Mahasiswa Offering AA Angkatan 2010 Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Nilai-nilai Sosial dalam Naskah Drama yang Berjudul “Lawan Catur” karya Kenneth Arthur atau Kenneth Sawyer Goodman



Nilai-nilai Sosial dalam Naskah Drama yang Berjudul “Lawan Catur” karya Kenneth Arthur atau Kenneth Sawyer Goodman
Oleh: Mita Indriani

Naskah drama karya Kenneth Arthur atau Kenneth Sawyer Goodman
yang kemudian diterjemahkan oleh W.S Rendra adalah salah satu naskah drama yang menarik. Dilihat dari judulnya yaitu “Lawan Catur” tentu kita akan membayangkan sebuah papan catur yang berwarna hitam putih lengkap dengan buah caturnya. Buah catur yang terdiri dari 8 buah bidak (pion), 2 benteng, 2 gajah (menteri), 2 kuda, 1 permaisuri atau wazir, dan 1 raja.
            Dari naskah tersebut juga terdapat seorang raja bernama Samuel Gaspel yang mempunyai bawahan yaitu Antonio dan Verka. Catur dalam naskah ini bukan merupakan simbol dari pemerintahan raja Samuel namun diceritakan secara nyata tentang permainan catur yang memang dilakukan oleh raja Samuel dan Antonio. Di tengah-tengah permainan catur ini mereka berdua membicarakan tentang seseorang pemberontak pemerintahan yang bernama Oscar Yacob. Hal yang mengejutkan Antonio yaitu ketika raja Samuel ingin menemui sendiri si Oscar tanpa mau didampingi siapa pun. Padahal mereka berdua akan bertemu di ruang raja yang sangat jauh dari keramaian. Bahkan untuk memanggil bawahannya saja raja biasanya harus membunyikan bel yang bunyinya begitu keras. Tentu saja Antonio dan verka sangat khawatir jika terjadi apa-apa dengan raja Samuel. Sang raja tetap bersikeras untuk menemui Oscar sendiri saat itu juga karena merasa penasaran dengan sosok Oscar yang telah diketahui riwayat hidupnya dari penyelidikan anak buahnya. Berbekal dengan riwayat hidup yang telah dibaca sang raja sangat percaya diri menemuinya meskipun sebenarnya raja juga tahu bahwa Oscar telah mendapat perintah untuk membunuh raja Samuel.
            Setelah Oscar datang ke ruangan raja, raja memerintahkan Oscar untuk mengunci seluruh pintu dan memastikan jendela yang ada telah tertutup rapat agar Oscar dapat percaya bahwa tidak akan ada orang yang mendengar raja mint atolng ketika Oscar akan membunuh raja. Oscar telah bersiap dengan sebuah pistol. Raja juga langsung mempersilakan Oscar untuk segera membunuhnya tanpa ia meu memberontak.
           
Namun sebelum Oscar membunuhnya, ia bercerita bahwa yang sebenarnya bernama Oscar Yacob adalah Raja Samuel Gaspel. Ia bercerita bahwa saat kecil ibu Oscar memungut seorang anak petani yaitu yang sekarang Samuel. Tak disangka ibunya malah mengirim anaknya sendiri untuk dibesarkan oleh petani dan memutuskan untuk membesarkan anak pungut itu. Tentu raja punya alasan mengapa ia harus bercerita seperti ini, karena Oscar merasa ada ketidakadilan yang ia terima. Ia dilahirkan dari bapak seorang petani dan kakek yang seorang petani pula. Sedangkan raja Samuel dilahirkan dari bapak seorang bangsawan dan kakek seorang bangsawan pula. Ada perbedaan kasta yang cukup berbeda antara Samuel dengan Oscar. Apalagi ini terjadi sejak nenek moyang mereka. Oscar merasa semua ini tidak adil karena nasibnya serta keturunannya tidak akan pernah berubah. Itulah salah satu alasan Oscar memberontak terhadap pemerintahan Samuel.
            Dari cerita raja Samuel, Oscar tidak begitu saja langsung mempercayaiya. Oscar terus mendesak raja untuk memberikan bukti-bukti untuk membenarkan cerita tersebut. Dengan bukti-bukti yang dikemukakan oleh Raja Samuel, tidak butuh waktu lama untuk meyakinkan Oscar. Dia pun mempercayai cerita tersebut. Oscar pun berpikir dua kali untuk membunuh Raja Samuel. Kemudian muncul ide untuk mati bersama-sama dengan meminum racun. Keduanya pun meminum racun yang sama. Bahkan untuk meyakinkan Oscar raja Samuel meminum dulu racun tersebut kemudian disusul Oscar. Sebelum racun itu bereaksi mereka sempat bercakap-cakap sebentar. Setelah itu Oscar merasa badannya sudah tdak kuat lag. Sedangkan ia masih melihat raja Samuel baik-baik saja. Ia pun bertanya pada raja Samuel dan dijawabnya bahwa ia sudah sering minum racun dan badannya sudah begitu kebal dengan racun apa pun. Oscar merasa ditipu dan sempat menghujat raja Samuel pembohong yang ulung sebelum akhrinya ia menghembuskan nafas terakhirnya. Raja Samuel menang atas Oscar yang sebelumnya sudah mempunyai peluang besar untuk membunuhnya.
            Setelah Oscar terbunuh, raja Samuel segera memanggil Verka untuk memanggil Antonio agar melanjutkan melanjutkan permainan caturnya. Dalam permainan catur itu raja Samuel mengalahkan Antonio. Raja Samuel bisa menghindari langkah skak mat yang akan dilakukan Antonio. Antonio kagum pada rajanya.
            Naskah Lawan Catur itu sendiri adalah naskah drama satu babak yang boleh disebut sebagai salah satu naskah drama yang populer di Indonesia. Entah sudah berapa puluh kali naskah ini dipentaskan dengan beragam gaya, oleh berbagai kelompok teater yang berbeda. Ada tiga faktor yang mendorong naskah Lawan Catur sering dipilih untuk dipentaskan oleh berbagai kelompok teater di Indonesia. Pertama, struktur naskahnya yang satu babak. Tipikal naskah satu babak biasanya menghadirkan satu peristiwa, runtutan alurnya tidak terlalu komplikatif, dan bisa digarap dengan “relatif sederhana”. Kedua, pemain yang dibutuhkan hanya empat orang (Oscar, Samuel, Antonio, dan Verka, dalam versi terjemahannya Rendra).
Faktor ketiga yang menjadikan naskah ini sering dipentaskan adalah karena tema yang diusungnya. Seperti soal yang berkenaan dengan “perlawanan dan kekuasaan” boleh disebut sebagai tema yang kental mengemuka dalam naskah ini. Betapapun di dalam naskah ini “perlawanan” yang diceritakan gagal dalam mencapai tujuannya ketika berhadapan dengan “kekuasaan”, namun tema ini sepertinya tetap dipandang “menarik” untuk dikedepankan di dalam sebuah pementasan. Jika dikaitkan dengan konteks Indonesia, terutama di saat Soeharto berkuasa dengan rezim Orde Baru-nya yang serba refresif, hegemonik, dan tidak sedikit yang menganggapnya tiran, tema yang diusung Lawan Catur memang akan menemukan habibat, konteks, dan relevansinya.
Faktor ketiga ini begitu menonjol di dalam penceritaannya. Ketimpangan sosial yang terjadi antara Samuel dan Oscar membuat Oscar yang miskin melakukan perlawanan terhadap Samuel, raja yang kaya raya. Namun perlawanan itu tetap tidak bisa mengalahkan kekuasaan yang dimiliki oleh Samuel. Tentu saja hal seperti ini juga lazim kita temui di sekitar kia. Masih banyak ketimpangan sosial yang terjadi di masyarakat kita. Pemerintah juga cenderung mengabaikannya walaupun mereka sebenarnya punya kekuasaan penuh terhadap apa yang mereka pimpin.
Di akhir cerita, kekuasaan tetap menang atas perlawanan yang dilakukan Oscar. Mungkin ini juga sebagai cerminan masyarakat kita saat ini. Kekuasaan adalah segalanya dan tak ada yang mampu mengalahkannya. Tentu saja cerita ini sangat relevan dengan keadaan Indonesia saat naskah drama ini muncul seperti yang telah dikemukakan sebelumnya. Rakyat jelata tidak akan mampu menembus kekuasaan raja meskipun dengan segala upaya. Pada akhirnya tetap saja rakyat harus tunduk pada kekuasaan rajanya terlepas dari kebijakan rajanya itu benar atau atau salah.
Di sisi lain yang menjadikan naskah drama ini juga menarik ialah kemisteriusan pengarangnya yaitu Keneth Arthur yang disebur Rendra sebagai penuls aslinya. Mengutip Amir Hamzah,  kandil kemerlap, pelita jendela di malam gelap: kemisteriusan Kenneth Arthur mulai terkuak. Praduga kami pun perlahan mulai menemukan jawabannya: ada benarnya, meskipun tetap salah besar karena menduga Kenneth Arthur adalah Rendra.
Tidak ada pengarang bernama Kenneth Arthur yang pernah menulis naskah drama berjudul Lawan Catur sebagaimana yang kemudian diterjemahkan oleh Rendra itu. Naskah asli Lawan Catur itu berjudul The Game of Chess, ditulis oleh Kenneth Sawyer Goodman, dan pertama kali dipentaskan di Fine Arts Theatre, Chicago, 18 November 1913. Kenneth Sawyer Goodman sendiri memang tidak berusia panjang, meninggal di usia 35 pada tahun 1918 ketika terjadi epidemi influenza. Tidak banyak pula karya yang pernah ditulisnya. Boleh jadi, karena mati muda dan tidak terlalu banyak karya yang pernah dipublikasikan, Kenneth Sawyer Goodman kerap luput dari perhatian para pencatat sejarah. Kenangan untuk dirinya yang masih berdiri sampai saat ini adalah Goodman Theatre, sebuah gedung pentunjukan di Chicago yang didirikan tahun 1922 atas inisiatif dan sumbangan dari orang tua Kenneth, yaitu William dan Erna Goodman.
Mengoreksi nama pengarang pada terjemahan naskah Lawan Catur ini, tentu saja menjadi sangat penting dan harus segera dilakukan. Selain sebagai salah satu upaya untuk mengapresiasi dan menghargai pengarang yang sebenarnya, pengetahuan akan pengarang bagaimana pun akan tetap bisa memberikan signifikansi dan relevansinya.
Naskah drama ini sangat menarik dari segi penceritaan dan penokohan yang ada di dalamnya, terlepas dari kontroversi tentang pengarang yang sebenarnya. Temanya pun sangat relevan dengan keadaan politik di Indonesia saat itu.  Naskah drama ini mempunyai cerita yang relatif sederhana namun mampu membawa pembacanya untuk menggali lebih dalam tentang makna sebenarnya yang ada di dalam naskah ini. Tidak heran naskah ini sering dipentaskan. Namun pada awalnya saya sempat merasa kecewa karena dilihat dari judulnya “Lawan Catur” saya akan menemui banyak makna simbolis dari kata “Catur” itu sendiri. Namun sayang, tidak banyak makna simbolis yang dapat ditemukan. Meskipun demikian, hal ini tidak mengurangi isi naskah drama itu sendiri karena memang isinya sudah menarik.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar