Mahasiswa Offering AA Angkatan 2010 Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

PERTEMUAN TAK TERDUGA ANTARA PERAWAN BAGAI PERAK DAN SI JAGO CINTA



PERTEMUAN TAK TERDUGA ANTARA PERAWAN BAGAI PERAK DAN SI JAGO CINTA
Oleh: Nurus Dwi Ariska
 
Berkembangnya dunia sastra di Indonesia membuat Indonesia semakin mengenal jenis-jenis karya sastra yang ada. Globalisasi juga berpengaruh dalam masuknya karya-karya sastra asing ke dalam Indonesia. Banyak karya-karya asing yang disadur dalam bahasa Indonesia oleh tokoh-tokoh sastra yang ada. Beberapa tokoh yang pernah mengalihbahasakan karya sastra asing menjadi karya sastra dalam bahasa Indonesia, diantaranya W.S Rendra, Toto Sudarto Bachtiar, dan Sapardi Djoko Damono. Karya-karya sastra asing yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi milik Indonesia.
Banyak tokoh-tokoh legendaris sastra yang sebenarnya memanfaatkan pengetahuan yang didapatkannya dari kehidupan sastra asing sebagai bahan penciptaan yang akan dijadikan sebuah bentuk karya sastra. Seperti halnya yang dilakukan oleh Sapardi Djoko Damono dalam menerjemahkan lakon "Pagi Bening". Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono (lahir di Surakarta, 20 Maret 1940; umur 73 tahun) adalah seorang pujangga Indonesia terkemuka. Ia dikenal dari berbagai puisi-puisi yang menggunakan kata-kata sederhana, sehingga beberapa di antaranya sangat populer. Ia menikah dengan Wardiningsih dan dikaruniai seorang putra dan seorang putri.
Masa mudanya dihabiskan di Surakarta (lulus SMP Negeri 2 Surakarta tahun 1955 dan SMA Negeri 2 Surakarta tahun 1958). Pada masa ini ia sudah menulis sejumlah karya yang dikirimkan ke majalah-majalah. Kesukaannya menulis ini berkembang saat ia menempuh kuliah di bidang Bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sejak tahun 1974 ia mengajar di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, namun kini telah pensiun. Ia pernah menjadi dekan di sana dan juga menjadi guru besar. Pada masa tersebut ia juga menjadi redaktur pada majalah "Horison", "Basis", dan "Kalam".
Sapardi Djoko Damono banyak menerima penghargaan. Pada tahun 1986 SDD mendapatkan anugerah SEA Write Award. Ia juga penerima Penghargaan Achmad Bakrie pada tahun 2003. Ia adalah salah seorang pendiri Yayasan Lontar.
"Pagi Bening" merupakan sebuah naskah drama komedi yang diterjemahkan oleh Sapardi Djoko Damono. Naskah drama ini hanya satu babak yang diangkat dari Tanah Spanyol. "Pagi Bening" yang merupakan sebuah naskah drama komedi ditulis oleh Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero. Berikut sedikit sinopsis mengenai naskah drama "Pagi Bening" karya Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero yang diterjemahkan oleh Sapardi Djoko Damono.
Dahulu di kota Valensia tinggallah seorang pemuda bernama Don Gonzalo. Dia mempunyai cerita cinta dengan wanita yang tinggal di Villa Maricella yang juga berada di kota yang sama. Wanita itu bernama Laura Liorento yang mempunyai julukan "Perawan Bagai Perak". Sementara itu, Gonzalo mempunyai julukan "Si Jago Cinta". Mereka saling jatuh cinta akan tetapi mereka tidak dapat bersama. Laura memiliki kebiasaan suka menyendiri di jendela kamarnya. Dari sana dia biasanya bertemu dengan Gonzalo dan bercakap-cakap dengannya. Gonzalo berpendapat bahwa Laura merupakan seorang gadis yang ideal, manis bagai kembang lilia, rambutnya yang hitam sungguh membuat Gonzalo sangat mengaguminya. Tubuhnya yang ramping menambah rupawan sosok seorang Laura Liorento.
Akan tetapi, Laura yang mendapat segala sanjungan dan pujian dari Gonzalo, tidak berpikir demikian. Dia berpikir bahwa dia merupakan seorang gadis malang yang gagal dalam urusan percintaan. Setiap pagi, Gonzalo datang dengan naik kuda menemui Laura dari jendela kamarnya untuk melemparkan seberkas bunga yang segera disambut oleh Laura. Dan tak lama dari itu ketika Gonzalo lewat di bawah jendela itu lagi, dia mendapat balasan bunga dari seorang Laura. Laura dijodohkan oleh keluarga dengan saudagar yang tidak ia cintai sama sekali. Hingga sampai di suatu malam ketika Gonzalo mendatangi jendela kamar Laura untuk menemuinya, saudagar yang dijodohkan dengan Laura telah menunggu di sana. Tidak disangka saudagar itu memaki-maki Gonzalo dan membuat Gonzalo marah, sehingga terjadilah pertengkaran yang tidak dapat dielakkan lagi. Ketika matahari terbit, di tepi pantai, saudagar itu luka parah sehingga harus membuat Gonzalo bersembunyi dan melarikan diri.
Pada suatu hari bertemulah kembali Laura Liorento dan Don Gonzalo di sebuah taman terbuka di Madrid, Spanyol. Tidak disangka-sangka mereka duduk di bangku yang sama di taman itu dan berbagi cerita tentang masa lalu keduanya. Awalnya kedua orang ini tidak sadar kalau yang mereka ceritakan adalah diri mereka sendiri, akan tetapi lama kelamaan keduanya pun sadar bahwa orang-orang yang diceritakan merupakan dirinya sendiri, dan anehnya mereka tidak mau mengakui bahwa mereka sendirilah yang menjadi topik perbincangan pagi itu.
Naskah Drama "Pagi Bening" karya Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero yang diterjemahkan oleh Sapardi Djoko Damono ini menarik untuk saya ulas kembali dalam sebuah esai, karena saya rasa ceritanya unik dan lucu yang dikemas dalam sebuah naskah yang ringan untuk dibaca. Dalam esai ini akan dipaparkan isi dengan dukungan unsur intrinsik melalui pendekatan objektif. Akan tetapi, unsur intrinsik yang digunakan tidak secara keseluruhan hanya tokoh-penokohan dan amanat saja. Dimulai dari tokoh dan penokohan dalam naskah drama "Pagi Bening". Tokoh dalam naskah drama ini hanya ada empat orang, yaitu Laura Liorento atau Donna Laura, Don Gonzalo, Petra, dan Juanito.
Seperti yang telah diceritakan dalam sinopsis di atas, Laura dan Gonzalo dahulunya merupakan pasangan kekasih yang tidak direstui hubungannya oleh orang tua Laura karena dianggap tidak sederajat. Kemudian Laura dijodohkan dengan saudagar kaya yang akhirnya saudagar itu berkelahi dengan Gonzalo dan mendapat luka parah. Kejadian itu membuat Gonzalo bersembunyi dan melarikan diri agar tidak mendapat hukuman. Hingga suatu hari mereka berdua ditemukan kembali di sebuah taman terbuka di bangku yang sama. Sementara itu, Petra adalah pembantu Laura yang selalu menemaninya kemana pun Laura pergi. Tidak hanya Laura yang memiliki pembantu setia, Gonzalo juga mempunyainya, ia bernama Juanito. Seperti halnya Petra, Juanito juga selalu menemani Gonzalo kemana pun ia pergi
Tidak ada yang berubah dari keduanya, yaitu Laura dan Gonzalo, sifat kedua orang itu masih sama. Laura memiliki sifat yang baik dan ramah, penyayang binatang, kelihatan sekali bahwa perangainya menunjukkan bahwa dia adalah seorang bangsawan. Tindak tanduknya sungguh anggun nan mempesona, dan dia tidak pernah kasar kepada orang. Dalam memperlakukan pembantunya pun dia sangat baik dan bijaksana. Dia memberikan waktu pembantunya untuk menemui kekasihnya yang sedang berada di taman itu juga. Hal ini tergambar dari cuplikan berikut.
( DONNA LAURA MASUK, BERPEGANGAN TANGAN PADA PETRA. TANGANNYA YANG LAIN MEMBAWA PAYUNG YANG JUGA UNTUK TONGKATNYA )

LAURA         :     Aku selalu merasa gembira sekali di sini. Syukur bangkuku tidak ditempati orang lain. Duhai, pagi yang cerah! Cerah sekali.
PETRA          :     Tapi matahari agak panas, Senora.           
LAURA         :     Ya, kau masih duapuluh tahun (ia duduk di bangku belakang). Aku merasa lebih letih dari biasanya (melihat petra yang nampak tak sabaR), pergilah kalau kau ingin ngobrol dengan tukang kebunmu itu!
PETRA          :     Dia bukan tukang kebunku, Senora, dia tukang kebun taman ini!
LAURA         :     Ia lebih tepat disebut milikmu daripada milik taman ini. Cari saja dia. Tapi jangan sampai terlalu jauh hingga tak kau dengar panggilanku.
PETRA          :     Saya sudah melihatnya di sana, menanti.
LAURA         :     Pergilah, tapi jangan lebih dari sepuluh menit!
PETRA          :     Baik, Senora (berjalan ke kanan)
LAURA         :     Hei, nanti dulu!
PETRA          :     Ada apa lagi, Senora?
LAURA         :     Berikan remah-remah roti itu!
PETRA          :     Ah, pelupa benar aku ini!
LAURA         :     (senyum) Aku tahu! Pikiranmu sudah lekat ke sana, heh, si tukang kebun itu!
PETRA          :     Ini, Senora (mengeluarkan bungkusan roti. Keluar ke kanan)
LAURA         :     Adios! (memandang ke arah pepohonan). Ha, mereka datang. Mereka tahu kapan mesti datang menemui aku (bangkit dan menyerahkan remah-remah roti). Ini buat yang putih, ini untuk yang coklat, dan ini untuk yang paling kecil tapi kenes. (tertawa dan duduk lagi memandang merpati yang sedang makan). Ah, merpati-merpati yang manis. Itu yang besar mesti lebih dulu, kentara dari kepalanya yang besar, dan itu ... aduh , kenes benar. Hai, yang satu itu selesai mematuk terus terbang ke dahan. Bersunyi diri. Agaknya ia suka berfilsafat. Tapi dari mana saja mereka ini datang? Seperti kabar angin saja! Meluas dengan mudah. Ha, ha, jangan bertengkar. Masih banyak. Besok kubawakan yang lebih banyak lagi!

Dari sedikit cuplikan naskah drama di atas, dapat diketahui pula sifat pembantu Laura, yaitu Petra. Petra merupakan pembantu yang setia kepada Laura. Dia selalu menemani Laura kemana pun Laura pergi. Dia selalu senang ketika Laura mengajaknya pergi ke taman pada pagi hari, karena di sana ada seorang tukang kebun yang ia cintai. Petra sedikit pelupa, hal itu terlihat ketika ia lupa memberikan remah roti kepada Laura yang akan digunakan untuk memberi makan burung merpati.
Sementara itu, Gonzalo memiliki sifat yang egois, congkak, dan tidak sabaran. Sifat egois itu tergambar ketika bangku di taman tersebut yang biasanya ia gunakan untuk menyendiri digunakan oleh tiga orang pendeta yang sedang bercakap-cakap dan tidak segera pergi. Gonzalo menyuruh pembantunya yang bernama Juanito untuk mengusirnya. Akan tetapi, Juanito tidak mau karena tidak mungkin untuk mengusir orang di taman terbuka yang juga menjadi milik umum. Dari kejadian itu pula tergambar sifat Gonzalo yang congkak dan tidak sabaran yang akhirnya dia memutuskan untuk duduk di samping Laura. Hal ini tergambar dari cuplikan berikut.
(don gonzalo dan juanito masuk dari kiri. Gonzalo bergantung sedikit pada juanito. Kakinya bengkak, agak di seret)
GONZALO    :     Membuang-buang waktu melulu! Mereka itu suka benar bicara yang bukan-bukan.
JUANITO      :     Duduk di sini sajalah, senior. Hanya ada seorang wanita.
                              (dona laura menengok dan mendengarkan)
GONZALO    :     Tidak, Juanito. Aku mau tersendiri.
JUANITO      :     Tapi tak ada .
GONZALO    :     Yang di sana itu kan milikku!
JUANITO      :     Tiga orang pendeta duduk di sana, Senior!
GONZALO    :     Singkirkan saja mereka! ... ... ... Sudah pergi!
JUANITO      :     Tentu saja belum! Mereka tengah bercakap-cakap.
GONZALO    :     Seperti merekat pada bangku saja mereka itu! Heh, tak ada harapan lagi, Juanito. Mari!
JUANITO      :     (menggandeng ke arah merpati-merpati)

Dari sedikit cuplikan naskah drama di atas, dapat diketahui pula sifat pembantu Gonzalo, yaitu Juanito. Juanito merupakan pembantu yang setia kepada Gonzalo. Dia selalu menemani Gonzalo kemana pun ia pergi. Juanito juga sabar dalam menghadapi majikannya yang sedikit rewel hampir dalam segala hal. Misalnya saja dalam menentukan tempat duduk seperti dalam cuplikan di atas. Dia selalu sabar menuntun Gonzalo dalam mencari tempat duduk yang ia mau, hingga akhirnya dia kembali ke tempat duduk semula di tempat Laura duduk.
Selain penokohan, dari naskah drama "Pagi Bening" juga dapat diambil amanat positif yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Amanat yang dapat diperoleh dari naskah drama di atas adalah kita harus ramah pada setiap orang meskipun orang itu mempunyai perangai yang kurang baik. Dalam kehidupan sosial, kita tidak boleh memiliki sifat egois yang terlalu berlebihan. Meskipun pada dasarnya setiap manusia mempunyai sifat egois, akan tetapi ada baiknya jika dapat mengendalikan sifat egois itu agar tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Tidak hanya itu saja, mengakui kesalahan yang telah diperbuat juga harus kita lakukan. Kita juga harus mempertanggungjawabkan kesalahan yang telah kita perbuat. Meskipun hasil akhirnya kita akan mendapat hukuman, berlari dari masalah yang ada di kehidupan merupakan sifat seorang pengecut yang tidak patut untuk dicontoh. Sabar dalam melakukan segala hal juga harus kita lakukan. Jika kita sabar dalam menghadapi segala hal atau masalah yang ada, maka kita akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
Naskah drama ini memberikan pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Dari naskah drama ini pembaca dapat memperoleh pembelajaran mengenai kehidupan sehari-hari. Selain itu, naskah drama ini juga memberikan pembelajaran mengenai bagaimana kita seharusnya bersikap kepada semua orang. Dalam kehidupan sehari-hari kita dituntut untuk ramah kepada semua orang agar tidak disangka orang yang sombong atau congkak. Dalam bermasyarakat kita juga tidak boleh egois karena sifat egois yang terlalu berlebih dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Dalam menghadapi berbagai cobaan yang ada atau masalah yang datang dalam kehidupan, hendaknya kita harus bersikap sabar dan tawakal. Selain itu, kita juga harus berani mengakui kesalahan yang pernah kita perbuat dan harus berani bertanggungjawab dari kesalahan yang telah diperbuat, meskipun hasil akhirnya kita akan mendapat hukuman dari perbuatan kita. Naskah drama ini baik untuk dibaca oleh semua orang, karena dalam naskah drama ini kita dapat belajar mengenai banyak hal dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Tidak hanya itu saja, naskah drama ini dikemas secara menarik dalam bentuk sebuah naskah drama komedi dan dengan bahasa yang ringan, akan tetapi pesan yang ingin disampaikan juga masih dapat terlihat.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar