telah memukul Karnaen. Hal ini terlihat pada dialog polisi
tersebut dengan Iskandar dan Karnaen pada saat mendamaikan mereka.
Iskandar: Sejak saya
meninggalkan dia tadi, sudah kumaafkan.
Polisi : Dia mengatakan begitu tuan,. Tinggal pihak tuan.
Karnaen : (melihat kepada orang lain)
Polisi : Tuan mau memaafkan dia atau tidak.
Karnaen: Ya, saya maafkan.
Polisi : Dia mengatakan begitu tuan,. Tinggal pihak tuan.
Karnaen : (melihat kepada orang lain)
Polisi : Tuan mau memaafkan dia atau tidak.
Karnaen: Ya, saya maafkan.
Rukayah adalah salah
satu tokoh di dalam drama ini sebagai tokoh antagonis. Ia ada merupakan tokoh
yang bersifat bijaksana karena ia mengetahui dan dapat menafsirkan bagaimana
menempatkan rasa cinta ini kepada sesorang yang dicintai. Ia berpandangan bahwa
sebagai perempuan tidak harus menyerahkan kepercayaan sepenuhnya kepada lelaki
dan dalam menghadapi lelaki tidak hanya dengan berdasarkan perasaan tetapi juga
berdasarkan akal sehat. Seperti yang dikatakan oleh rukayah kepada Ani “…….Kalau aku menghadapi laki-laki dengan
perasaan saja, alamat akan celakalah aku sebagai permpuan”. Dari perkataan
ini tampak bahwa ia mampu berpikir sehat dalam menghadapi suatu keadaan yang
disebut cinta. Ia mampu dengan bijaksana menentukan sikap yang seharusnya
dilakukan pada saat menghadapi perasaan tersebut. Sifatnya bijaksana yang
dimilkinya menjadikan dirinya untuk perduli terhadap orang lain. Ia tidak
mau orang yang berada di dekatnya akan mengalami kesulitan. Ini ditunjukkan
pada ucapannya kepada Ani “An, aku takut,
kalau-kalau engkau sejak sekarang takkan lagi jadi kawanku”.
Perempuan yang
berbelanja di rumah makan sambara, ia hanya tidak memiliki pengaruh besar. Ini
terlihat dari ketidakjelasan identitas tokoh, namun sifat perempuan ini masih
dapat dilihat dari karakternya yang senang memuji orang. Seperti terlihat dari
ucapannya “........Dan saya lihat tadi di sana memang ada yang cocok sekali
dengan kecantikan nona”. Percakapan tersebut menandakan bahwa perempuan itu
memiliki sifat ramah.
Pengemis, pengemis
tersebut memiliki sifat yang tidak baik. Ia merupakan orang yang tidak tahu
balas budi, ia tidak memikirkan bahwa apa yang dilakukannya akan berakibat
buruk terhadap orang lain terutama Ani orang yang telah berbaik hati kepadanya
selama ini. Ini terlihat dari dialog antara Ani dengan pengemis seperti berikut
ini.
Ani
: Hampir, tiap engkau datang di sini engkau kuberi uang. Tak nyangka, kalau
sekarang engkau berani-berani datang di sini dengan maksud mencuri.
Pengemis: Ampun, nona ampun.
Pengemis: Ampun, nona ampun.
Sekarang adalah tokoh
yang terakhir, yakni dua pemuda pegawai kantoran. Mereka memiliki sifat yang
tidak baik, karena mereka datang ke rumah makan hanya untuk menggoda Ani dengan
berkedok membeli sesuatu di rumah makan Sambara.
Dari berbagai watak tokoh
yang telah dibahas membuktikan bahwa setiap tokoh memiliki watak yang berbeda –
beda, ada yang baik ada pula yang buruk. Begitu pula dalam kehidupan sebenarnya
setiap manusia memiliki watak yang berbeda dan tidak mudah untuk dipahami.
Drama “Bunga Rumah Makan” ini bukan hanya refleksi kehidupan masyarakat pada
saat lahirnya drama ini, namun juga merupakan realita sosial yang terjadi saat
ini. Banyak dan dengan mudah kita dapat menjumpai orang – orang yang memiliki
watak seperti watak tokoh dalam drama ini.
Banyak rumah makan yang
mengandalkan kecantikan penjualnya bukan kualitas rasa masakan yang dimiliki
rumah makan itu sendiri. Banyak pula orang yang melakukan sesuatu yang
sebenarnya tidak pernah diinginkannya, seperti yang dilakukan Ani.
Drama ini merupakan
drama yang bagus karena dengan kesederhanaan drama ini namun dapat memasukkan
berbagai karakter tokoh di dalamnya. Ya, drama ini begitu sederhana dengan
hanya menggunakan satu latar tempat dan waktu dengan berbagai suasana. Bila
dilihat dari naskahnya drama ini juga sangat bagus karena naskahnya mudah
dibaca layaknya sebuah prosa sehingga membuat pembaca mudah memahami maksud
yang ada di dalamnya. Bila drama ini dipentaskan tentu juga akan menjadi
pementasan yang menarik karena dapat dinikmati dari berbagai kalangan. Terutama
dalam kesederhanaan yang ada dalam naskah drama ini terdapat suatu konflik yang
menarik yakni konflik yang dialami oleh Ani, konflik dimana Ani sebenarnya
tidak menjadi dirinya sendiri selama ini. Dari konflik itu penonton tentu akan
dibuat bertanya – tanya dan menebak apa yang sebenarnya diinginkan Ani karena
alasan itu tidak digambarkan dalam naskah. Drama sangat bagus untuk menjadi
sebuah pembelajaran hidup karena drama ini merefleksikan apa yang ada dalam
kehidupan sebenarnya.
0 komentar:
Posting Komentar