Pesan Moral dari
Pinggir Sriwedari,
Telaah Puisi berjudul
“Pesan” karya Sapardi Djoko Damono
Oleh: Johan Slamet Raharjo
Sebuah karya
sastra merupakan suatu bangunan megah yang tersuguhkan dari kreasi seorang
sastrawan. Sebuah bangunan megah yang berisi berbagai hal yang dapat menguak
berbagai rahasia kehidupan. Sebelum kita masuk kedalam bangunan megah, maka harus melewati gerbang tertutup.
Apabila seseorang memegang atau memiliki
kunci, maka dengan leluasa akan mampu
memasuki serta mengetahui isi yang terkandung dalam bangunan megah tersebut.
Inilah
agaknya sebuah pesan sederhana yang saya tangkap ketika pertama kali membaca
dari puisi berjudul “Pesan” karya Prof
Dr Sapardi Djoko Damono. Pria kelahiran Solo, Jawa Tengah pada 20 Maret 1940 , yang pernah mengaku tak pernah berencana menjadi seorang penyair,
karena dia berkenalan dengan puisi secara tidak disengaja. Sejak masih belia
putra Sadyoko dan Sapariyah itu, sering membenamkan diri dalam
tulisan-tulisannya. Seorang sastrawan yang memberi sumbangan besar kepada
kebudayaan masyarakat modern di Indonesia.
Pesan
Tolong sampaikan kepada abangku, Raden Sumantri,
bahwa memang kebetulan jantungku tertembus anak panahnya.
Kami saling mencinta, dan antara disengaja dan tidak disengaja sama sekali tidak ada pembatasnya.
Kalau kau bertemu dengannya, tolong sampaikan bahwa aku tidak menaruh dendam padanya, dan nanti apabila perang itu tiba, aku hanya akan …..
Kami saling mencinta, dan antara disengaja dan tidak disengaja sama sekali tidak ada pembatasnya.
Kalau kau bertemu dengannya, tolong sampaikan bahwa aku tidak menaruh dendam padanya, dan nanti apabila perang itu tiba, aku hanya akan …..
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982
Kumpulan Sajak,
1982
“Pesan” merupakan sebuah puisi yang lahir
sebuah budaya yang telah mengakar pada masyarakat Jawa pada umumnya. Untuk
memasuki sebuah pintu dimensi yang berlabel budaya maka diperlukan
suatu kunci pembuka yang berlabel sama. Jika tidak, ibarat meneguk segelas teh hangat namun tidak
mampu menikmati kedalaman
rasanya. Bila diperhatikan dengan saksama pada bait pertama terdapat
gerbang dilengkapi kunci yaitu sebuah
kode budaya.
Sukasrana
dan Raden Sumantri
Siapah dia? Jika
seseorang sudah menemukan kata kunci ini maka akan dapat merasakan suasana yang direkamkan puisi tersebut. Raden
Sumantri merupakan tokoh fiktif dari
kisah pewangan sebelum adanya Lokapala atau
zaman Ramayana. Tentunya karya ini tidak lepas
dari pengaruh latar belakang keluarga. Anak
sulung dari dua bersaudara abdi dalem Keraton Surakarta itu mungkin mewarisi
kesenimanan dari kakek dan neneknya. Kakeknya dari pihak ayah pintar membuat
wayang “hanya sebagai kegemaran” dan pernah memberikan sekotak wayang kepada
sang cucu.
Sukasrana dan
Bambang Sumantri merupakan dua tokoh dari dunia pewayangan.Bukan tokoh mahabarata atau ramayana, mereka diceritakan hidup pada zaman pemerintahan Prabu
Harjuna Sasrabahu dari kerajaan Maespati. Sukrasana butha bajang atau raksasa kerdil, sementara kakaknya berparas
tampan. Keduanya merupakan putra seorang begawan dari pertapaan Argasekar yang
bernama Begawan Swandagni dengan istrinya Dewi Darini seorang hapsarari. Sukasrana berparas mengerikan
akibat kutukan yang diperoleh Ibunya yang selalu mengungkapkap ketidak senangan
ketika menjalani hidup di pertapaan yang sepi di pinggir hutan ketika melayani
suaminya di tempat tidur. Sebuah gambaran bahwa perilaku orangtua berpengaruh
pada perkembang anak seperti kondisi kejiwaan orangtua dalam hal ini seorang ibu
berpengaruh pula pada janin dalam kadungannya. Oleh karena ketika ada seorang
perempuan yang mengandung dianjurkan untuk menjaga diri baik tingkah laku
maupun ucapan, diharapkan agar anaknya ketika lahir kelak memiliki paras serta
hati rupawan.
Ungkapan bahwa
jangan terburu-buru menilai sesuatu dari kulitnya tercermin pada diri
Sukasrana. Sukrasana mempunyai keluhuran budi serta keikhlasannya membantu
sesama. Dalam pewayangan diceritakan ia bahkan disayang berbagai binatang buas
dan makhluk yang jahat sekalipun. Rasa cinta dan sayangnya pada Sumantri
melebihi apapun. Baginya kebahagiaan yang tertinggi adalah ketika ia dapat
berdekatan dengan kakaknya, begitu pulasebaliknya.
Kami saling mencinta, dan antara disengaja
dan tidak disengaja sama sekali tidak ada pembatasnya.
Suatu hari
Sukrasana mencari kakaknya, Sang ayah tidak mau mengatakan keberadaan Bambang
Sumatri karena terikat kesepakatan dengan putra sulungnya. Sukrasana menangis
sedih karena tersiksa rindu dengan kakaknya. Akhirnya Resi Suwandagni tidak
dapat menahan iba kemudian
memberitahukan bahwa Sumantri ingin mengabdi di Kerajaan Maespati.
Sesudah mendapat
keterangan ayahnya itu, Sukrasana langsung berangkat menyusul kakaknya. Karena
belum mengetahui letak kerajaan itu, berkali-kali ia tersesat.
Namun karena keteguhan dan kegigihan tekadnya, setelah berbulan-bulan
kemudian sampailah Sukrasana di Kerajaan maespati. Usaha Sukrasana yang tidak
kenal itu ternyata tidak sia-sia. Hal
ini mengisyaratkan bahwa dengan kesungguhan serta kegigihan apapun akan dapat
digapai.
Suatu hari ia
menjumpai Sumantri sedang duduk termenung di tepi jalan dengan wajah sedih,
karena memikirkan persyaratan Prabu Arjuna Sasrabahu untuk mengbulkan keinginan
sang permaisuri Dewi Citrawati memindahkan taman Sriwedari, jika ingin
pengabdiannya diterima. Sukasrana bersedia menolong kakaknya, dengan syarat ia boleh ikut mengabdi di Maespati.
Sriwedari
Sriwedari sebuah
kata atau nama yang pasti sudah tidak asing lagi bagi sebagian orang. Ada
yang menganggap bahwa Sriwedari merupakan nama suatu taman. Orang pasti mengira
taman yang diimaksud adalah taman yang berada di salah satu kota di Jawa Tengah.
Apalagi bagi pecinta bola, Sriwedari merupakan sebuah kandang dari tim
sepak bola memiliki historis panjang dalam dunia persepak bolaan nasional. Atau bagi pencinta rokok, itu
merupakan salah satu merk yang memiliki taste tersendiri.
Berbagai
persepsi bermunculan merupakan sesuatu yang wajar. Persepsi seperti itu muncul dan terbentuk
bergantung latar belakang individu
masing-masing. Maka diperlukan adanya
penyamaan perpepsi agar mendapatkan satu pemahaman yang sesuai. Sriwedari yang
dimaksud di sini adalah yang seperti latar belakang penulis yang mengerti akan
dunia pewayangan. Sebuah taman yang
penggambarannya sangat indah berlokasi di Kahyangan Untarasegara dan dibuat
oleh sang arsitek jagad raya, Sang Hyang
Bathara Wisnu.
Antara Cinta dan Darma
Selesai berkata Sukasrana tidak
terlihat lagi dari pandangan kakaknya, Bambang Sumantri bergegas pulang ke
Istana Mahespati, Sesampai di Istana Mahespati, Bambang Sumantri merasa lega,
karena dengan bantuan adiknya, maka semua permintaan Dewi Citrawati dapat
dilaksanakan. Prabu Arjuna Sasrabahu merasa senang, melihat keberhasilan
Bambang Sumantri telah mendapatkan apa yang diinginkan Dewi Citrawati.
Mengingat jasa jasanya, maka Bambang Sumantri diangkat menjadi Patih Kerajaan
Mahespati, dengan gelar Patih Suwanda.
Sementara itu di taman Sriwedari
Istri Arjuna Sasrabahu, melihat sesuatu yang menakutkan. Dewi Citrawati dan
para dayang menjerit panik. Mereka takut dan jijik melihat wujud Sukrasana yang
buruk dan mengerikan. Sang Prabu Arjuna Sasrabahu, minta agar Patih Suwanda
menyelesaikan masaalah ini.Bambang Sumantri, terkejut ketika yang menjadi pokok
persoalan, adalah adiknya. Bambang Sukasrana ketiduran di bawah pohon di
pinggir taman Sriwedari karena kelelahan setelah memindahkan taman dari
Untarasegara ke Mahespati. Adiknya di bangunkan dan disuruhnya pergi dari
taman. Namun Sukasrana tidak mau berpisah lagi dengan Bambang Sumantri. Bambang
Sumantri menakut-nakuti adiknya, dengan pura pura akan memanah adiknya. Tangannya
yang basah akan keringat membuat anak panah yang diarahkan kepada adiknya,
terlepas dan anak panahnya mengenai dada adiknya.
kebetulan jantungku tertembus anak panahnya
Bapak Sapardi melukiskan suasana
batin yang dialami Sukasrana saat detik-detik nafas tersendat oleh lairan
darah yang hedak menucuat. Menerobos
dinding jantung, kemudian membasahi mata panah. Dan ketika raga tak
kuasa mehambat nyawa, ada satu hal belum
sempat tersampaikan
Kalau kau bertemu dengannya, tolong sampaikan bahwa aku tidak menaruh
dendam padanya, dan nanti apabila perang itu tiba, aku hanya akan ….
Sukasrana tidak memiliki rasa
dendam dengan kakaknya. Sebaliknya, terlihat semakin tambah rasa cinta dan
bangga,melihat seorang kakak dengan gagahnya mementang jemparing untuk
melaksanakan dan menegakkan darma meskipun itu terhadap saudara kandungnya
sendiri. Selain itu, sebelum mati ia melihat
orang yang amat dicintai telah menggapai
impiannya.
Pesan sederhana pula yang secara
implisit ingin disampaikan penulis. Nilai seorang manusia bukan terlihat ketika
bagaimana ia mati, melainkan bagaimana
ia hidup. Bukan sesuatu yang ia peroleh, namun apa yang telah ia berikan. Bukanlah megahnya sebuah pangkat atau
jabatan, melainkan apa yang telah ia perbuat sesuai tugas yang diberikan oleh Sang Murbing Dumadi
kepadanya.
Puisi berjudul “Pesan” ini
ibarat sebuah kerang, bentuknya sederhaha atau bahkan bisa dibilang biasa.
Terlihat memang tidak ada sesuatu yang istimewa. Namun apabila karya
sastra ini dicermati dengan seksama, apalagi kita mendapat kunci atau
kode pembuka cangkangnya, maka akan didapat sebuah kilauan mutiara yang bernilai tinggi.
0 komentar:
Posting Komentar