Mahasiswa Offering AA Angkatan 2010 Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

PESAN TERSELUBUNG YANNG TERSINGKAP LEWAT KESEDERHANAAN DIALOG DAN ALUR DALAM DRAMA DILARANG MENYANYI DI KAMAR MANDI


PESAN TERSELUBUNG YANNG TERSINGKAP LEWAT KESEDERHANAAN DIALOG DAN ALUR DALAM DRAMA DILARANG MENYANYI DI KAMAR MANDI
Oleh: Anjar Aprilia Kristanti

 Pendahuluan
            Karya sastra merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang unsur-unsurnya membentuk hubungan timbal-balik (Pradopo, dalam Suwigyo, 2010: 100). Hal tersebutlah yang mendasari analisis ini mengudarkan unsur drama bagian dialog dan alur. Bagian dialog dan alur dalam naskah drama ini akakn menunjukkan bahwa salah satu unsur yang paling menunjol dalam karya sastra pun tidak bisa lepas dari unsur lainnya. Lewat dialog dan alur ini akan tampak unsur tokoh maupun penokohan yang dibawa masing-masing tokoh, latar dalam tiap adegannya, maupun pesan yang ingin disampaikan pengarang lewat tulisannya. Drama berjudul ‘Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi’ ini merupakan salah satu karya Gusmel Riyadh yang diadaptasi dari cerpen milik Seno Gumira Adjidarma. Dilihat dari pemilik cerpen yang diangkat oleh Gusmel, pantaslah tulisan ini akan menyingkap pesan yang ada dalam naskah drama ini. Seno yang dikenal kritis akan keadaan sosial di sekitarnya tampak dari perjalanan hidupnya yang dipenuhi pengembaraan dan dari karyanya yang mengangkat fenomena di Timor-timur lewat Trilogi buku, dan karya penuh maknanya lewat ‘Kitab Omong Kosong’. Jadi tidak mungkin dalam gambaran sederhana unsur dalam naskah drama ini tidak sarat pesan di dalamnya.

            Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi ini menceritakan tentang keresahan ibu-ibu daerah gang suatu RT sehingga ingin mengusir seorang warga perempuan yang dirasa menjadi sebab tidak tenangnya hubungan rumah tangga di kampung tersebut. Alasan pengusiran salah satu warga perempuan cantik ini hampir tidak masuk akal. Perempuan ini hanya menyanyi di tempat dan waktu yang selalu sama, wanita ini memang salah satu warga yang hidupnya teratur karena setiap aktivitas yang dilakukan selalu pada waktu yang sama, hal ini sudah diamati oleh hansip di kampung itu. Oleh karena nyanyian saat mandi itulah banyak warga laki-laki yang mengupingnya sehingga menimbulkan imajinasi-imajinasi kotor, hal itulah yang ceritanya membuat hubungan suami-istri di kampung itu dingin. Ibu-ibu gusar dan ingin mengusir wanita itu. Namun pak RT dengan bijak menyikapi masalah itu, keselahan tidak terletak pada wanita itu, melainkan pikiran-pikiran kotor dari para suami itu sendiri, jadi pak RT tidak akan membiarkan wanita itu diusir semena-mena dari kampung.

Seperti yang sudah dijelaskan pada rangkaian ringkasan cerita di atas, ceritanya tersusun dari awal kejadian hingga penyelesaian konflik, tidak terjadi sedikitpun alur mundur di dalamnya. Masalah bermula dari seorang wanita yang suka menyanyi di kamar mandi dan menarik perhatian banyak laki-laki kampung yang menguping suaranya yang menggoda itu, juga meresahkan istri-istri mereka yang resah karena hubungan keluarga mereka dingin hanya dikarenakan wanita tersebut. Hal itulah yang kemudian memacu konflik yang ada di dalam drama ini. Konflik bermula dari para ibu-ibu yang berbondong-bondong melapor pada pak RT kamupung itu untuk mengusulkan agar segera mengusir perempuan suara menggoda itu. Ibu-ibu itu gusar dan terlihat tidak dapat menahan amarah yang dapat dilihat dari dialog yang diucapkan oleh salah satu ibu yang mengungkapkan, “Kami ibu-ibu sepanjang gang ini sepakat, dia harus diusir”. Pak RT yang bijaksana tidak bisa begitu saja memutuskan mengusir seorang warganya tanpa mengetahui bukti-buktinya. Kebijaksanaan pak RT ini tertuang dari dialognya dengan ibu-ibu yang disampaikan tentunya dengan tenang, pada adegan dua dimana pak RT menyatakan, “lho, lho, lho, sabar dulu. Semuanya bisa dibicarakan baik-baik. Dengan musyawarah, dengan mufakat, jangan main hakim sendiri. Dia kan tidak membuat kesalahan apa-apa? Dia hanya menyanyi di kamar mandi, yang salah adalah imajinasi suami-suami ibu sendiri, kenapa harus membayangkan adegan-adegan erotis. Banyak penyanyi jazz suaranya serak-serak basah, tidak menimbulkan masalah. Padahal lagu-lagunya tersebar di seluruh dunia.” Pada dialog tersebut menunjukkan bahwa pak RT berusaha dengan tenang dan bijaksana untuk menenangkan ibu-ibu yang gusar dengan alasa tidak jelas.

Konflik semacam itu terjadi dua kali dalam drama ini. Pada konflik itu bahkan situasi konflik semakin memuncak hanya dikarenakan imajinasi suami mereka tidak bisa dihindarkan dari wanita itu padahal pak RT sudah berusaha mengingatkan tokoh wanita penggoda yang bernama Zus itu untuk berhenti menyanyi dalam kamar mandi. Salah satu dialog pada konflik kedua ini yang menunjukkan kemarahan yang dilakukan ibu-ibu adalah  pada adegan enam yang disampaikan oleh hansip, “Pak RT, Pak RT, Gawat Pak RT! Ibu-ibu sepanjang gang ternyata masih resah”. Pada ujaran hansip yang disampaikan kepada Pak RT ini, terlihat tanda seru yang tertulis di kalimat tersebut menunjukkan bahwa dialog itu disampaikan dengan panik dan menunjukkan bahwa kerusuhan pada kampung itu kembali terjadi.

Pada bagian akhir drama ini, terlihat pak RT tetap berusaha menyelesaikan konflik yang ada di daerah kekuasaannya tersebut, akan tetapi masalah yang begitu kompleks ini tidak dapat dengan mudah diselesaikan. Konflik ini sulit untuk diselesaikan karena masalah ini manyangkut masalah penerimaan pribadi yang tidak bisa menyalahkan orang lain. Ternyata permasalahan ini memang tidak bisa diselesaikan, meski pak RT sudah berusaha memperingatkan Zus, tapi warga lelaki lah yang tetap membayangkannya sendiri dan menciptakan suasana dingin dalam rumah tangga mereka sendiri, meski Zus tidak memancing permasalahan. Tidak ada jalan lain yang dapat dilakukan pak RT untuk menyatukan warganya mengenai maslah sepele yang membingungkan ini, sehingga pak RT mendirikan tempat fitness yang melatih kebahagiaan rumah tangga dan yang lebih uniknya lagi, larangan di kampung ini ditambahi dengan “Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi” palang itu di letakkan di bawah tulisan ‘Pemulung dilarang masuk’. Jadi, dari uraian beberapa bagian yang menonjol dalam tiap adegan ini menunjukkan bahwa alur yang dipakai adalah alur maju.

Dialog-dialog yang ada pada drama ini sudah  jelas menunjukkan ekspresi yang harus dicocokkan dengan dialog tersebut tanpa menyertakan kramagungnya (biasanya ditunjukkan melalui tanda kurung dibagisan akhir dialog). Tokoh yang paling sering melakukan dialog dalam teks ini adalah pak RT dan hansip. Karena jelasnya dialog pada teks ini, mengakibatkan karakter pada kedua tokoh ini juga nampak. “Lho ya jelas tau dong pak. Saya kan petugas keamanan di sini. Jadi saya bertanggung jawab atas semua aktivitas warga kampung ini, termasuk mandi.” Dialog tersebut diucapkan oleh hansip pada saat pak RT menanyakan prihal kehafalannya dengan kegiatan Si Zus. Tentu pada dialog tersebut menunjukkan cara bicara yang sedikit malu-malu karena mesumnya isi omongan. Dengan berbicara seperti itu jelas karakter si hansip kurang bisa memegang tanggung jawab, bahkan menyalahgunakannya. Dialog-dialog singkat hansip juga terkadang menunjukkan karakter tokoh lain, misalnya,“Saya bilang perempuan itu seperti kuda binal” perempuan yang dimaksud adalah Zus. Menurutnya Zus lah yang bersikap liar dan membuat para lelaki di kampung itu tergoda.

Secara garis besar pada setiap adegan selalu disajikan dengan keadaan panik mengingat cerita ini memang mengenai keresahan ibu-ibu, jadi para ibu-ibulah yang paling sering menggunakan dialog yang bernada marah-marah dan panik, dalam adegan dua, enam, dan tujuh. Hanya pada adegan ketiga dalam drama ini disampaikan dengan nada berbisik, karena pada adegan ini menceritakan para bapak-bapak di kampung tersebut yang menguping(bukan mengintip) Zus yang sedang mandi. Sedangkan adegan pertama merupakan pengulangan, yang isinya sama dengan adegan tiga. Drama ini menunjukkan adanya pesan yang menggambarkan keadaan sosial yang ada akhir-akhir ini di masyarakat. Betapa hal sepele membuat kerusakan kehidupan sosial antarmasyarakat. Setelah kerusakan yang disebabkan oleh tiap bagian kecil dalam masyarakat, lalu yang dituntut bertindak dan bertanggungjawab adalah pimpinan dari masyarakat tersebut, padahal susah untuk mengentas ketika sebab kerusakan sosial ada dalam sistem diri tiap pribadi. Dengan pesan dan kemenarikan tiap kesederhanaan unsur dalam drama ini, pantaslah drama ini digolongkan dalam dua kategori, baik naskah drama sebagai karya sastra untuk dibaca, maupun naskah drama untuk dipentaskan. Lewat alur cerita dan dialog dalam drama ini, pembaca atau penonton akan ditampar dengan fenomena yang sering terjadi di sekitar mereka. Sayang sekali dalam drama ini tidak disinggung sedikitpun pesan yang ingin disampaikan oengarang, sehingga dalam pembacaannya maupun pementasannya, penikmat yang awam akan terlena dengan alur cerita dan penampilan dialog yang menarik dalam kesederhanaannya saja tanpa memperdulikan apa maksud dari adanya drama ini.













Daftar Rujukan:

Suwigyo,H. 2010. Kritik Sastra Indonesia Modern: Pengantar Pemahaman Teori dan Penerapannya. Malang: Asih Asah Asuh.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar