SEBUAH
AKTUALISASI HIDUP DRAMA MALAM JAHANAM
Oleh: Wanda Satria Dewanty
Motinggo Busye merupakan
sosok yang tidak asing lagi dalam dunia sastra Indonesia. Sastrawan kelahiran
21 November 1937 ini telah banyak menghasilkan karya sastra, salah satunya
adalah naskah drama Malam Jahanam. Naskah drama Malam
Jahanam ini merupakan salah satu karya yang berhasil meraih hadiah
sayembara yang diadakan Departemen Pendidikan dan Kesenian pada tahun 1958.
Drama ini merupakan drama satu babak yang menampilkan sisi gelap manusia di
samping aspek ketulusan dan kelembutan hati. Pada drama Malam Jahanam pengarang berusaha menampilkan suatu kenyataan yang
seringkali terjadi dalam kehidupan. Sisi gelap manusia yang berusaha
ditampilkan pengarang dalam drama merupakan aspek pendukung sehingga drama ini
memiliki kekuatan struktur dan konflik cerita yang kuat. Dengan adanya kekuatan
struktur dan konflik cerita pada drama Malam
Jahanam ini, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan objektif.
Pendekatan objektif yang digunakan akan menguak sisi gelap yang dilakukan
manusia dimana sebelumnya telah
disinggung bahwa sisi gelap inilah yang mendukung drama ini sehingga memiliki
kekuatan struktur dan konflik cerita.
Cerita disajikan ketika
di sebuah perkampungan nelayan, tinggallah Mat Kontan beserta istri (Paijah)
dan anaknya (Mat Kontan Kecil). Soleman, teman dekat Mat Kontan, tinggal di
seberang rumah mereka. Suatu malam, Paijah menunggu suaminya yang belum juga
pulang. Ia mengkhawatirkan anaknya yang sedang sakit. Akhirnya, Mat Kontan
pulang membawa seekor burung. Saat mengobrol dengan Soleman di teras rumahnya,
dia menyombongkan burung perkututnya yang baru, juga istri dan anaknya. Soleman
yang tidak tahan mendengarnya mengungkit-ungkit ketakutan Mat Kontan ketika
nyawanya hampir melayang karena terperosok ke dalam pasir. Mat Kontan yang
ketakutan rahasianya dibongkar langsung berbaik-baik pada Soleman.
Mat Kontan segera pulang karena tukang nujum
yang hendak ditemuinya sudah meninggal. Dia pun marah-marah pada Paijah,
bertanya siapa yang membunuh burung beonya. Paijah balas mengungkapkan
kekesalannya pada Mat Kontan yang tidak pernah memikirkan dan menyayangi
dirinya dan anaknya tapi selalu membangga-banggakan mereka pada semua orang. Awalnya,
Soleman membela Paijah dari amarah Mat Kontan. Lama-lama Soleman diam saja.
Paijah kecewa pada Soleman dan mengaku sebagai pembunuh burung beo Mat Kontan.
Soleman pun mengaku bahwa dialah pembunuh burung beo Mat Kontan dan bahwa
dialah ayah dari anak Paijah, anak yang selama ini Mat Kontan bangga-banggakan
sebagai anaknya. Mat Kontan marah dan mengangkat goloknya. Soleman membuat Mat Kontan
takut lagi dengan mengingatkannya tentang saat dia terperosok ke dalam pasir.
Mat Kontan pergi dan menyerahkan Paijah serta anaknya pada Soleman. Soleman
menyusul Mat Kontan yang dikiranya hendak bunuh diri. Ternyata, Mat Kontan dan
Utai sudah menunggu untuk membunuhnya. Soleman berhasil meloloskan diri dan
pergi ke stasiun kereta api. Utai mati karena ditendang oleh Soleman. Mat Kontan
kembali ke rumahnya dan masih mau hidup dengan Paijah serta anak Soleman. Dia
bahkan mulai memerhatikan anak itu dan pergi memanggil dukun untuk mengobati
penyakitnya. Sayangnya, malam itu juga si bayi meninggal dunia.
Drama ini menggambarkan
keadaan nyata yang dapat dipelajari oleh masyarakat dan dipetik hikmah serta
amanatnya. Tema merupakan jiwa dari sebuah karya sastra, pada drama Malam Jahanam ini, penulis mengangkat
tema yang tidak jauh dengan kehidupan manusia, yaitu mengenai perselingkuhan
Paijah dan Soleman. Peristiwa-peristiwa yang akan diwujudkan dalam drama
diemban oleh tokoh-tokoh tertentu. Pada drama Malam Jahanam ini terdapat tokoh
protagonis, antagonis, tritagonis, tokoh pembantu. Tokoh protagonis diperankan
oleh Soleman. Tokoh antagonis diperankan oleh Mat Kontan. Tokoh tritagonis
diperankan oleh Paijah. Tokoh pembantu diperankan oleh Utai dan Tukang Pijit.
Tokoh atau pelaku erat kaitannya dengan penokohan / perwatakkan. Berikut
penokohan tokohnya.
Ø Mat
Kontan adalah seorang lelaki yang sombong, egois, penakut, mudah marah, dan
kasar.
Hal itu terbukti dari kutipan berikut:
·
Sombong
Rumah
yang dihadapan rumah Soleman itulah rumahnya Mat kontan, seorang yang terkenal
sombong di kampung itu.
·
Egois
PAIJAH
Dukun! Dan punya
laki yang asik dengan perkutut, kepala haji, beo dan kutilang? Mana bisa jadi!
MAT KONTAN
Persetan si kecil!
(sadar) O, anakku! Maksud saya tadi
persetan penyakit. Mudah-mudahan ia lekas sembuh!
SOLEMAN
Kau terlalu
mengutamakan burung daripada binimu dan si kecil.
MAT KONTAN
Memang!
PAIJAH
Perkara Beo saja
ributnya sampai ke gunung Krakatau. Anaknya tak pernah dipikirkan.
MAT KONTAN
Diam kau!
PAIJAH (membelai kepala anaknya yang menangis).
Kau tak pernah
memikirkan anak saya ini. Tapi dimana saja kau banggakan ia!
·
Penakut
MAT KONTAN (takut).
Jangan
bilang tentang itu, Man. Saya paling takut kalau kau bilang perkara itu.
(melepaskan). O, aku takut kalau kau
ulangi cerita lama itu. Saya adalah orang yang kepingin panjang umur, Man. He,
kau masih ingat peristiwa itu, Man?
·
Kasar
MAT KONTAN
Diam, setan! Kita
mau nujum siapa yang memotong lehernya. Kalau kedapatan akan kubunuh dia!
(memanggil soleman).
MAT KONTAN
Bangsat! O Tuhan! Bilanglah oleh-Mu ya Nabi Adam, siapa
yang sebiadab ini membunuh burung saya. O Nabi Yakub. Bini saya juga bangsat
dan bodoh! Kenapa dunia ini makin tolol Tuhanku?
·
Mudah Marah
PAIJAH
Tapi Mat Kontan
sering kalap.
SOLEMAN (memegang bahu paijah dan mendudukan di bangku. ia
memasang rokok setelah menenangkan paijah).
Biar bagaimanapun
ia marah, ia takkan bunuh kau. Sebab kau salah satu kebanggaan dia. Jadi biar
bagaimanapun salah kau, ia akan memaafkan.
Ø Soleman adalah sosok lelaki pengecut, mau
mengerti dengan perasaan perempuan, iri, dan kasar.
·
Pengecut: Ketika Paijah menceritakan ketakutannya
terhadap Mat Kontan kepada Soleman, Soleman berjanji akan melindungi Paijah.
Soleman berkata bahwa dia bukan penakut. Padahal, sebenarnya dia adalah
pengecut. Karena takut terhadap amarah Mat Kontan, Soleman kabur naik kereta
api, meninggalkan Paijah dan anak kandungnya yang sedang sakit.
·
Mengerti perasaan perempuan:
SOLEMAN (memegang bahu paijah dan mendudukan di
bangku. ia memasang rokok setelah menenangkan paijah).
Biar
bagaimanapun ia marah, ia takkan bunuh kau. Sebab kau salah satu kebanggaan
dia. Jadi biar bagaimanapun salah kau, ia akan memaafkan.
·
Iri:
SOLEMAN
Ya! Saya iri pada semua
yang kau punyai. Pada uangmu, pada binimu, pada anakmu, pada burungmu.
Dan pada kesombongan kamu!
· Kasar:
SOLEMAN
Ini
satu lagi biang keladi. Pergi sana!
SOLEMAN (mengambil rokok kreteknya dan melemparkan
sebatang)
Pergi
sana! Nanti kutendang kau!
Ø Paijah juga seorang istri yang tidak setia. Ia berselingkuh dengan
Soleman yang merupakan teman dekat suaminya. Meskipun Mat Kontan egois dan
mandul, tidak seharusnya Paijah lari ke dalam pelukan laki-laki lain selama
statusnya masih sebagai istri Mat Kontan. Meskipun begitu Paijah adalah seorang ibu yang sayang terhadap anaknya
terbukti dari kutipan berikut:
SOLEMAN
Ngak!
Capek! Semalam suntuk saya dan lakimu
main empat satu. (melihat paijah murung). Kau murung benar!
PAIJAH
Si
Kecil sakit. Kontan belum pulang. Panas saja badannya seharian ini!
Selain itu Paijah juga seorang perempuan yang
tidak sopan karena sempat meludahi Soleman. Berikut kutipannya:
Ketika Soleman diam saja, Paijah meludahi muka lelaki
itu. lalu ia melepaskan dekapannya dengan sangat benci dan dia berlari ke
bangku rumah soleman
Ø Utai adalah setia. Dia selalu menuruti perintah Mat Kontan, bahkan
dapat dikatakan bahwa Utai adalah tangan kanannya. Utai suka meminta-minta yang terbukti melalui
kutipan berikut:
UTAI
He
eh! Dari pagi saya belum merokok sebab dia nggak ada. Kemana sih dia?
UTAI (memperhatikan dengan sedih kulit pisang
yang dibuang).
Kalau
begitu, bagi dong rokoknya!
Ø Sedangkan watak Tukang Pijit disini tidak begitu
terlihat karena kemunculannya yang singkan tetapi Tukang Pijit disini hanya
dapat digambarkan fisiknya saja yaitu orang yang buta.
Alur merupakan serangkaian
peristiwa yang terjadi berdasarkan hubungan sebab akibat yang bergerak dari
awal hingga akhir. Pada drama Malam Jahanam ini alur yang berusaha diwujudkan penulis
adalah alur maju. Alur maju bergerak dari titik awal menuju titik akhir yang
sudah jelas, jalan ceritanya runtut. Berawal dari sakitnya si Kontan kecil,
ketidakpedulian Mat Kontan terhadap sakitnya si Kontan kecil karena justru
sibuk mengurusi burung-burung peliharaannya, hingga kematian si Kontan kecil
karena tidak segera dibawa ke dukun.
Suatu kekuatan struktur
dimiliki oleh drama Malam Jahanam ini
dalam kaitannya dengan cerita (konflik) yang dibangun di dalamnya melalui
perselingkuhan Paijah dengan Soleman, hal itu tetap relevan dengan kehidupan
masyarakat sekarang. Konflik ‘naik turun’ diterapkan pengarang dalam naskahnya.
Kemudian pada konflik yang sedikit menurun pengarang justru mampu menghadirkan
konflik yang lebih menarik. Adanya motif menyebabkan tokoh bergerak dan
membentuk suatu konflik. Drama Malam
Jahanam menghadirkan suatu konflik dengan lingkup yang sempit yaitu masalah
rumah tangga. Isi cerita yang dihadirkan memiliki daya generalisasi yang kuat.
Masalah yang diangkat oleh Motinggo Busye menyentuh masalah nilai-nilai kemanusiaan yang
semakin mengalami degradasi.
Masalah material
menyebabkan tokoh-tokoh yang diangkat oleh pengarang meninggalkan sisi
kemanusiaannya. Permasalahan itu terlihat akan selalu aktual ketika kita
mencoba mencermati perkembangan kehidupan dari
waktu ke waktu. Justru dapat dikatakan yang terjadi sekarang ini lebih
parah dibandingkan pada masa sebelumnya. Pola hidup materialisme sudah sangat
berkembang secara pesat di dunia yang semakin canggih seperti sekarang. Nilai-nilai
dengan esensi penting dalam kehidupan ini semakin terabaikan. Gambaran
masyarakat dan pola hidup tokoh dalam drama mampu menghadirkan label ‘manusia
jahanam’. Jika dihubungkan dengan kondisi sekarang tentu semakin
memprihatinkan. Banyak sekali hal-hal yang tanpa disadari oleh manusia di jaman
canggih ini merupakan pintu yang dapat menjerumuskan pada hal-hal yang tentunya
dapat dikatakan jahanam. Peningkatan moral yang kurang serta perkembangan
teknologi merupakan beberapa faktor yang menyebabkan manusia akan dekat dengan
suatu kejahanaman.
Drama Malam Jahanam memiliki struktur dan konflik yang sangat kuat. Hal
itu merupakan kejelian pengarang dalam pembuatan naskah drama ini. Konflik yang
diangkat pengarang merupakan suatu gambaran sisi baik dan sisi buruk manusia
yaitu perselingkuhan. Melalui gambaran yang diberikan oleh pengarang maka kita
dapat mempelajari tentang bagaiman kita berusaha untuk diri kita agar tidak
terjerumus dalam dunia yang gelap dan jahanam. Selain itu sebagai manusia
hendaknya dapat menghargai perasaan oranglain.
0 komentar:
Posting Komentar