Protes Oprak-oprak
Semut Karya Leo Zainy
Oleh: Indria
Puspitasari
Naskah
drama yang berjudul Opera Ant Smooth atau Oprak-oprak semut karya Leo Zainy,
merupakan naskah drama yang memiliki jalan cerita tidak rumit dan mudah untuk
dimengerti kebanyakan pembacanya. Penulis yang merupakan mahasiswa Universitas
Negeri Malang ini mengangkat cerita yang jarang terfikirkan dalam sebuah tema
naskah drama. Tema naskah drama ini mengulas tentang kehidupan para semut yang
memiliki 3 kelompok semut dengan latar belakang yang berbeda-beda. Kelompok
semut tersebut memiliki nama, yang pertama ialah semut pencari makan, kedua
semut protes, dan ketiga semut pembangun sarang. Di dalam setiap nama kelompok
semut sudah tersirat watak-watak yang dimiliki para anggota semut. Semut pencari
makan memiliki 5 koloni yang terdiri dari semut Ketua, semut Ringgo, semut
Jinggo, semut Tator, dan semut Tatum. Kelompok ini kelompok yang tidak mudah
putus asa karena walaupun persediaan makanan mereka sudah habis mereka masih
mau berusaha dan siap tempur dengan keadaan apapun yang akan dihadapi nantinya.
Berbeda dengan kelompok kedua yaitu semut protes yang terdiri dari semut Cep,
semut Abe, semut Bao, semut Dodo. Kelompok ini lebih tidak bisa menerima
keadaan yang ada karena mereka terbiasa berlimpah makanan dan tidak pernah
hidup susah jadi mereka merasa tidak akan pernah mendapat makanan dimusim
paceklik yang sangat minim makanan dan mereka hanya ingin melakukan protes,
tidak mau berusaha mencari makanan bagi koloni mereka. Kelompok ketiga yaitu semut
Pembangun Sarang yang terdiri dari Sobrat, Carro, Basso. Kelompok ini masih
meyakini tetap adanya makanan di pulau tersebut selama mereka berusaha dan
menempuh perjalanan panjang mereka.
Babak
kedua menceriratakan kerja keras koloni mencari makan dan banyak konflik yang
terjadi setelah banyaknya rintangan yang harus mereka hadapi. Akhirnya kelompok
pertama terjadi perpecahan karena sudah ada yang menyerah dan sebagian masih
ingin bertahan untuk mengambil makanan walaupun resikonyapun besar. Berbagai
upaya Tatot dan Tatum berusaha menyelesaikan misinya, demi kesejahteraan dan
kelangsungan koloni mereka.
Babak
ketig adan keempat menceritakan kelompok kedua dan ketiga. Kelompok kedua yang
hanya ingi protes dan tidak mau berusaha pada jalan cerita ini akhirnya mereka
bingung kan protes kepada siapa karena mereka tidak tahu pembuat masalah
sebenarnya sehingga mereka susah untuk mendapatkan makanan. Salah satu
koloninya berpendapat bahwa untuk protes kepada Tuhan dan lebih menyalhkan
Tuhan tetapi koloni yang lain tidak setuju dan menyalahkan diri mereka sendiri
yang tidak mau berusaha dan menyalahkan manusia yang membuat mereka menjadi
lebih terpuruk seperti saat ini. Hal tersebut dapat dilihat pada dialog yang
memprotes manusia di Indonesia , dapat dilihat pada dialog berikut:
Cep :”Tetapi pada perkembangannya,
sekarang menjadi terbalik. Sekarang manusia penghuni pulau ini tidak ada
apa-apanya dengan bangsa sebelah, mulai dari management kenegaraannya,
penanganan pembangunan, peningkatan SDM, bahkan dibidang apa saja”.
Mereka memutuskan untuk protes
kepada manusia yang tidak mau melindungi dunia dan egois pada diri mereka tetapi karena mereka hanya seekor semut kecil
yang tak terlihat akhirnya mereka memutuskan untuk pulang kembali. Pendekatan
ekspresig pengarang sangat tampak pada babak ketiga dan keempat ini. Hal itu
disebabkan banyak pesan yang tersirat dari dialog para tokoh yang menggambarkan
kekuasaan manusia yang sewenang-wenang dapat menghancurkan kehidupan makhluk
lainnya dan dalam mengekspresikan kata-kata maupun jalan cerita pengarang juga
terlihat akan politik-politik saat ini yang sempat tertuang pada babak ketiga.
Dan, diakhir naskah drama terdapat sebuah puisi untuk menceritakan kembali
kisah para semut ini yang menunjukkan betapa beratnya menjalani kehidupan di
dunia yang fana dengan banyaknya rintangan dan cobaan yang diberikan kepad
Tuhan kepada umatnya tetapi mereka masih bersyukur dan berpasrah menjalani
kehidupan ini.
0 komentar:
Posting Komentar