Mahasiswa Offering AA Angkatan 2010 Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Punahnya Dolanan Tradisional dalam Drama ‘Padang Bulan’



Punahnya Dolanan Tradisional  dalam Drama ‘Padang Bulan’
Oleh: Zakiah Alif Syakura

            Drama ‘Padang Bulan’ ini adalah drama sederhana buat Belia karya Ucok Klasta. Tokoh-tokoh pada drama ini adalah Padang, Bulan, Jembar, Kalangan, Aki, Nini/ (sekaligus) Ibu lugu, Lugu, pejabat Pemerintah Kota, Politikus (Anggota Dewan Kota), Boss (Pengusaha), Petugas Kamtib. Drama ini terdiri atas 5 adegan.
            Drama ini kaya dengan beberapa simbol. Simbol-simbol tersebut sebagai bentuk penyampaian kepada penonton. Ucok ingin menyampaikan seberapa banyak permainan tradisional yang sudah mulai ditinggalkan oleh anak-anak modern sekarang. Kehadiran tokoh Padang, Bulan, Jembar, dan Kalang juga sebagai salah satu simbol yang terdapat dalam drama ini. Keempat tokoh tersebut menyimbolkan permainan tradisional yang punah punah terkikis dengan modernisasi.
Pada awal adegan 1 sampai 2 Ucok memperlihatkan adegan permainan anak tradisional, khususnya anak Jawa. Hal tersebut terlihat dari adegan saat keempat tokoh bermain tebak-tebakan di malam hari saat bulan purnama.  Selain itu, Ucok juga menyebutkan beberapa permainan tradisional yang sudah mulai punah melalui dialog tokoh Padang ‘Nah, main apa kita sekarang ? Kejar-kejaran? Betengan? Gaprakan ? Tebak-tebakan?’. Kemudian pada adegan 2, Ucok memperkenalkan kebiasaan Aki dan Nini yang bercerita kepada anak-anak sambil menyuguhkan jajanan tradisional, seperti klenyem (seperti dalam drama).
Pada keseluruhan drama, Ucok juga mengenalkan beberapa lagu tradisional sebagai simbol pemusnahan lagu tradisional akibat modernisasi. Lagu tradisional yang digunakan dalam drama ini adalah ‘Padang Bulan’ dan ‘Menthok-menthok’. Lagu ‘Padang Bulan’ menggambarkan kegirangan anak-anak zaman dahulu saat bulan purnama datang dan bermain. Semua anak berkumpul untuk bermain, berbeda dengan anak-anak zaman sekrang yang lebih asyik dengan kecanggihan teknologi. Hal tersebut diakhir drama diibaratkan Ucok dengan berubahnya tokoh Padang, Jembar, dan Kalang menjadi playstation, handphone, dan Buldoser.
Pada adegan ke-3 pergantian latar diawal dengan dialog Aki. Dialog Aki dari balik panggung dan keluarlah tokoh Lugu memperagakan cerita Aki seolah cerita Aki tersebut menjadi nyata dan dapat dinikmati menonton. Pada cerita Aki tersebut, Ucok menyampaikan bahwa modernisasi seperti itulah yang telah mengikis permainan tradisional. Kemewahan membuat anak-anak lupa bahwa ada permainan tradisional yang lebih baik. Keadaan yang berbinar-binar membuat permainan tradisional semakin dilupakan. Anak-anak lebih asik dengan kecanggihan teknologi daripada permainan trasdisional.Ucok juga seakan ingin mengajarkan bahwa dalam permainan tradisional mengajak untuk saling bersosial satu sama lain, saling mengasihi, saling menghargai, dan saling membantu. Sedangkan moderninasi cenderung membuat orang egois serta mementingkan diri sendiri. Hal tersebut tercermin dalam adegan dialog pejabat dan Boss serta Lugu yang meminta-minta malah dicaci oleh Boss dan diusir oleh kamtib.
065. Lugu             : Tidak mau! Saya bukan gelandangan! Saya Lugu ! Saya manusia! Saya bukan binatang!
Dialog Lugu di atas juga menggambarkan bahwa moderninasi lebih menganggap sesamanya seperti binatang bukan sebagai manusia. Kemudian setelah adegan itu keluarlah Nini untuk membantu menyelamatkan Lugu. Kemunculan Nini di sini membuat kesinambungan adegan 3 dengan adegan sebelumnya. Dialog antara Nini dan Lugu menggambarkan kepuhanan permainan tradisional dan telah diganti dengan pernik-pernik modern. Seperti pada kutipan dialog berikut.
090. Lugu : Kalau ini memang kampungku, lantas mana rumahku hayooo?!
091. Nini   : Rumah kita dan rumah-rumah tetangga sudah jadi gedung-gedung megah itu anakku.
092. Lugu : Lha pasar? Pasar Wage?
093. Nini   : Kamu lihat supermarket itu? Itulah pasar kita.
094. Lugu                 : Lha tegal, sawah …?
095. Nini   : Yah … Sebutlah itu sekarang : jalan tol.
096. Lugu : Lha yang hilir-mudik di jalan ini? Pasa ngebut ini …?
097. Nini   : Ya, itu pedati kita, gerobak kit, gledheganmu
098. Lugu : Kampungku jadi macam ini?! O ya, o ya … Bagaimana dengan lapangan? Jadi apa tempat bocah-bocah berkumpul kalau malam padhang mbulan?
099. Nini   : Jadi … Jadi ‘ dufan’ Le
100. Lugu : Haaa … Tapi … Tapi kan ini semua … Milik kita? Kan kampung kita?
101. Nini   : Sayangnya … Ini semua bukan milik kita.
102. Lugu : Lantas orang-orang kampung pada dimana?
103. Nini   : Mereka di gedung-gedung itu … Tapi bukan pemiliknya … Klining serpis-nya. Mereka di supermarket-supermarket itu … Tapi bukan pemiliknya … Kuli gudangnya. Mereka di rumah-rumah mewah itu … Tapi bukan pemiliknya … Babu-nya. Mereka di jalan-jalan itu … Tapi bukan pemiliknya … Kakilimanya. Mereka di pabrik-parik itu … Tapi bukan pemiliknya …Buruhnya. Mereka dimana-mana … Tapi tak punya apa-apa … Tak ada tempatnya … Merana …
104. Lugu : Cukup! Cukuuup ! Cukuuuuuuup! Ini gila … Ini gila … Gila! Aku mau kampungku … Kembalikan kampungku! Kembalikan kampungku! Kampungku !!!

Keunggulan lainnya dari drama Ucok ini adalah menyajikan alur yang campuran. Hal tersebut terlihat pada adegan 4, setelah adegan Lugu dan Nini selesai (adegan 3) pada adegan 4 kembali lagi pada Bulan dan kawan-kawannya. Jika dilihat dari segi keunggulan drama ini menyajikan perbandingan kepunahan  dolanan dan tradisi lainnya di masa modern. Namun, kekurangan lain dari alur tersebut adalah beberapa orang yang belum mengetahui keseluruhan naskahnya akan bingung. Hal tersebut karena tercantum pada naskah Ucok menginginkan antara Nini dan Ibu Lugu (adegan 3) adalah pemain yang sama.
Pada adegan 5 bisa disebut gebrakan yang dilakukan Ucok pada drama ini. Hal tersebut karena pada adegan ini kedua setting dipertemukan dengan cara tokok dari setting tradisional menjadi simbol-simbol modernisasi yang mengakibatkan bergesernya dolanan tradisional di keseharian anak-anak. Hal tersebut dapat dilihat pada dialog berikut.
152. Bulan       : He! Kok pada diam?! Padang! Padang …(Suara melunak).
153. Padang     : Aku bukan Padang. Aku PLEIII … STESIEEEN …
Bulan terlonjak mundur.
154. Bulan       : Play station?!
Bulan mendekati Jembar.
155. Bulan       : Jembar … Heh! Jembar! Jembar …
156. Jembar     : Aku bukan Jembar. Aku HENPOOON …
Bulan tambah terlonjak.
157. Bulan       : Handpone?!
Bulan mendekati Kalangan.
158. Bulan       : Kalangan … Kamu apa lagi? Kalangan …
159. Kalangan  : Aku bukan Kalangan. Aku BULDOZERRR …
Bulan bahkan terjengkang.
160. Bulan       : Buldoser?!
Plei Stesien, Henpon, Buldozer mulai tertawa mengikik, lama-lama makin keras dan makin keras sambil berkata-kata secara menyayat-parau.
161. Dimana Padang, Bulan? Dimana Jembar, Bulan?! Dimana Kalangan Bulan?!
Mereka mulai merengsek, mengerubut Bulan, menarik-nariknya kesana-kemari.
162. Bulaaan … Bulaaan … Bulaaan … BULAAAN! BULAAAAAN!!!
Sambil meronta-ronta Bulan memekik-mekik memanggili teman-temannya.
PADANG !!! JEMBAR !!! KALANGAN!!! DI MANA KALIAN TEMAN-TEMANKU SAYAAANG???!!! PADAAANG!!! JEMBAAAR!!! KALANGAAAN !!!

            Drama ini memiliki beberapa pesan moral untuk menikmatnya, seperti maju dan kembangkan negara kita, namun jangan melupakan budaya dan tradisi yang terdahulu. Lestarikan dolanan tradisional sehingga tradisi dan budaya tidak punah.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

5 komentar:

Yuan S. mengatakan...

wah.... sangat menarik.... boleh kah saya minta copy an naskahnya? saya ingin mementaskannya di sekolah tempat ngajar saya...kalau berkenan boleh di kirim ke email saya roni.syhrn@gmail.com

Anonim mengatakan...

saya juga ingin sekali mementaskan. jika boleh, kirimlah naskahnya ke email saya. yulitaayusuryani@gmail.com

Unknown mengatakan...

Woow...luar biasa, Saya ingin mementaskan disekolah tempat saya mengajar, Bolehkah mengirimkan copy naskanya, email saya dwiyanti.odi73@gmail.com terimakasih

Septi Rahayu mengatakan...

Saya ingin mementaskan disekolah.Bolehkan saya minta copy naskahnya ke email saya septi.rahayusulis@gmail.com

Anonim mengatakan...

Terimakasih atas penjelasannya...

Posting Komentar