Mahasiswa Offering AA Angkatan 2010 Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Nyanyian Romantisisme Sajak Sapardi Djoko Damono



Nyanyian Romantisisme Sajak Sapardi Djoko Damono
Oleh: Rizki Rohma

Pelukisan kata indah nan romantis dalam karya sastra tidak pernah usang dimakan waktu. Pelukisan kata yang tidak biasa dan asing di telinga sengaja diciptakan oleh pencipta dan pecinta sastra untuk dapat dirasakan keindahan dan keberbedaannya dimata penikmat sastra. Nyanyian romantis yang mengalun indah itu terlihat pada karya sastra puisi sebagai wakil dari ungkapan hati. Kalimat singkat tapi sarat makna, bentuk berbait dan berbaris memberikan simbol indah pada tatanan kalimat, bahasa-bahasa yang penuh dengan perumpamaan, penyampaian perasaan yang tidak secara langsung, serta adanya diksi memberikan warna berbeda pada puisi. Orang yang bukan pencipta sastra, bukan pecinta sastra dan juga bukan penikmat sastra dapat mengetahui walau tanpa merasakannya kalimat yang berbait berbaris sarat gaya bahasa itu adalah puisi.
Karya sastra itu tercipta bukan dari hal yang tidak ada atau hanya  imajinasi penyair saja. Karya sastra itu lahir karena memang penyair itu ingin menciptakannya sebagai wakil ungkapan hati dan perasaan. Karya sastra seperti itu dapat dilihat pada puisi. Seorang penyair mencipta puisi tentu sarat dengan makna dan pesan yang ingin disampaikan dengan gaya bahasa yang berbeda serta tidak secara langsung. Tujuan penyair seperti itu untuk memberikan keindahan pada puisinya dan membiarkan penikmat sastra mengapresiasinya sesuai dengan subjektif pikiran dan perasaan individu. Karena itulah puisi itu tidak mengikat penikmatnya untuk menerima apa adanya.  Pelukisan kata yang digunakan penyair yaitu kata-kata romantis yang bernyanyi mengalun indah pada tiap baris dan bait puisi. Nyanyian romantis itu dapat diucapkan dengan ekspresi senang karena jatuh cinta atau sedih karena kasih tak sampai serta dapat dirasakan dengan hati yang sesuai dengan keromantisan pelukisan kata itu. Sapardi Djoko Damono bisa dikatakan salah satu penyair atau pencipta puisi yang banyak mengalunkan kata romantis juga sederhana di tiap kata yang berbaris dan berbait pada puisinya yang bertemakan cinta. Keromantisan ‘kata’ Sapardi Djoko Damono bukanlah kata yang berlebihan dan sampah belaka. ‘Kata’ Sapardi Djoko Damono berupa kesederhanaan cinta yang lebih melekat pada perasaan jiwa.
Mata, telinga dan hati perlu bergerak untuk dapat melihat, mendengar, dan merasakan akan adanya romantis dalam bangunan puisi yang megah dengan kata indah serta luas dengan alunan romantis yang bernyanyi di tiap kata. Untuk memasuki bangunan itu mata, telinga dan hati ini harus menyelami lebih dalam lagi sosok Sapardi Djoko Damono yang puisinya banyak bertemakan cinta yang sarat akan kesederhanaan kata romantis. Puisi Sapardi Djoko Damono paling dikenal dikalangan remaja yang mulai mengenal cinta dengan segala keromantisannya. Tak hanya terkenal di kalangan remaja saja, puisi Sapardi Djoko Damono juga disenangi dari berbagai usia sebab walaupun bertema cinta kata-kata yang digunakan bukan kata-kata yang berlebihan dan cepat kadaluarsa, bukan kata-kata sampah belaka, tetapi kata sederhana yang mampu menjawab segala makna.
Sapardi Djoko Damono dikenal sebagai salah seorang sastrawan yang memberi sumbangan besar kepada kebudayaan masyarakat modern di Indonesia untuk melanjutkan tradisi puisi lirik dan beruapaya menghidupkan kembali sajak empat seuntai atau kwatrin yang sudah muncul di jaman pujangga baru seperti Amir Hamzah dan Chairil Anwar. Sastrawan yang dilahirkan di Solo, Jawa Tengah pada 20 Maret 1940 ini pernah menulis sebanyak delapan belas sajak hanya dalam satu malam. Kegemarannya pada sastra, sudah mulai tampak sejak ia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Kemudian, ketika duduk di SMA, ia memilih jurusan sastra dan kemudian melanjutkan pendidikan di UGM, fakultas sastra. Sapardi menulis puisi sejak di kelas II SMA. Karyanya dimuat pertama kali oleh sebuah surat kabar di Semarang. Tidak lama kemudian, karya sastranya berupa puisi-puisi banyak diterbitkan di berbagai majalah sastra, majalah budaya dan diterbitkan dalam buku-buku sastra. Beberapa karyanya yang sudah berada di tengah masyarakat, antara lain “Duka Mu Abadi” (1969), “Mata Pisau” dan “Aquarium” (1974).
Sebuah karya besar yang pernah ia buat adalah kumpulan sajak yang berjudul “Perahu Kertas” dan memperoleh penghargaan dari Dewan Kesenian Jakarta dan kumpulan sajak “Sihir Hujan”  yang ditulisnya ketika ia sedang sakit memperoleh Anugerah Puisi Poetra Malaysia. Selain itu, ia pernah memperoleh penghargaan SEA Write pada 1986 di Bangkok, Thailand. Selain melahirkan puisi-puisi, Sapardi juga aktif menulis esai, kritik sastra, artikel serta menerjemahkan berbagai karya sastra asing. Dengan terjemahannya itu, Sapardi mempunyai kontribusi penting terhadap pengembangan sastra di Tanah Air. Selain dia menjembatani karya asing kepada pembaca sastra, ia patut dihargai sebagai orang yang melahirkan bentuk sastra baru. Dengan kepekaan dan wawasan seorang sastrawan, Sapardi ikut mewarnai karya-karya terjemahannya seperti Puisi Brasilia Modern, Puisi Cina Klasik dan Puisi Parsi Klasik yang ditulis dalam bahasa Inggris. Selain itu, dia juga menerjemahkan karya asing seperti karya “Hemmingway The Old Man and the Sea”, “Daisy Manis” (Henry James), semuanya pada 1970-an serta sekitar 20 naskah drama seperti “Syakuntala” karya Kalidasa, “Murder in Cathedral” karya TS Elliot, dan “Morning Become Electra” trilogi karya Eugene O’neil.
Awal saya mengenali sastrawan angkatan “66 ini ketika saya pertama kali membaca puisinya yang bertemakan cinta. Puisi itu merupakan puisinya yang pertama kali saya baca dan membuat saya suka pada sosok Sapardi Djoko Damono dan karya-karyanya yang benar-benar sastra dan puitis. Pertama kali saya baca puisi “Aku Ingin” saya merasakan kesederhanaan yang penuh dengan keromantisan. Pada zaman sekarang atau pada puisi sastrawan angkatan 2000an, puisi bertemakan cinta itu banyak menggunakan kata yang berlebihan yang sungguh sarat imajinasi dan khayalan, puji dan puja dan kalimat yang melangit membuat hati melambung dan semakin tidak jelas perasaannya itu tulus atau tidak. Pada puisi “Aku Ingin” karya Sapardi Djoko Damono kata-katanya sederhana tetapi lebih melekat pada perasaan sehingga lebih mampu menyentuh dinding hati yang dalam dan mampu menyampaikan sesuatu itu dengan lebih jelas. Hal terlihat pada puisinya berikut
Aku Ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikanya abu

Aku ingin mecintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
                                                                        
Sapardi Djoko Damono, (1989)

Dalam puisi di atas Sapardi menekankan pada kesederhanaan bersajak. Dari kesederhanaan itu kita bisa melihat kedalaman lukisan perasaan penyairnya. Menurut seorang widyaiswara yang juga penggemar sastra, puisi di atas diciptakan Sapardi ketika istrinya sedang sakit. Sapardi ingin menyampaikan bahwa cinta itu sederhana. Cinta itu asalnya dari perasaan, dan yang namanya perasaan itu tidak bisa dimanipulasi. Kemurnian dari perasaan yang membuat cinta menjadi sangat sederhana.
Puisi “Aku Ingin” di atas menceritakan tentang seseorang yang mencintai sesuatu tanpa imbalan, kecuali perasaan mencintai itu sendiri. Seseorang itu memang tidak berharap imbalan, tidak mengharuskan orang yang dicintai itu membalasnya. Ia hanya mencintai orang lain dengan tulus dari hatinya. Selain itu, puisi “Aku Ingin” juga menceritakan cinta seseorang yang tidak kesampaian pada orang yang dicintanya. Sebelum ia mengatakan cintanya, orang yang dicintainya itu telah tiada atau meninggalkannya. Seperti terlihat pada kutipan puisi berikut
...............................................................
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikanya abu

.................................................................
 Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

Kesan yang tampak dalam puisi “Aku Ingin” ialah ungkapan perasaan seseorang yang dituangkan dalam kata-kata indah. Untuk mengungkapkan perasaan itu cara yang paling sederhana justru malah sanggup menunjukkan kesungguhan perasaan yang sesungguhnya dengan sangat jelas, melebihi pengungkapan dengan cara yang dikemas dengan cara yang luar biasa. Pemilihan kata dan penyusunan kalimat yang sederhana menunjukkan luapan kesungguhan perasaan cinta penyair yang juga mampu menggerakkan perasaan siapa pun yang membacanya. Inilah kekuatan sebuah perasaan menurut Sapardi Djoko Damono yang tersirat dalam puisinya.
Untuk lebih mendalami lagi nyanyian romantis sederhana yang diungkapkan Sapardi Djoko Damono pada puisinya “Aku Ingin”, saya mencoba mempreteli satu persatu baris puisi tersebut.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Baris pertama puisi “Aku Ingin” itu saya tertarik pada kata “sederhana” yang mencerminkan kesan puisi Sapardi tentang kesederhanaan, apa adanya, sedang, tidak muluk-muluk. Menunjukkan perasaan cinta yang tidak pasif dan juga tidak terlalu menggebu-gebu, serta tidak dikuasai nafsu. Cinta adalah cinta sebagaimana dia adanya, bukan seperti dia seharusnya.  Selain itu, kata ini mengategorikan keadaan (sifat) dari ungkapan sebelumnya, yaitu “mencintai”. Terlepas dari keterkaitannya dengan kata yang lain, kita akan mengandaikan kata tersebut dengan keseharian yang kita temui. “Sederhana” dikategorikan kata sifat yang memiliki arti sedang, bersahaja, tidak banyak seluk-beluknya. Dalam baris “Aku ingin mencintaimu dengan sederhana”, Sapardi menghadirkan keinginan cinta dengan (sikap) yang sederhana. Cinta yang dihadirkan bukan cinta yang lain, pasif atau progresif, nafsu atau hal yang mengawang, dan ataupun wujud yang lain. “Mencinta” di sini hadir dengan wajah yang sederhana, sedang dan tidak berseluk-beluk atau muluk-muluk.
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu

Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

Baris kedua puisi “Aku Ingin” menyatakan cinta seseorang tak tersampaikan yaitu pada “kata yang tak sempat diucapkan” dan “isyarat yang tak sempat disampaikan”. Baris ketiga puisi “Aku Ingin” menyatakan adanya kesediaan berkorban demi orang yang dicintai. Api butuh kayu agar dia bisa tetap berkobar, hujan butuh awan agar tampak mata. Rasa rela berkorban demi orang yang dicintai memang terkesan romantis pada diri individu masing-masing. Jika kita benar-benar sayang kepada seseorang, seolah-olah kita tidak peduli lagi dengan diri kita sendiri selama kita bisa melihat orang yang kita sayang tetap tersenyum dan bahagia. Dan tanpa disadari, kita merasa rela mengorbankan apapun untuk orang tersebut. Pada baris inilah terlihat nyanyian romantis lukisan kata Sapardi melalui gaya metaforisnya menambah indah sastranya. Di sisi lain, makna yang dapat ditangkap dari baris ketiga ini sebuah ungkapan rasa terimakasih dari “kayu” yang sampai pada tahap tertentu lantaran “api”, yang merubahnya menjadi “abu”. Secara sederhana, diartikan “api” dan “abu” itu dua sifat yang berbeda. Kata “api” diibaratkan sifat yang keras, sedangkan kata “abu” diibaratkan sifat yang lembut. Perubahan kayu menjadi abu mewakili perubahan sifat yang keras menjadi sifat yang lembut. Pendapat ini menyatakan bahwa seseorang yang kita cintai sanggup mengubah kita dari pribadi yang "keras" menjadi "lembut", atau menjadi pribadi lebih baik. Rasa terima kasih yang kita rasakan ketika menjadi pribadi yang lebih baik karena pengaruh seseorang yang dicinta. Sementara, “awan” dan “hujan” menunjukkan “peleburan”, dimana ketika awan lenyap, hujan ikut sirna. Keduanya seakan saling mempengaruhi, membuat perbedaan yang ada diantara kedua orang yang saling mencinta menjadi kabur dan seolah-olah mereka hilang, karena sudah bersatu. Bait kutipan puisi “Aku Ingin” di atas mengandung unsur peniadaan dalam melukiskan cintanya. “Api” yang meniadakan “kayu” dan “hujan” yang meniadakan “awan”. Saya memahami bahwa Sapardi hendak mengatakan bahwa cinta adalah ketulusan. Api membutuhkan kayu untuk bertahan, demikian juga hujan yang membutuhkan awan. Kayu dan awan mengorbankan dirinya demi api dan hujan tanpa perlu mengungkapkan betapa besar pengorbanan mereka. Cinta memang tak lepas dari pengorbanan dan ketika kita mencintai seseorang, kita akan rela berkorban demi orang yang kita cintai meskipun terkadang itu membuat kita menghadapi kesulitan karenanya. Dan inilah kesederhanaan cinta.
Pelukisan kata romantis nan sederhana Sapardi yang mengalun bernyanyi pada tiap kata dan masih bertemakan cinta tidak hanya pada puisi “Aku Ingin” saja, tetapi pada puisinya yang lain juga yang menggambarkan sosok sederhana, tulus dalam mencinta, romantis dalam kata yang mampu menyentuh dinding hati yang dalam yaitu puisi “Hujan Bulan Juni”. Pada puisi ini, Sapardi tidak hanya mengungkapkan nyanyian romantis di tiap katanya, tetapi menggambarkan dan mengibaratkan sesuatu dari sudut pandang atau hal-hal yang jarang terpikirkan oleh orang lain. Secara teori kemungkinannya sangat kecil untuk turun hujan di Indonesia pada bulan Juni, karena bulan Juni termasuk dalam musim panas. Hal ini menjadi keunikan tersendiri dan menjadi “jarang terpikirkan oleh orang lain”. Hal ini terlihat pada puisi berikut
Hujan Bulan Juni
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapuskannya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu

Puisi ini menceritakan mengenai ketabahan seseorang dalam menahan kerinduan dan kebijakan memendam cinta yang diibaratkan oleh “hujan” dan “pohon berbunga itu”. Makna dari perumpamaan puisi ini adalah bahwa meskipun seseorang mencintai orang lain dalam hati saja, akan tetapi orang tersebut dapat menunjukkan rasa cintanya kepada orang yang dia cintai melalui sikap, perilaku, dan pemberian yang tulus tanpa mengharapkan balasan atau imbalan apapun, seperti tetes air hujan yang diserap akar pohon bunga itu. Dalam puisi “Hujan Bulan Juni” Sapardi tetap masih menceritakan cintanya yang tulus dan masih bertemakan cinta yang sedih. Secara sederhana, puisi “Aku Ingin” dan puisi “Hujan Bulan Juni” merupakan puisi cinta sederhana nan romantis karakter Sapardi Djoko Damono. Di sisi lain, puisi “Hujan Bulan Juni” menyiratkan makna orang yang mencintai tanpa menuntut imbalan apapun. Bahkan tanpa mengharap cintanya sekalipun. Sungguh tipikal cinta yang murni dan teramat sederhana. Cinta yang tak mendesak. Dia begitu halus bahkan melampaui helaan angin. Kesederhanaan cinta diibaratkan Sapardi dengan kehadiran “hujan” seperti pada kutipan berikut
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu

Dihapuskannya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu

Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu

Pada kutipan itu diibaratkan “pohon berbunga” sebagai tempat merahasiakan rindunya aku lirik. Aku lirik menghapuskan jejaknya pada jalan yang telah dilewati. Aku lirik membiarkan cintanya tidak diketahui dan “pohon bunga” diibaratkan tempat rahasia. Semua metaforis itu sungguh sederhana tetapi indah untuk didengarkan dan juga penuh makna. Dari metaforis “dirahasiakannya rintik rindunya”, “dihapuskannya jejak-jejak kakinya”, “dibiarkannya yang tak terucapkan”bermakna sesuatu yang tulus yang tidak mengharapkan imbalan berupa perasaan yang sama.
Secara struktural, seperti pada puisi sebelumnya “Aku Ingin” Sapardi melakukan pengulangan kata atau kalimat yang sama pada baris selanjutnya. Seperti “Aku ingin mencintaimu dengan sederhana” baris pertama pada puisi “Aku Ingin” diulangi lagi pada baris keempat. Pada puisi “Hujan Bulan Juni” pengulangan kata atau kalimatnya terletak pada kalimat “Dari Hujan Bulan Juni” pada baris ketiga diulangi lagi pada baris ketujuh dan kesebelas.
Dari kedua sajak di atas yang sederhana tetapi kaya makna yang penuh dengan nyanyian-nyanyian romantis yang sederhana mengalun di tiap kata-katanya menyiratkan bahwa sajak buah karya Sapardi Djoko Damono ini merupakan karya yang sangat indah dan benar-benar menyentuh hati dan perasaan karena isinya ditulis dengan bahasa yang mudah dimengerti, sederhana tetapi juga romantis jika didengarkan dan dirasakan serta dipermanis dengan metaforis-metaforis yang manis menambah keromantisannya. Ketika membaca ataupun mendengarnya kita dapat langsung memahami maknanya yang begitu haru dan membuat kita sedih. Meskipun beliau menggunakan kata-kata yang sederhana, namun terdengar luar biasa dan kaya akan makna juga romantis.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar