Mahasiswa Offering AA Angkatan 2010 Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

SEBUAH AKTUALISASI HIDUP DRAMA MALAM JAHANAM



SEBUAH AKTUALISASI HIDUP DRAMA MALAM JAHANAM
Oleh: Wanda Satria Dewanty
 
Motinggo Busye merupakan sosok yang tidak asing lagi dalam dunia sastra Indonesia. Sastrawan kelahiran 21 November 1937 ini telah banyak menghasilkan karya sastra, salah satunya adalah naskah drama  Malam Jahanam. Naskah drama Malam Jahanam ini merupakan salah satu karya yang berhasil meraih hadiah sayembara yang diadakan Departemen Pendidikan dan Kesenian pada tahun 1958. Drama ini merupakan drama satu babak yang menampilkan sisi gelap manusia di samping aspek ketulusan dan kelembutan hati. Pada drama Malam Jahanam pengarang berusaha menampilkan suatu kenyataan yang seringkali terjadi dalam kehidupan. Sisi gelap manusia yang berusaha ditampilkan pengarang dalam drama merupakan aspek pendukung sehingga drama ini memiliki kekuatan struktur dan konflik cerita yang kuat. Dengan adanya kekuatan struktur dan konflik cerita pada drama Malam Jahanam ini, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan objektif. Pendekatan objektif yang digunakan akan menguak sisi gelap yang dilakukan manusia dimana sebelumnya  telah disinggung bahwa sisi gelap inilah yang mendukung drama ini sehingga memiliki kekuatan struktur dan konflik cerita.
Cerita disajikan ketika di sebuah perkampungan nelayan, tinggallah Mat Kontan beserta istri (Paijah) dan anaknya (Mat Kontan Kecil). Soleman, teman dekat Mat Kontan, tinggal di seberang rumah mereka. Suatu malam, Paijah menunggu suaminya yang belum juga pulang. Ia mengkhawatirkan anaknya yang sedang sakit. Akhirnya, Mat Kontan pulang membawa seekor burung. Saat mengobrol dengan Soleman di teras rumahnya, dia menyombongkan burung perkututnya yang baru, juga istri dan anaknya. Soleman yang tidak tahan mendengarnya mengungkit-ungkit ketakutan Mat Kontan ketika nyawanya hampir melayang karena terperosok ke dalam pasir. Mat Kontan yang ketakutan rahasianya dibongkar langsung berbaik-baik pada Soleman.
Tak lama kemudian, Mat Kontan mulai menyombongkan diri lagi. Dia juga menuduh Soleman iri karena dia mempunyai istri yang cantik dan seorang anak. Soleman bahkan dianggap takut menyentuh perempuan karena sampai sekarang belum juga beristri. Mat Kontan masuk untuk melihat burung beo kesayangannya tapi tidak menemukannya. Utai, seorang warga kampung itu yang setengah pandir, mengaku pernah melihat bangkai burung tersebut di dekat sumur dengan leher tergorok. Mat Kontan yang jadi marah besar mengajak Utai menemaninya ke tukang nujum untuk mengetahui siapa pembunuhnya. Paijah yang ketakutan bertanya pada Soleman apa yang sebaiknya ia katakan bila ditanya oleh Mat Kontan nanti. Ternyata, Solemanlah yang membunuh burung beo kesayangan Mat Kontan agar perselingkuhannya dengan Paijah tidak ketahuan. Soleman berjanji akan melindungi Paijah.
Mat Kontan segera pulang karena tukang nujum yang hendak ditemuinya sudah meninggal. Dia pun marah-marah pada Paijah, bertanya siapa yang membunuh burung beonya. Paijah balas mengungkapkan kekesalannya pada Mat Kontan yang tidak pernah memikirkan dan menyayangi dirinya dan anaknya tapi selalu membangga-banggakan mereka pada semua orang. Awalnya, Soleman membela Paijah dari amarah Mat Kontan. Lama-lama Soleman diam saja. Paijah kecewa pada Soleman dan mengaku sebagai pembunuh burung beo Mat Kontan. Soleman pun mengaku bahwa dialah pembunuh burung beo Mat Kontan dan bahwa dialah ayah dari anak Paijah, anak yang selama ini Mat Kontan bangga-banggakan sebagai anaknya. Mat Kontan marah dan mengangkat goloknya. Soleman membuat Mat Kontan takut lagi dengan mengingatkannya tentang saat dia terperosok ke dalam pasir. Mat Kontan pergi dan menyerahkan Paijah serta anaknya pada Soleman. Soleman menyusul Mat Kontan yang dikiranya hendak bunuh diri. Ternyata, Mat Kontan dan Utai sudah menunggu untuk membunuhnya. Soleman berhasil meloloskan diri dan pergi ke stasiun kereta api. Utai mati karena ditendang oleh Soleman. Mat Kontan kembali ke rumahnya dan masih mau hidup dengan Paijah serta anak Soleman. Dia bahkan mulai memerhatikan anak itu dan pergi memanggil dukun untuk mengobati penyakitnya. Sayangnya, malam itu juga si bayi meninggal dunia.
Drama ini menggambarkan keadaan nyata yang dapat dipelajari oleh masyarakat dan dipetik hikmah serta amanatnya. Tema merupakan jiwa dari sebuah karya sastra, pada drama Malam Jahanam ini, penulis mengangkat tema yang tidak jauh dengan kehidupan manusia, yaitu mengenai perselingkuhan Paijah dan Soleman. Peristiwa-peristiwa yang akan diwujudkan dalam drama diemban oleh tokoh-tokoh tertentu. Pada drama Malam Jahanam ini terdapat tokoh protagonis, antagonis, tritagonis, tokoh pembantu. Tokoh protagonis diperankan oleh Soleman. Tokoh antagonis diperankan oleh Mat Kontan. Tokoh tritagonis diperankan oleh Paijah. Tokoh pembantu diperankan oleh Utai dan Tukang Pijit. Tokoh atau pelaku erat kaitannya dengan penokohan / perwatakkan. Berikut penokohan tokohnya.
Ø Mat Kontan adalah seorang lelaki yang sombong, egois, penakut, mudah marah, dan kasar.
Hal itu terbukti dari kutipan berikut:
·         Sombong
Rumah yang dihadapan rumah Soleman itulah rumahnya Mat kontan, seorang yang terkenal sombong di kampung itu.
·         Egois
PAIJAH
Dukun! Dan punya laki yang asik dengan perkutut, kepala haji, beo dan kutilang? Mana bisa jadi!

MAT KONTAN
Persetan si kecil! (sadar)  O, anakku! Maksud saya tadi persetan penyakit. Mudah-mudahan ia lekas sembuh!

SOLEMAN
Kau terlalu mengutamakan burung daripada binimu dan si kecil.
MAT KONTAN
Memang!

PAIJAH
Perkara Beo saja ributnya sampai ke gunung Krakatau. Anaknya tak pernah dipikirkan.
MAT KONTAN
Diam kau!

PAIJAH (membelai kepala anaknya yang menangis).
Kau tak pernah memikirkan anak saya ini. Tapi dimana saja kau banggakan ia!

·         Penakut
MAT KONTAN (takut).
Jangan bilang tentang itu, Man. Saya paling takut kalau kau bilang perkara itu. (melepaskan). O, aku takut  kalau kau ulangi cerita lama itu. Saya adalah orang yang kepingin panjang umur, Man. He, kau masih ingat peristiwa itu, Man?
·         Kasar
MAT KONTAN
Diam, setan! Kita mau nujum siapa yang memotong lehernya. Kalau kedapatan akan kubunuh dia! (memanggil soleman).

MAT KONTAN
Bangsat! O Tuhan! Bilanglah oleh-Mu ya Nabi Adam, siapa yang sebiadab ini membunuh burung saya. O Nabi Yakub. Bini saya juga bangsat dan bodoh! Kenapa dunia ini makin tolol Tuhanku?
·         Mudah Marah
PAIJAH
Tapi Mat Kontan sering kalap.

SOLEMAN (memegang bahu paijah dan mendudukan di bangku. ia memasang rokok setelah menenangkan paijah).
Biar bagaimanapun ia marah, ia takkan bunuh kau. Sebab kau salah satu kebanggaan dia. Jadi biar bagaimanapun salah kau, ia akan memaafkan.

Ø Soleman adalah sosok lelaki pengecut, mau mengerti dengan perasaan perempuan, iri, dan kasar.
·         Pengecut: Ketika Paijah menceritakan ketakutannya terhadap Mat Kontan kepada Soleman, Soleman berjanji akan melindungi Paijah. Soleman berkata bahwa dia bukan penakut. Padahal, sebenarnya dia adalah pengecut. Karena takut terhadap amarah Mat Kontan, Soleman kabur naik kereta api, meninggalkan Paijah dan anak kandungnya yang sedang sakit.
·         Mengerti perasaan perempuan:
SOLEMAN (memegang bahu paijah dan mendudukan di bangku. ia memasang rokok setelah menenangkan paijah).
Biar bagaimanapun ia marah, ia takkan bunuh kau. Sebab kau salah satu kebanggaan dia. Jadi biar bagaimanapun salah kau, ia akan memaafkan.
·      Iri:
SOLEMAN
Ya! Saya iri pada semua  yang kau punyai. Pada uangmu, pada binimu, pada anakmu, pada burungmu. Dan pada kesombongan kamu!
·      Kasar:
SOLEMAN
Ini satu lagi biang keladi. Pergi sana!
SOLEMAN (mengambil rokok kreteknya dan melemparkan sebatang)
Pergi sana! Nanti kutendang kau!
Ø Paijah juga seorang istri yang tidak setia. Ia berselingkuh dengan Soleman yang merupakan teman dekat suaminya. Meskipun Mat Kontan egois dan mandul, tidak seharusnya Paijah lari ke dalam pelukan laki-laki lain selama statusnya masih sebagai istri Mat Kontan. Meskipun begitu Paijah adalah seorang ibu yang sayang terhadap anaknya terbukti dari kutipan berikut:
                SOLEMAN
Ngak! Capek! Semalam suntuk saya  dan lakimu main empat satu. (melihat paijah murung). Kau murung benar!
PAIJAH
Si Kecil sakit. Kontan belum pulang. Panas saja badannya seharian ini!

Selain itu Paijah juga seorang perempuan yang tidak sopan karena sempat meludahi Soleman. Berikut kutipannya:
Ketika Soleman diam saja, Paijah meludahi muka lelaki itu. lalu ia melepaskan dekapannya dengan sangat benci dan dia berlari ke bangku rumah soleman
Ø Utai adalah setia. Dia selalu menuruti perintah Mat Kontan, bahkan dapat dikatakan bahwa Utai adalah tangan kanannya. Utai suka meminta-minta yang terbukti melalui kutipan berikut:
UTAI
He eh! Dari pagi saya belum merokok sebab dia nggak ada. Kemana sih dia?
UTAI (memperhatikan dengan sedih kulit pisang yang dibuang).
Kalau begitu, bagi dong rokoknya!
Ø Sedangkan watak Tukang Pijit disini tidak begitu terlihat karena kemunculannya yang singkan tetapi Tukang Pijit disini hanya dapat digambarkan fisiknya saja yaitu orang yang buta.
Alur merupakan serangkaian peristiwa yang terjadi berdasarkan hubungan sebab akibat yang bergerak dari awal hingga akhir. Pada drama Malam Jahanam ini alur yang berusaha diwujudkan penulis adalah alur maju. Alur maju bergerak dari titik awal menuju titik akhir yang sudah jelas, jalan ceritanya runtut. Berawal dari sakitnya si Kontan kecil, ketidakpedulian Mat Kontan terhadap sakitnya si Kontan kecil karena justru sibuk mengurusi burung-burung peliharaannya, hingga kematian si Kontan kecil karena tidak segera dibawa ke dukun.
Suatu kekuatan struktur dimiliki oleh drama Malam Jahanam ini dalam kaitannya dengan cerita (konflik) yang dibangun di dalamnya melalui perselingkuhan Paijah dengan Soleman, hal itu tetap relevan dengan kehidupan masyarakat sekarang. Konflik ‘naik turun’ diterapkan pengarang dalam naskahnya. Kemudian pada konflik yang sedikit menurun pengarang justru mampu menghadirkan konflik yang lebih menarik. Adanya motif menyebabkan tokoh bergerak dan membentuk suatu konflik. Drama Malam Jahanam menghadirkan suatu konflik dengan lingkup yang sempit yaitu masalah rumah tangga. Isi cerita yang dihadirkan memiliki daya generalisasi yang kuat. Masalah yang diangkat oleh Motinggo Busye menyentuh masalah nilai-nilai kemanusiaan yang semakin mengalami degradasi.
Masalah material menyebabkan tokoh-tokoh yang diangkat oleh pengarang meninggalkan sisi kemanusiaannya. Permasalahan itu terlihat akan selalu aktual ketika kita mencoba mencermati perkembangan kehidupan dari  waktu ke waktu. Justru dapat dikatakan yang terjadi sekarang ini lebih parah dibandingkan pada masa sebelumnya. Pola hidup materialisme sudah sangat berkembang secara pesat di dunia yang semakin canggih seperti sekarang. Nilai-nilai dengan esensi penting dalam kehidupan ini semakin terabaikan. Gambaran masyarakat dan pola hidup tokoh dalam drama mampu menghadirkan label ‘manusia jahanam’. Jika dihubungkan dengan kondisi sekarang tentu semakin memprihatinkan. Banyak sekali hal-hal yang tanpa disadari oleh manusia di jaman canggih ini merupakan pintu yang dapat menjerumuskan pada hal-hal yang tentunya dapat dikatakan jahanam. Peningkatan moral yang kurang serta perkembangan teknologi merupakan beberapa faktor yang menyebabkan manusia akan dekat dengan suatu kejahanaman.
Drama Malam Jahanam memiliki struktur dan konflik yang sangat kuat. Hal itu merupakan kejelian pengarang dalam pembuatan naskah drama ini. Konflik yang diangkat pengarang merupakan suatu gambaran sisi baik dan sisi buruk manusia yaitu perselingkuhan. Melalui gambaran yang diberikan oleh pengarang maka kita dapat mempelajari tentang bagaiman kita berusaha untuk diri kita agar tidak terjerumus dalam dunia yang gelap dan jahanam. Selain itu sebagai manusia hendaknya dapat menghargai perasaan oranglain.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar