METROPOLISME CERPEN
“Gerimis Bermata Batu”
Oleh: Zakiah Alif Syakura
Ulasan singkat cerpen “Gerimis Bermata Batu” karya
Gunawan Tri Atmodjo:
Hujan
rintik menyaksikan mata sembab seorang ibu dengan darter yang lusuh. Suara anak
yang kegirangan melengking menyayat gendang telinganya. Sarju masih ingat hujan
tiba-tiba turun di tengah musim kemarau membuat luka yang sangat dalam.
Siang
itu di tengah-tengah bekerja tiba-tiba Sarju mendapat telepon dari istrinya,
Lastri. Berita duka bahwa anaknya telah menjadi korban tabrak lari. Sarju
bergopoh-gopoh bergegar ke rumah sakit. Sesampainya di sana, nyawa anaknya pun
sudah tak dapat ditolong lagi.
Sarju
mengumpulkan semua uang untuk biaya pemakaman yang layak bagi anaknya. Tetapi
siapa sangka harga sepetak tanah untuk pemakaman sangat mahal. Bahkan Sarju
masih harus merogoh kocek untuk tempat pemakaman di bantaran sungai.
Sarju
tidak menyangka saat dia kembali ke rumah, hujan tiba-tiba turun dengan lebat.
Sarju bergegas membawa linggis dan pacul, berlari menerobos pekatnya hujan yang
semakin lebat. Di pemekaman, tubuh Sarju seakan hancur seketika saat mengetahui
makan anaknya sudah dibabat habis oleh air sungai yang meluap. Sarju
menyayangkan mengapa hidup anaknya sangat menyedihkan seperti itu. Hanya karena
tak memiliki uang yang cukup, jasat anaknya harus hanyut terbawa sungai yang
meluap.
***
Cerpen yang berjudul “Gerimis
Bermata Batu” ini adalah karya Gunawan Tri Atmodjo pada Juli 2004 di kota
kelahirannya, Solo. Gunawan lahir pada 1 Mei 1982. Pada lahirnya cerpen ini
Gunawan masih menempuh kulih di Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS Surakarta.
Karya
sastra baik puisi, drama, cerpen, ataupun karya sastra yang lain memiliki pesan
yang ingin disampaikan penciptanya. Dengan menggunakan pendekatan pragmatik,
pembaca dapat memperoleh pesan sosial yang ingin disampaikan Gunawan.
Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang memandang karya sastra dari segi
pembaca.
Di awal cerpen, sebagai prolog,
Gunawan telah melukiskan suasana yang miris. Suasana melihat hujan gerimis dari
bibir jendela, suara anak kecil yang girang melengking terdengar menyayat
gendang telinga, dan istri bermata sembab, Lastri, yang terbujur dengan baju
yang lusuh, dan kondisi rumah yang aburadul. Suasana tersebut dapat
menarik simpati pembaca untuk terus membaca cerpen. Suasana yang digambarkan
Gunawan di awal cerpennya mampu menimbulkan pertanyaan-pertanyaan pembaca
tentang apa, bagaimana, mengapa, dan siapa. Pertanyaan tersebut
yang membuat cerpen ini memiliki keunggulan bagi pembaca.
Kemudian
pada bagian prolog berikutnya Gunawan berusaha membuat skemata pembaca tentang
makna hujan gerimis yang diaangkatnya dalam judul cerpen. Dari prolong yang
kedua inilah, Gunawan menggiring pembaca tentang metropolisme. Gunawan
memaparkan kondisi lingkungan rumahnya yang rawan banjir. Pembaca yang
mengetahui cerpen ini di tahun 2013 akan cepat teringat pada kondisi metropolis
Jakarta yang terdapat banyak kesenjangan. Di tengah kota yang megah terdapat
kehidupan yang jauh dari layak.
Gunawan
membuat tokoh Sarju dalam cerpennya sebagai penyampai pesannya. Sarjo yang
dengan sigap mengambil linggis dan cangkup di tengah hujan lebat yang turun di
tengah musim kemarau tanpa mempedulikan dingin. Hal tersebut membuat pertanyaan
yang campur aduk tentang apa yang dilakukan Sarju serta mengapa Sarju demikian.
Cerpen
karya Gunawan ini dapat menggugah hati pembaca dengan kisah tokoh yang bernama Sarju.
Terlebih pembaca yang tinggal di lingkungan kota, perasaan haru terhadap
kehidupan Sarju akan menjadikan perubahan. Gunawan mampu menyampaikan pesan
dalam cerpennya tersebut.
Gunawan
menyampaikan bahwa di kota besar orang miskin bukan hanya orang yang mampu
memberi beban saja. Gunawan menyampaikan lewat tokoh Sarju bahwa orang miskin
yang ada di kota besar juga pekerja keras untuk menghidupi keluarganya, hanya
saja kehidupan kota yang serba uang menjadikannya sebagai sisi negatif kota.
Gunawa
juga membubuhkan kekejaman lain kehidupan di kota besar taua kota metropolis.
Gunawan membuat secara tragis kematian anak Sarju, dengan ditabrak lari oleh
seseorang mengendara di jalan.
Selain
itu, Gunawan juga menyampaikan bahwa setiap orang yang terlahir di dunia ini
memiliki rasa kasih sayang terlebih antara hubungan orang tua dan anak. Gunawan
menyampaikan melalui tokoh Sarju dan istrinya. Sepasang orang tua tersebut
meski pun orang miskin yang di kelilingi kota yang megah tetap memperjuangkan
jasat anaknya untuk dimakamkan. Bahkan yang lebih mengharukan dan menyentuh
hati adalah ketika Sarju tidak peduli hujan yang tiba-tiba turun lebat berlari
ke makan untuk menyelamatkan kuburan anaknya.
Sedikit
peristwa yang dialami Sarju dan keluarganya tersebut sudah mencerminkan sisi
kejamnya kehidupan di kota. Kota yang megah dengan bangunan yang mewah, uang
yang melimpah di kantong-kantong orang kaya, dan gemerlap hidup yang taka da
habisnya lupa bahwa masih ada orang-orang yang lebih membutuhkan. Sebut saja
kisah Sarju dalam cerpen Gunawan ini, Sarju yang memperjuangkan tanah 1 m x
2 m untuk pemakaman sulit sekali karena tak punya uang. Akhirnya, Sarju
menemukan tempat pemakaman yang pas
Sarju pun masih harus membayar. Tempat pemakaman di bantaran sungai yang
rawan banjir dan pemakaman di atas makam yang lain saja dikenai biaya yang
tidak sedikit nominalnya, padahal jika di tengok lagi tanah luas masih kosong
bahkan di belakang lokasi pembangunan tempat Sarju bekerja.
Gunawan
menggugah hati pembaca pada klimaks cerita. Makam anak, yang menurut Sarju itu
hanya makan sementara anaknya lantaran dia ingin memindahkannya kelak saat dia
sudah punya uang ke tempat yang lebih layak, hanyut terbawa arus sungai yang
meninggi saat hujan tiba-tiba turun.
Tergambar bahwa hati Sarju hancur ketika melihat makam anaknya sudah
lenyap tertelan air yang meninggi.
Secara
keseluruhan cerpen ini dapat menyampakan pesan kepada pembaca bahwasanya
sebagai manusia hendaklah saling tolong menolong tanpa memperhitungkan imbalan,
terutama uang. Kisah Sarju dalam cerpen ini menggugah pembaca dengan hidup yang
kerja keras mencari nafkah tetapi hasilnya tetap saja nihil. Sebagai manusia
harus tetap berusaha apapun nanti hasilnya.
0 komentar:
Posting Komentar