Mahasiswa Offering AA Angkatan 2010 Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Pesan Moral dari Pinggir Sriwedari, Telaah Puisi berjudul “Pesan” karya Sapardi Djoko Damono



Pesan Moral dari Pinggir Sriwedari,
Telaah Puisi berjudul “Pesan” karya Sapardi Djoko Damono
  
Oleh: Johan Slamet Raharjo

Sebuah karya sastra merupakan suatu bangunan megah yang tersuguhkan dari kreasi seorang sastrawan. Sebuah bangunan megah yang berisi berbagai hal yang dapat menguak berbagai rahasia kehidupan. Sebelum kita masuk kedalam bangunan  megah, maka harus melewati gerbang tertutup. Apabila seseorang memegang atau  memiliki kunci, maka dengan  leluasa akan mampu memasuki serta mengetahui isi yang terkandung dalam bangunan megah tersebut.
            Inilah agaknya sebuah pesan sederhana yang saya tangkap ketika pertama kali membaca dari puisi berjudul “Pesan”  karya Prof Dr Sapardi Djoko Damono. Pria kelahiran Solo, Jawa Tengah  pada 20 Maret 1940 , yang pernah mengaku  tak pernah berencana menjadi seorang penyair, karena dia berkenalan dengan puisi secara tidak disengaja. Sejak masih belia putra Sadyoko dan Sapariyah itu, sering membenamkan diri dalam tulisan-tulisannya. Seorang sastrawan yang memberi sumbangan besar kepada kebudayaan masyarakat modern di Indonesia.
Pesan
Tolong sampaikan kepada abangku, Raden Sumantri, bahwa memang kebetulan jantungku tertembus anak panahnya.
Kami saling mencinta, dan antara disengaja dan tidak disengaja sama sekali tidak ada pembatasnya.
Kalau kau bertemu dengannya, tolong sampaikan bahwa aku tidak menaruh dendam padanya, dan nanti apabila perang itu tiba, aku hanya akan …..
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982
 “Pesan” merupakan sebuah puisi yang lahir sebuah budaya yang telah mengakar pada masyarakat Jawa pada umumnya. Untuk memasuki sebuah  pintu  dimensi yang berlabel budaya maka diperlukan suatu kunci pembuka yang berlabel sama. Jika tidak,  ibarat meneguk segelas teh hangat namun tidak mampu  menikmati  kedalaman  rasanya. Bila diperhatikan dengan saksama pada bait pertama terdapat gerbang dilengkapi kunci yaitu sebuah  kode budaya.
Sukasrana dan Raden Sumantri 
Tolong sampaikan kepada abangku, Raden Sumantri, bahwa meman
Siapah dia? Jika seseorang sudah menemukan kata kunci ini maka akan  dapat merasakan suasana yang direkamkan  puisi tersebut.  Raden Sumantri  merupakan tokoh fiktif dari kisah pewangan sebelum adanya Lokapala atau zaman  Ramayana. Tentunya karya ini tidak lepas dari pengaruh  latar belakang keluarga. Anak sulung dari dua bersaudara abdi dalem Keraton Surakarta itu mungkin mewarisi kesenimanan dari kakek dan neneknya. Kakeknya dari pihak ayah pintar membuat wayang “hanya sebagai kegemaran” dan pernah memberikan sekotak wayang kepada sang cucu.
Sukasrana dan Bambang Sumantri merupakan dua tokoh dari dunia pewayangan.Bukan tokoh mahabarata atau ramayana, mereka diceritakan hidup pada zaman pemerintahan Prabu Harjuna Sasrabahu dari kerajaan Maespati. Sukrasana butha bajang  atau  raksasa kerdil, sementara kakaknya berparas tampan. Keduanya merupakan putra seorang begawan dari pertapaan Argasekar yang bernama Begawan Swandagni dengan istrinya Dewi Darini seorang hapsarari. Sukasrana berparas mengerikan akibat kutukan yang diperoleh Ibunya yang selalu mengungkapkap ketidak senangan ketika menjalani hidup di pertapaan yang sepi di pinggir hutan ketika melayani suaminya di tempat tidur. Sebuah gambaran bahwa perilaku orangtua berpengaruh pada perkembang anak seperti kondisi kejiwaan orangtua dalam hal ini seorang ibu berpengaruh pula pada janin dalam kadungannya. Oleh karena ketika ada seorang perempuan yang mengandung dianjurkan untuk menjaga diri baik tingkah laku maupun ucapan, diharapkan agar anaknya ketika lahir kelak memiliki paras serta hati rupawan.
Ungkapan bahwa jangan terburu-buru menilai sesuatu dari kulitnya tercermin pada diri Sukasrana. Sukrasana mempunyai keluhuran budi serta keikhlasannya membantu sesama. Dalam pewayangan diceritakan ia bahkan disayang berbagai binatang buas dan makhluk yang jahat sekalipun. Rasa cinta dan sayangnya pada Sumantri melebihi apapun. Baginya kebahagiaan yang tertinggi adalah ketika ia dapat berdekatan dengan kakaknya, begitu pulasebaliknya.
Kami saling mencinta, dan antara disengaja dan tidak disengaja sama sekali tidak ada pembatasnya.
Suatu hari Sukrasana mencari kakaknya, Sang ayah tidak mau mengatakan keberadaan Bambang Sumatri karena terikat kesepakatan dengan putra sulungnya. Sukrasana menangis sedih karena tersiksa rindu dengan kakaknya. Akhirnya Resi Suwandagni tidak dapat menahan  iba kemudian memberitahukan bahwa Sumantri ingin mengabdi di Kerajaan Maespati.
Sesudah mendapat keterangan ayahnya itu, Sukrasana langsung berangkat menyusul kakaknya. Karena belum  mengetahui  letak kerajaan itu, berkali-kali ia tersesat. Namun karena keteguhan  dan  kegigihan tekadnya, setelah berbulan-bulan kemudian sampailah Sukrasana di Kerajaan maespati. Usaha Sukrasana yang tidak kenal itu ternyata tidak sia-sia.  Hal ini mengisyaratkan bahwa dengan kesungguhan serta kegigihan apapun akan dapat digapai.
Suatu hari ia menjumpai Sumantri sedang duduk termenung di tepi jalan dengan wajah sedih, karena memikirkan persyaratan Prabu Arjuna Sasrabahu untuk mengbulkan keinginan sang permaisuri Dewi Citrawati memindahkan taman Sriwedari, jika ingin pengabdiannya diterima. Sukasrana bersedia menolong kakaknya, dengan syarat  ia boleh ikut mengabdi di Maespati.


Sriwedari
Sriwedari sebuah kata atau  nama  yang pasti sudah  tidak asing lagi bagi sebagian orang. Ada yang menganggap bahwa Sriwedari merupakan nama suatu taman. Orang pasti mengira taman yang diimaksud  adalah  taman yang berada di salah satu kota di  Jawa Tengah.  Apalagi bagi pecinta bola, Sriwedari merupakan sebuah kandang dari tim sepak bola memiliki historis panjang dalam dunia persepak bolaan  nasional. Atau bagi pencinta rokok, itu merupakan salah satu merk yang memiliki taste tersendiri.
Berbagai persepsi bermunculan merupakan sesuatu yang wajar.  Persepsi seperti itu muncul dan terbentuk bergantung latar belakang  individu masing-masing.  Maka diperlukan adanya penyamaan perpepsi agar mendapatkan satu pemahaman yang sesuai. Sriwedari yang dimaksud di sini adalah yang seperti latar belakang penulis yang mengerti akan dunia pewayangan. Sebuah taman  yang penggambarannya sangat indah berlokasi di Kahyangan Untarasegara dan dibuat oleh sang arsitek jagad raya,  Sang Hyang Bathara Wisnu.
Antara Cinta dan Darma
Selesai berkata Sukasrana tidak terlihat lagi dari pandangan kakaknya, Bambang Sumantri bergegas pulang ke Istana Mahespati, Sesampai di Istana Mahespati, Bambang Sumantri merasa lega, karena dengan bantuan adiknya, maka semua permintaan Dewi Citrawati dapat dilaksanakan. Prabu Arjuna Sasrabahu merasa senang, melihat keberhasilan Bambang Sumantri telah mendapatkan apa yang diinginkan Dewi Citrawati.  Mengingat jasa jasanya, maka Bambang Sumantri diangkat menjadi Patih Kerajaan Mahespati, dengan gelar Patih Suwanda.
Sementara itu di taman Sriwedari Istri Arjuna Sasrabahu, melihat sesuatu yang menakutkan. Dewi Citrawati dan para dayang menjerit panik. Mereka takut dan jijik melihat wujud Sukrasana yang buruk dan mengerikan. Sang Prabu Arjuna Sasrabahu, minta agar Patih Suwanda menyelesaikan masaalah ini.Bambang Sumantri, terkejut ketika yang menjadi pokok persoalan, adalah adiknya. Bambang Sukasrana ketiduran di bawah pohon di pinggir taman Sriwedari karena kelelahan setelah memindahkan taman dari Untarasegara  ke Mahespati. Adiknya di bangunkan dan disuruhnya pergi dari taman. Namun Sukasrana tidak mau berpisah lagi dengan Bambang Sumantri. Bambang Sumantri menakut-nakuti adiknya, dengan pura pura akan memanah adiknya. Tangannya yang basah akan keringat membuat anak panah yang diarahkan kepada adiknya, terlepas dan anak panahnya mengenai dada adiknya.
kebetulan jantungku tertembus anak panahnya
Bapak Sapardi melukiskan suasana batin yang dialami Sukasrana saat detik-detik nafas tersendat oleh lairan darah  yang hedak menucuat. Menerobos dinding  jantung, kemudian  membasahi mata panah. Dan ketika raga tak kuasa mehambat nyawa,  ada satu hal belum sempat tersampaikan
Kalau kau bertemu dengannya, tolong sampaikan bahwa aku tidak menaruh dendam padanya, dan nanti apabila perang itu tiba, aku hanya akan ….
Sukasrana tidak memiliki rasa dendam dengan kakaknya. Sebaliknya, terlihat semakin tambah rasa cinta dan bangga,melihat seorang kakak dengan gagahnya mementang jemparing untuk melaksanakan dan menegakkan darma meskipun itu terhadap saudara kandungnya sendiri. Selain  itu, sebelum mati ia melihat orang yang amat dicintai telah  menggapai impiannya.
Pesan sederhana pula yang secara implisit ingin disampaikan penulis. Nilai seorang manusia bukan terlihat ketika bagaimana ia mati, melainkan  bagaimana ia hidup. Bukan sesuatu yang ia peroleh, namun apa yang telah ia berikan.  Bukanlah megahnya sebuah pangkat atau jabatan, melainkan apa yang telah ia perbuat sesuai  tugas yang diberikan oleh Sang Murbing Dumadi kepadanya.
Puisi berjudul “Pesan” ini ibarat sebuah kerang, bentuknya sederhaha atau bahkan bisa dibilang biasa. Terlihat memang tidak ada sesuatu yang istimewa. Namun apabila karya sastra  ini dicermati dengan  seksama, apalagi kita mendapat kunci atau kode pembuka cangkangnya, maka akan didapat sebuah  kilauan mutiara yang bernilai tinggi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar