Mahasiswa Offering AA Angkatan 2010 Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

FORMULA PENULISAN NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY



FORMULA PENULISAN NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA
KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

Oleh: Rohim Efendi

Sastra populer adalah sastra yang populer pada masanya dan banyak pembacanya, khususnya pembaca di kalangan remaja. Sastra populer tidak menampilkan permasalahan kehidupan secara intens. Sebab jika demikian, sastra populer akan menjadi berat dan berubah menjadi sastra serius (Nurgiantoro, 1998:18). Sebutan sastra populer mulai merebak setelah tahun 70-an. Sering pula sastra yang terbit setelah itu dan mempunyai fungsi hiburan belaka, walaupun bermutu kurang baik, tetap dinamakan sebagai sastra populer atau sastra pop (Kayam, 1981: 82). Sastra populer adalah semacam sastra yang dikategorikan sebagai sastra hiburan dan komersial. Kategori hiburan dan komersial ini disangkutkan pada selera orang banyak.

Biasanya sastra populer bersifat artifisial atau bersifat sementara, cepat ketinggalan zaman, dan tidak memaksa orang untuk membacanya sekali lagi. Oleh karena itu sastra populer cepat dilupakan pembacanya apalagi dengan munculnya karya sesudahnya (Nurgiyantoro, 1998: 20). Menurut Kayam (1981: 88) sastra populer adalah perekam kehidupan, dan tidak banyak memperbincangkan kembali kehidupan dalam serba kemungkinan. Ia menyajikan kembali rekaman-rekaman kehidupan itu dengan harapan pembaca akan mengenal kembali pengalaman-pengalamannya sehingga merasa terhibur karena seseorang telah menceritakan pengalaman-pengalamannya itu. Sastra populer yang baik akan mengundang pembaca untuk mengidentifikasikan dirinya.

Sastra populer lebih mengejar selera pembaca komersial. Kategori sastra ini tidak akan menceritakan sesuatu yang bersifat serius sebab akan mengurangi jumlah penggemarnya. Sastra populer lebih mudah dibaca dan lebih mudah dinikmati. Ia tidak berpretensi mengejar efek estetis, melainkan memberikan hiburan langsung dari isinya. Isinya pun tergolong ringan, tetapi masih aktual dan menarik. Contoh sastra populer Indonesia misalnya, puisi-puisi remaja yang terbit di majalah-majalah, cerpen percintaan remaja, novel Laskar Pelangi, Ayat-ayat Cinta, ketika cinta bertasbih, cinta suci Zahrana dan lain sebagainya.

Dalam hal ini, penulis menganalisis sastra populer dari hasil karya Habiburrahman El Shirazy khususnya novelnya yang berjudul Cinta Suci Zahrana. Sebelum menguraikan novel ini, perlu dijelaskan sosok Habiburrahman El Shirazy kaitannya dengan karya-karyanya yang sering disebut populer. Kepopuleran Habiburrahman ditandai dengan karya-karya yang dapat dinikmati pembaca karena mudah dipahami dan dapat memberikan manfaat spiritual kepada pembaca. Karya sastra Habiburrahman dapat dikatakan sastra populer islam karena mengandung nilai-nilai keislaman yang kental. Beberapa karya populernya yang telah terbit antara lain, Ketika Cinta Berbuah Surga (MQS Publishing, 2005), Pudarnya Pesona Cleopatra (Republika, 2005), Ayat-Ayat Cinta (Republika-Basmala, 2004), Diatas Sajadah Cinta (telah disinetronkan Trans TV, 2004), Ketika Cinta Bertasbih (Republika-Basmala, 2007), Ketika Cinta Bertasbih 2 (Republika-Basmala, 2007) dan Dalam Mihrab Cinta (Republika-Basmala, 2007). Kini sedang merampungkan Langit Makkah Berwarna Merah, Bidadari Bermata Bening, Bulan Madu di Yerussalem, dan Dari Sujud ke Sujud (kelanjutan dari Ketika Cinta Bertasbih).

Pada dasarnya, sastra popular Islami mampu menangkap kegelisahan zaman. Jika sastra berbicara mengenai representasi yang melihat segmentasi pembaca dan pembaca pun merasa terepresentasikan melalui karya, saya rasa tidak salah, sastra popular Islami menjadi sangat booming. Dalam keberadaan Indonesia yang mayoritas muslim, hal ini tentu tidak menjadi soal. Buktinya, Ayat-Ayat Cinta menjadi salah satu novel dengan penjualan terbanyak selain Laskar Pelangi, dan juga telah berkali-kali cetak ulang. Bahkan, banyak karya lain yang ikut meniru Ayat-Ayat Cinta atau Laskar Pelangi, mulai dari cerita hingga cover bukunya.

Lain daripada itu, jika kita berbicara mengenai karya sastra, pada dasarnya setiap karya sastra mengandung ideologi yang ditawarkan kepada khalayak pembacanya. Booming Ayat-Ayat Cinta bisa saja mejadi sebuah penyebaran ideologi baru, bahwa dalam karya kita tidak harus malu-malu menyampaikan dakwah melalui karya semisal sastra. Segmentasinya yang lebih memilih “popular” dibandingkan dengan “serius” juga bisa menjadi salah satu bukti bahwa inilah satu-satunya cara agar dapat diterima oleh masyarakat luas, dan sangat mungkin juga berkaitan dengan prinsip-prinsip industrialisasi. Setelah populernya ayat-ayat cinta, maka muncul lagi karyanya yakni ketika cinta bertasbih, yang disambut baik oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Akhirnya novel ini pun di filmkan karena minat masyarakat dalam mengapresiasi novel tersebut yang dilihat dari penjualan novelnya yang cepat laku di pasaran.

Salah satu karyanya yang populer sekarang adalah novel Cinta Suci Zahrana. Novel tersebut telah dibedah oleh beberapa aktivis mahasiswa di beberapa universitas yang ada di Indonesia. Salah satunya mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Ini menandakan bahwa novel tersebut, banyak diminati oleh kalangan mahasiswa karena ceritanya yang sangat menarik dan menyentuh hati ketika membacanya.

Novel ini terjual hampir di seluruh Indonesia serta disambut oleh seluruh masyarakat karena ceritanya menarik sesuai harapan masyarakat. Ketertarikan masyarakat yakni adanya pesan atau amanat yang menegaskan bahwa pentingnya menuntut ilmu setinggi langit serta memilih pasangan hidup yang berakhlak mulia sehingga dapat membahagiakan rumah tangga. Kepopuleran dalam novel ini terlihat adanya tanggapan positif dari masyarakat pembaca dalam menyambut novel tersebut sehingga pengarang berantusias untuk memfilmkan novel tersebut.

Adapun dalam makalah ini, penulis menganalisis novel Cinta Suci Zahrana menggunakan pendekatan tekstual yang memanfaatkan teori formula. Teori formula melihat unsur-unsur yang membangun dalam novel populer. Dalam hal ini penulis menganalisis cerita yang dituangkan dalam novel ini serta menguraikan sedikit kepopuleran dari novel ini. Adi (2011:228) menjelaskan bahwa pendekatan yang umum dilakukan dalam meneliti fiksi populer yang berhubungan dengan faktor kesejarahan adalah pendekatan yang pada dasarnya meneliti keberlangsungan, pengulangan, duplikasi dan imitasi dari suatu bentuk dan unsure-unsur fiksi populer.; dengan demikian dapat diidentifikasikan unsur-unsur yang membuat kepopuleran jenis fiksi populer. Pendekatan ini berdasar pada teori-teori formula dan genre. Secara sederhana, metode dengan pendekatan genre ini dilakukan dengan membandingkan fiksi-fiksi lain yang serupa dan dilihat kesamaannya serta menghubungkannya dengan budaya sehingga terjawablah pertanyaan tentang mengapa suatu genre populer.

Adi (2011:209) menjelaskan bahwa penelitian genre fiksi populer juga dilakukan dengan melihat unsur-unsur atau elemen suatu fiksi populer. Akan tetapi, berbeda dengan unsur-unsur karya sastra, unsur-unsur dalam konteks fiksi populer disebut formula. Jadi, dapat dikatakan secara umum, formula dapat disamakan dengan unsur. Di samping formula, unsur lain yang penting dalam fiksi populer adalah arketipe. Arketipe merupakan unsure-unsur yang dapat dikatakan universal. Menurut Cawelti, (dalam Adi, 2011:211) formula dan arketipe berbeda. Arketipe adalah pola cerita yang tidak dibatasi oleh kebudayaamn tertentu maupun oleh waktu, sedangkan formula didefinisikan sebagai kombinasi konvensi budaya yang spesifik antara satu budaya dengan budaya lainnya. Namun, dalam analisis ini penulis hanya memfokuskan pada teori formula dalam menganalisis novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy.

1.       Formula Penulisan Novel Cinta Suci Zahrana

Sinopsis Cerita

Cinta Suci Zahrana menceritakan seorang tokoh heroik yakni Zahrana yang memiliki keinginan untuk berjuang dalam menuntut ilmu sampai ke jenjang S3 di luar negeri yakni di Cina. Dengan kegigihannya dalam berjuang melupakan dia dalam membangun rumah tangga. Namun, orang tua dan temannya menyadarkan dia untuk menikah sebelum melanjutkan studi S3-nya. Ia pun tersadar dengan sendirinya dan mengubah pendiriannya untuk mengikuti nasehat dari orang tua dan temannya. Ia mengubah untuk membangun rumah tangga sebelum melanjutkan studinya. Namun, setelah ia menikah, ia tetap bertekad untuk melanjutkan studinya di luar negeri seperti yang dicita-citakan.

Zahrana akhirnya memutuskan untuk memilih suami yang berakhlak mulia untuk dijadikan imam bagi anak-anaknya. Dengan pilihannya tersebut, ia menolak beberapa lamaran bahkan lamaran Pak Sukarman yang merupakan dekannya yang sangat ia hormati pun ditolak karena akhlaknya yang kurang baik di mata Zahrana. Meskpun di umur yang sudah tua yakni 34 tahun, ia tidak perduli, yang penting baginya adalah impiannya untuk menikah dengan suami yang dapat dijadikan imam bagi rumah tangganya. Hal ini dilakukan karena Zahrana ingin rumah tangganya bahagia dan memiliki anak-anak yang saleh.

Kekuatan niatnya akhirnya membuahkan hasil yang ia harapkan. Ia akhirnya menikah dengan mahasiswanya Hasan. Hasan terkenal dengan watak yang seperti ia harapkan. Setelha pernikahannya dengan Hasan akhirnya ia melanjutkan studinya di Cina dengan biaya beasiswa yang dijanjikan salah seorang dosen yang ada di universitas tempat Zahrana studi. Akhirnya kebahagiaanlah yang dialami oleh tokoh heroik yakni Zahrana. Kebahagiaan karena impiannya tercapai yakni menikah dengan suami yang berakhlak mulia dan dapat melanjutkan perjuangannya untuk menuntut ilmu di luar negeri dengan biaya beasiswa.

Dari sinopisis di atas, maka penulis memiliki gambaran sedikit dengan kepopuleran cerita dalam novel ini, yakni alurnya menarik dan diakhiri dengan happy ending. Happy ending di sini dapat dilihat dari tokoh heroiknya yang dapat mewujudkan impiannya sehingga kebhagiaanlah yang ia rasakan. Kemudian cerita ini juga mudah dipahami, dan sesuai dengan formula dalam sastra populer. Untuk lebih jelasnya mengenai formula dalam novel tersebut, maka penulis akan menguraikan analisis novel tesebut dengan menggunakan teori formula. Di lihat dari genrenya cerita di atas tampak memiliki genre religius pada umumnya, dan genre romance pada khususnya.

Agar lebih jelas dari uraian di atas, maka penulis menguraikan analisis mengenai cerita tersebut dengan menggunakan teori formula yang melihat novel populer dari unsur-unsurnya.


a. Plot

Adi (2011:38) mengemukakan bahwa Plot cerita suatu novel, baik dalam haigh literature maupun populer literature, dimulai dengan perkenalan keadaan, perkembangan, dan penutup, atau dimulai dengan eksposisi, komplikasi, konflik, klimaks, dan penutup. Dalam hal ini, jalan cerita merupakan unsur yang sangat menonjol dalam sebuah novel, dimulai dengan menceritakan suatu keadaan, kemudian keadaan tersebut mengalami perkembangan, dan akhirnya cerita ditutup dengan sebuah penyelesaian. Sedangkan plot cerita berupa alasan yang menyebabkan terjadinya perkembangan tersebut.

Yang sering menjadi ciri novel populer adalah akhir cerita. Berbeda dengan novel adiluhung, cerita biasanya diakhiri dengan happy ending atau berkahir dengan kemenangan tokoh utamadan berakhir dengan kebahagiaan. Karena pada dasarnya novel populer adalah hiburan, ceritanya haruslah memenuhi keinginan pembaca dan happy ending memenuhi keinginan tersebut. (Adi, 2011:38).


Dalam novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy, dapat disusun plot sebagai berikut.
1. Diawali dengan tokoh heroik dalam hal ini Zahrana yang merasakan kebahagiaan yang tidak sempurna terhadap prestasi yang diraihnya. Disebabkan teringat oleh orang tuanya yang tidak merespon baik penghargaan yang diraihnya, pada tujuannya adalah untuk membahagiakan orang tuanya.


Hal tersebut tampak pada kutipan berikut.


“Wajah ayah dan ibunya yang dinginlah yang membuat rasa bahagianya tidak sempurna, bahkan rasa bahagia itu nyaris seketika. Ia bertanya-tanya dalam hati, bukankah ia bersusah payah dan berjuang keras mengukir prestasi selama ini untuk membahagiakan kedua orang tuanya.?sebagai anak semata wayang ia tidak mau dimanjakan. Ia belajar keras dan bekerja tiada henti siang dan malam demi mengangkat derajat kedua orang tuanya (El Shirazy, 2011: 2).


2. Tokoh heroik, ingin memfokuskan dirinya ke studi, dan belum memikirkan masalah pernikahan. Hal ini tampak pada kutipan berikut.


“Ia tersenyum pada sahabatnya itu dan mengatakan belum ingin menikah, ia ingin menyelesaikan kuliah” (El Shirazy: 2011:23).


3. Tokoh heroik mendapat serangan batin dari orang tua dan sahabatnya. Orang tua dan temannya sangat menginginkn Zahrana untuk mementingkan membangun rumah tangga dibandingkan dengan melanjutkan studinya. Hal ini tampak pada kutipan berikut.


“Jadi selain ayah dan ibunya, sebenarnya banyak dari teman-temannya yang mengingatkan untuk menikah tetapi ia entah kenapa lebih memilih berasyik masyuk dengan buku dan perpustakaan” (El Shirazy, 2011:26).


Tahap keempat, tokoh Zahrana mulai menyadari diri, dengan harapan orang tuanya yang menginginkan dia untuk segera menikah. Hal ini tampak pada kutipan berikut.


“Zahrana, ayah dan ibumu saat ini tidak memerlukan lagi penghargaan-penghargaan ilmiah itu. Yang mereka inginkan darimu adalah kamu segera berumah tangga, lalu member mereka cucu. (El Shirazy, 2011: 27).


4. Kesadaran tokoh heroik atau Zahrana untuk membangun rumah tangga. Namun, Zahrana hanya ingin menikah dengan calon suami yang berakhlak mulia. Ia tidak ingin menikah denga lelaki yang berakhlak buruk, sehingga kebahagiaannya berumah tangga tidak akan diperolehnya.
“Saya tidak menunggu yang bagaimana-bagaimana Bu. Saya menunggu lelaki saleh yang pas di hati saya. Itu saja.” Jawab Zahrana.(El Shirazy, 2011: 196).


5. Zahrana mengalami konflik berupa teror dari tokoh Sukarman, seorang dekan yang ditolak lamarannya oleh Zahrana. Teror tersebut berupa kata-kata pedas yang dikirimkan Pak Sukarman kepada Zahrana. Hal tersebut tampak pada kutipan berikut.


”Sedang apa perawan tua?”

”Ternyata jadi perawan itu indah”

”Jangan-jangan jilbabmu itu kedok untuk menutupi daging  Tuamu yang sudah busuk di kerubung lalat”.

Zahrana tersentak dan geram. Sebuah teror. Teror paling primitif, dengan kata-kata yang merendahkan dan menyakitkan. Ia periksa nomornya. Nomor yang tidak ia kenal. Ia nyaris membalas SMS itu dengan kata-kata yang sama pedasnya. Tapi ia urungkan. Ia sudah bisa menduga kira-kira dan mana sms itu berasal. Akhirnya ia memilih diam. Dan tanpa pernh menganggap sms itu ada. Ia merasa diam adalah senjata paling ampuh (El Shirazy, 2011:223).


6. Zahrana berusaha untuk menemukan cinta sucinya dengan meminta bantuan kepada sahabat dan kiyai yang ada di pesantren.

”Baiklah ayah, tak kurang ikhtiar saya. Untuk menemukan yang saya idamkan baiklah saya akan sowan ke tempat Bu Nyai dan Pak Kiai secepatnya.”Jawab Zahrana sambil mengusap air matanya (El Shirazy, 2011:229).



7. Zahrana menemukan lelaki yang ia idamkan melalui Pak Kiai, yakni Rahmad.
Rahmad lelaki saleh yang sesuai dengan kriterianya dalam memilih suami.


8. Zahrana mengalami konflik, dengan meninggalnya calon suaminya yakni
Rahmad, sebelum pelaksanaan pernikahan dimulai.  Zahrana meyakni bahwa kematian suaminya disebabkan oleh Pak Sukarman yang berencana untuk membatalkan pernikahannya.


9. Zahrana menghadapinya dengan sabar, dan menyerahkan semua musibah yang
dialami kepada Allah SWT.


10. Zahrana membaca sebuah koran, tentang penangkapan Pak Sukarman karena
melakukan perbuatan susila terhadap; mahasiswanya.


11. Zahrana merasakan kebahagiaan, karena baginya Allah yang telah membalas
perbuatan buruk Pak Sukarman kepadanya.


12. Zahrana mendapat lamaran lagi dari Hasan, yang pernah menjadi mahasiswanya.
13. Zahrana menerima lamaran Hasan, karena bagi Zahrana Hasan adalah lelaki yang saleh, cerdas, yang sesuai dengan idamannya.

15.Penutup cerita, berakhir dengan penyelesaian happy ending, yakni seorang tokoh utama Zahtrana mengalami kebahagiaan karena impiannya untuk menikah dengan lelaki saleh tercapai. Tidak hanya itu, Zahrana juga berbahagia karena setelah menikah, suaminya mengijinkan Zahrana untuk tetap melanjutkan S3-nya di Cina. Akhirnya Zahrana bersama Hasan pun pindah ke Negeri Cina untuk belajar. Hasan melanjtukan S2, dan Zahrana melanjutkan S3. Mereka sama-sama hidup berbahagia dengan penuh cinta. Itulah cinta suci Zahrana yang tergambar dalam novel ini.


b.Tema

Berkaitan dengan uraian tersebut, tema dalam novel Cinta Suci Zahrana dapat ditemukan melalui judulnya yakni kesucian cinta Zahrana yang dapat digambarkan melalui perjuangan seorang wanita dalam memilih pasangan hidupnya sesuai dengan idamannya, yakni yang tampan, saleh, cerdas, dan dapat dijadikan imam bagi rumah tangganya demi kebahagiaan dalam menempuh hidup berumah tangga.

Seperti yang dikatakan oleh Adi (2011:46) bahwa cerita romance biasanya mengambil nilai-nilai kesetiaan pria, perjuangan seorang istri, atau keberhasilan wanita dalam memperoleh pasangan yang tampan, baik hati, lembut, dan sebagainya. Pemilihan nilai-nilai yang dijadikan dasar pembuatan tema tersebut karena diasumsikan bahwa nilai tersebutlah yang menjadi keinginan segmen pembacanya. Terbukti pada penulis, penulis memiliki keinginan yang kuat terhadap apa yang dituangkan dalam cerita ini karena mengandung nilai-nilai yang mirip atau sesuai dengan impian penulis.


c.Penokohan

Adi, (2011: 46, 47, dan 48) mengemukakan bahwa kehadiran tokoh cerita, baik tokoh utama maupun tokoh pendukung selalu ada di semua novel, apakah novel tersebut novel populer atau adiluhung. Perbedaannya, dalam novel adiluhung, tokoh yang dihadirkan di dalam cerita sangat sedikit, sedangkan dalam novel populer para tokohnya hadir dalam jumlah yang lebih banyak. karakter dalam novel populer harus berpikir dan bertindak seperti layaknya manusia dalam dunia nyata. Dan juga penokohan dalam fiksi populer sangat tergantung pada segmen pembacanya dan segmen pembaca ini dipengaruhi oleh atau mempengaruhi genre fiksi populer, artinya fiksi populer ditujukan bagi pembaca yang menjadi sasaran dalam menentukan penokohannya.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat kita lihat pada novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy yang memeiliki tokoh yang cukup banyak. Tokoh-tokoh teresebut adalah, Zahrana, kedua orang tua Zahrana (Ibu Nuriyah, dan Pak Munajat), Sahabat Zahrana (Lina dan Wati), rekan-rekan dosen (Ibu Merlin, Pak Solihin), Mahasiswanya (Hasan, Nina), Ibunya Hasan (dr. Zulaikha), Lelaki yang melamarnya (Pak Gugun, Pak Sukarman, Pak Didik, Rahmad, Hasan). Pak Kiai dan Bu Nyai. Santri, rekan-rekan dosenya di Beijing Vincent Lung, Lilian, dan rector serta rekan-rekan lainnya.

Novel ini juga menyajikan kejadian dan karakter manusia sesuai dengan alam yang nyata, Yakni kesungguhan seorang dalam menmepuh keinginanya yang tampak baik dari tokoh utama maupun tokoh bawahan atau pembantu. Novel ini menunujukkan segmen pembaca yang begitu banyak terutama kaum perempuan yang mendambakan lelaki yang saleh demi kebahagiaan rumah tangganya. Meskpun, lebih banyak diminati oleh pembaca perempuan, tak dapat dipungkiri juga segmen pembaca ada dari kaum adam atau laki-laki yang ingin memilih pasangan hidupnya sesuai keingiannya yakni perempuan yang salehah dan penuntun anak-anaknya kelak.

d. Latar atau Setting

Adi, (2011, 49) mengemukakan latar dalam novel populer dapat dipakai sebagai alat menarik perhatian pembaca atau penonton. Latar dapat juga menentukan jenis cerita itu sendiri.

Menurut Krakauer dan Bazin (dalam Adi, 2011: 51) hal terpenting adalah cara membuat suatu representasi rekaan serealistis-realitisnya. Hal ini disebabkan adanya kekuatan penalaran yang dimiliki oleh penikmat fiksi populer. Dalam menilai suatu adegan realistis atau tidak dengan cara membandingkannya dengan realitas di dunia nyata. Jadi, hokum logika sangat penting dalam pembuatan atau penulisan fiksi populer.

Adapun dalam novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy memiliki latar tempat di Semarang, UNDIP, Yogyakarta, UGM, Bandung, ITB, China (Beijing), Pesantren, dan di Masjid. Dalam fiksi populer, latar tersebut tampak realitas dan sesuai dengan unsure ceritanya yang membangun cerita mengenai tema yang diangkat.

e.Suasana

Adi, (2011:52) mengemukakan bahwa dalam cerita-cerita populer di Indonesia, terdapat gaya pengarang yang menggurui, penuh nasihat, dan bahasanya kebapakan sehingga suasana ceritanya mengandung hal-hal yang teratur serta tokoh-tokohnya digambarkan selalu baik, dan sebagainya. Berbeda dengan fiksi populer Amerika yang cenderung menghindari kesan menggurui.  Dari perbedaan inilah sering kita mendengar orang mengatakan bahwa cerita-cerita populer di Indonesia lebih muda ditebak. Hal ini disebabkan kesan menggurui ini mengarahkan akan dibawa ke mana pembaca dan penonton di akhir cerita.

Dalam novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy, tampak suasana cerita mendukung tema yang disajikan pengarang. Suasana yang religius yang ditampilkan oleh tokoh utama, Zahrana. Suasana penuh semangat dalam mewujudkan impiannya dalam memilih jodoh, serta ketenangannya dalam melawan musibah yang menimpahnya. Dalam hal ini, dalam cerita ini juga tampak kesan dari pengarang yang menggurui atau memberikan nasehat kepada pembaca agar bersungguh-sungguhlah dalam usaha demi kebaikan, karena dengan kesungguha tersbut akan mewujudkan apa yang menjadi impian kita, serta pengarang menganjurkan agar masyarakat dapat memilih pasangan untuk hidup berumah tangga dengan mengutakan akhlak dibandingkan yang lainnya, karena itulah kunci kabahagiaan rumah tangga. Bagi penulis cerita ini suasananya mudah ditebak, karena pembaca telah mengenai alur dari cerita ini dan apa yang menjadi akhir dari penyajian cerita dalam novel ini. Inilah yang menjadi dasar, novel Cinta Suci Zahrana dikatakan populer.

Dalam fiksi populer khususnya novel lebih memprioritaskan kedudukan novel dalam kaitannya dengan segmentasi pembacanya. Hal ini yang mendukung novel dikatakan populer. Novel populer adalah novel yang mudah dipahami oleh pembaca dan bersifat menghibur serta berakhir dengan happy ending.

Dalam novel Cinta Suci Zahrana mengandung alur yang menarik diawali dengan gambaran suasana tokoh Zahrana, konflik yang menimpanya, cara menyelesaikan konflik tersebut dan akhirnya sampai pada penyelesaian yakni kebahagiaan Zahrana sebagai tokoh utama dalam mewujudkan impiannya untuk menikah dengan lelaki tampan, baik, saleh, cerdas, dan dapat dijadikan imam bagi rumah tangganya. Tema dalam novel ini mudah ditemukan melalui judulnya serta sampul covernya yang menunjukkan kesucian cinta Zahrana dalam menentukan pasangan hidupnya. Suasana dalam novel ini mendukung cerita serta begitu juga latar yang senagaja disajikan pengarang dsecara nyata agar mudah dipahami oleh pembaca serta pembaca dapat memvisualisasikan apa yang ia baca dalam novel tersebut. Tokoh dalam novel ini disajikan begitu banyak serta menunjukkan karakter yang sesuai dengan suasana cerita yang ditampilkan pengarang.

Dengan menganalisis formula atau unsur-unsur cerita dalam novel ini, maka akan tampak kepopuleran novel ini dilihat dari cerita yang disuguhkan oleh pengarangnya. Sehingganya apa yang dituangkan dalam novel ini semakin meyakinkan bahwa novel ini termasuk dalam novel populer yang memiliki genre religius pada umumnya, dan genre romance pada khususnya. Dikatakan genre religius karena formula ceritanya mengandung unsur-unsur nasehat yang disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Nasehat tersebut berupa anjuran memilih pasangan yang berakhlak mulia dalam berumah tangga, dan genre romance tampak dalam formula cerita yang mengandung unsur perjuangan seorang tokoh wanita yakni Zahrana dalam memilih suami yang sesuai dengan idamannya yakni yang tampan, baik, cerdas serta berakhlak mulia.

Daftar Pustaka

Adi, Ida Rochani. 2011. Fiksi Populer: Teori dan Metode Kajian. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Kayam, Umar. 1981. Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan.
Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton. Diterjemahkan oleh Sugihartuti dan Rossi Abi Al Irsyad. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar