Mahasiswa Offering AA Angkatan 2010 Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Menyelami Gejolak Batin Cinta Melalui Tokoh Cerpen “Sepasang Maut” karya Moh. Wan Anwar



Menyelami Gejolak Batin Cinta Melalui Tokoh Cerpen “Sepasang Maut” karya Moh. Wan Anwar
Oleh: Elok Kholidiyah

Cinta? Apa itu cinta? Semua manusia merasakan unsur kimia bernama cinta. Unsur yang diletakkan dalam hati manusia. Kedatangannya tidak pernah terduga, hanya kesakitannya terkadang mengisyaratkan.  Jika kita menyelami kata sakral  bernama “cinta” sungguh tidak tahu berapa luasnya dan dalamnya makna cinta itu. Cinta sangat bermakna karena  cinta merupakan anugerah dari Tuhan untuk semua insan. Tetapi apa yang terjadi jika cinta itu hadir hanya  sesaat?Tidak menjadi masalah bagi kita, terkadang hati memang mudah terbolak-balik bahkan hati dapat terkikis seperti karang laut. Selama ini, di mata semua orang cinta memang  tidak pernah salah, yang salah terkadang hanya tindakan dan perlakukan manusia terhadap memaknai cinta. Jika ada cinta yang hadir  sesaat, bagaimana jika cinta itu hadir untuk selamanya bahkan sampai menjadi cinta mati? Semua orang pasti ada yang mengalami cinta buta atau mati. Cinta memang dapat mematikan hati bahkan membutakan mata hati seseorang. Perasaan cinta yang terlalu dalam terhadap suatu hal dapat menimbulkan gejolak batin yang sangat dalam. Bahkan seseorang tersebut dapat menjadi pribadi yang berubah baik dari segi kehidupan maupun pemikirannya. Gejolak batin pada cinta yang terlalu dalam juga dapat membuat seseorang lupa akan segalanya bahkan lupa akan makna hidupnya sendiri di dunia. Padahal hari selalu berganti dengan memberikan warna dan cermin yang baru tetapi gejolak batin cinta yang terlalu dalam juga dapat  menenggelamkan warna dan makna hidup di dunia. Itulah cinta dapat dinilai dari titik mana saja tergantung sesoerang memandang dan merasakan kehadiran cinta dalam hidupnya. 
Berbicara mengenai cinta, banyak karya sastra seperti cerpen, puisi, dan drama yang bertemakan cinta. Tema-tema cinta yang diangkat oleh pengarang tidak lepas dari karya-karya sastra sebelumnya. Selain itu, tidak hanya pengaruh karya sastra sebelumnya,  bisa saja karya sastra yang tercipta itu dari pengalaman pengarang sendiri. Justru karya-karya sastra yang tercipta dari pengalaman pengarang akan terlihat penonjolan pada kebatinanan. Ada beberapa cerpen yang bertemakan cinta tetapi ketertarikan hati ketika menengok tentang cinta yang dalam akan sesuatu hal, hati ini ingin berlabuh pada cerpen yang berjudul “Sepasang Maut”. Cerpen yang berasal dari salah satu  kumpulan cerpen Sepasang Maut  terbitan tahun 2009 karya Mohammad Wan Anwar ini sangat menggelitik hati. Cerita memang hanya dikemas secara sederhana tetapi di dalam cerita terdapat makna yang dalam. Tidak hanya makna yang dalam tetapi pelukisan tentang cinta sangat indah dipasangakan dengan keindaahan alam laut. Jika dipandang lebih jauh,  alur cerita juga tidaklah begitu bagus tetapi penggambaran dalam setiap bagian dalam cerita sangatlah indah. Hal tersebut dapat terlihat dari penggambaran tokoh dan penokohan pada cerpen tersebut yang digambarkan secara indah dengan membandingakan keindahan alam. Tokoh dalam cerpen ini seperti mengalami gejolak cinta. Oleh karena itu tokoh dalam cerpen ini perlu diselami dari segi gejolak batin cintanya.
Cerpen “Sepasang Maut” karya Mohammad Wan Anwar ini mengisahkan dua tokoh laki-laki dan perempuan. Dua tokoh ini memiliki peran yang berbeda, tokoh laki-laki (aku) sebagai teman tokoh perempuan  yang selalu perhatian pada sahabatnya sehingga tokoh laki-laki jatuh cinta pada tokoh perempuan. Sedangkan, tokoh perempuan ini tokoh yang sangat mencintai laut, segala hal yang ada dibenak dan hidupnya dikaitkan dengan laut. Oleh karena itu dalam cerpen ini, tokoh wanita dipanggil si Mata Laut oleh tokoh laki-laki (aku). Inilah yang membuat menarik dari tokoh cerpen ini. Dua tokoh yang sedang merasakan perasaan cinta dalam hatinya. Julukan untuk tokoh perempuan yang diberikan oleh tokoh aku tidak mungkin sembarangan, karena  tokoh Aku memberikan sebutan atau julukan pada sahabatnya “Si Mata Laut” tersebut  ada sebabnya. Hal ini dikarena tokoh Aku benar-benar mencintai si Mata Laut hingga dirinya memandang apa yang ada di dalam diri si Mata Laut seperti ada lautan yang menggelora. Kecintaan tokoh Aku kepada si Mata Laut terkadang membuat dirinya tenggelam bersama laut yang dicintai tokoh si Mata Laut. Seperti kutipan berikut.
Aku tahu kau telah bersungguh-sungguh mencintai laut. Setiap kau bicara tentang laut, pengalamanmu bersentuhan dengan laut, kerinduanmu kepada laut, aku melihat laut bergemuruh di matamu. Sekali waktu, ketika kau mengungkapkan pergulatanmu dengan laut, bahkan pernah kulihat laut membentang di bening bola matamu. Dan kalau kau bicara tentang kekasihmu, masalah kantormu, masa lalumu, adik-adik dan orangtuamu, nyaris tak pernah sekalipun tanpa diawali, diselipi, atau diakhiri kata-katamu tentang laut. Malah, bukan hanya di permukaan dan kedalaman matamu kutemukan laut, tetapi di seluruh lekuk tubuhmu. Sayangnya, penghayatanku terhadap laut tidak sebergelora, sebergemuruh, seberdebum, atau sehening, setakzim kecintaanmu kepada laut. Aku memang tidak pernah bersungguh-sungguh menghayati laut, juga ketika kau khusyuk menafsirkan berbagai sudut dan lekuk laut.
Akhirnya begitu saja kupanggil kau si mata laut. Setiap berjumpa, entah di rumahku, di kantorku atau di kantormu, atau di mana saja, selalu kupanggil kau si mata laut. Dan kau senang sekali dengan panggilan itu.
............................................................................................

Pada kutipan di atas, tokoh aku disini seperti mengalami gejolak batin yang dalam akan cintanya kepada sahabatnya si Mata Laut. Cinta dan perhatian yang terlalu dalam kepada sahabatnya, membuat dirinya benar-benar memandang dan melihat ada sebuah laut di dalam diri sahabatnya. Dalam hati (Aku) selalu bertanya alasan Si Mata Laut selalu berbicara tentang laut. Hal ini membuat batinnya ingin tahu karena setiap bertemu dengan sahabatnya, si Mata Laut selalu mengaitkan cerita hidupnya dengan laut. Tidak hanya tentang dirinya tetapi juga tentang orang lain dihubungkan dengan laut. Tokoh aku sekaan tak mengerti segala hal tentang laut, tetapi dirinya ingin berusaha mengerti tentang laut walau tak seperti sahabatnya yang sangat mencintai laut. Oleh karena itu tokoh aku memanggil sahabatnya dengan sebutan mata Laut. Gejolak cinta yang dalam terhadap laut membuat si Mata Laut sangat senang ketika dipanggil dengan si Mata Laut. Seseorang yang menyukai sesuatu hal, apabila dikaitkan dengan hal-hal yang disukainya pasti akan merasa senang dan bahagia. Hal itu yang dirasakan tokoh aku dan Si Mata Laut.
Gejolak batin cinta tokoh Aku kepada si Mata Laut tidak berhenti. Hal ini yang membuat dirinya masih begitu jelas melihat laut di dalam diri sabahatnya. Cinta membuat seseorang terkadang melakukan hal yang terpaksa bahkan tidak terduga, tokoh aku seakan penasaran kepada sosok si Mata Laut, semakin dirinya memperhatikan si Mata Laut semakin dirinya melihat hamparan laut di depan matanya. Padahal dirinya tidak pernah intens memaknai tentang laut. Tetapi setiap melihat si Mata Laut, laut seakan terpampang nyata di depan si Mata Laut. Seperti yang dirasakan tokoh Aku pada kutipan cerpen berikut.
..............................................................................................
Meski aku tidak pernah intens menghayati laut, tapi anehnya matamu justru selalu kuamati dengan jeli. Alismu tidak tebal, setipis hamparan rumput di tepi laut. Tulang pelipismu agak menonjol, menyebabkan matamu menjorok ke dalam seperti sebuah teluk. Walau tidak lebat dan lentik, bulu matamu hadir dalam pandangku seperti deretan daun kelapa yang tumbuh di sepanjang jalan menuju laut. Rambutmu mengembang seperti kembang pohon jati di keluasan hutan yang terlihat dari tepi laut. Dan bola matamu, ah lipatan-lipatan gelombang itu, meski tidak sebiru laut, memberi kesan kedalaman yang entah di mana dasarnya. Semakin kutatap lekat matamu, semakin terseret aku ke keluasan laut, ke kedalaman matamu. Sedang di kornea matamu yang hitam kudapati gelap, dingin, dan hening palung laut. Bertemu denganmu, menatap matamu, bercakap denganmu, sering kurasakan sebagai tamasya ke laut. Tapi sebenarnya aku tak pernah bersungguh-sungguh menghayati laut.
.............................................................................................
Pada kutipan cerpen di atas, gejolak batin Aku diisyaratkan akan cintanya kepada si Mata Laut. Demi cinta kepada si Mata Laut, Aku tiba-tiba menggambarkan tentang laut yang ada pada dalam diri sabahatnya tersebut. Tidak hanya pada dalam dirinya yang menggambarkan laut tetapi wajah si Mata Laut dari alis hingga kornea mata diamatinya hingga membuat tokoh Aku seakan terseret pada keluasan, kedalaman laut, bahkan dirinya seakan  merasa bertamasya ke laut. Akan tetapi pada dasarnya tokoh Aku tidak pernah bersungguh-sungguh menghayati laut. Inilah gejolak cinta yang dirasakan tokoh Aku walau tak bersungguh-sungguh menghayati laut tetapi cinta membawanya menuju laut yang bukan sebenarnya yaitu si Mata Laut.
Tokoh Aku batinnya semakin terganggu, ketika si Mata Laut bertanya pada dirinya laut apa yang ada di matnya. Tetapi tokoh aku tidak pernah bisa menjawab karena dirinya memang tidak pernah menghayati dan mendatangi laut-laut yang pernah dijejakinya. Aku seakan masih belum mengenal laut tetapi dirinya mengenal laut melalui wanita yang dicintainya yaitu si Mata Laut. Tidak pernah berhenti si Mata Laut menganggu batin dan cinta tokoh Aku kepadanya, si Mata Laut selalu bertanya apakah laut di matanya seperti maut yang menjemput. Lagi-lagi tokoh aku seperti tidak mengenali wanita yang dicintainya katena dia tidak memahami laut seperti si Mata Laut yang sangat mencintai dan memahami laut.  Seperti kutipan berikut.
..........................................................................................................
“Kalau mataku laut, kira-kira laut apa?” tanyamu suatu kali. Aku tak bisa menjawab saat itu. Selain karena tidak banyak laut yang pernah kudatangi, juga selalu tidak lekat kuhayati laut-laut yang pernah kujejaki.
“Apa laut di mataku seperti maut?” tanyamu lagi di hari lain ketika kembali kukatakan matamu adalah laut. “Seperti maut yang akan menjemput?”
.....................................................................................................

Cinta terkadang membawa gejolak batin yang dalam di kehidupan seseorang. Seseorang yang tidak dapat mengendalikan cinta akan membawa hidupnya diambang-ambang kebimbangan dan keterpaksaan. Kebimbangan dan keterpaksaan akan menyebaabkan seseorang rela dalam segala hal untuk memaknai cinta didepan matanya. Itulah yang dirasakan gejolak batin tokoh aku yang mencintai Si Mata Laut terlalu dalam tetapi dirinya tidak dapat mengendalikan cinta dengan memaksa dirinya untuk memahami dan mendefinisikan laut di depan mata Si Mata Laut. Padahal tokoh aku tidak bisa menjelaskan makna laut, baginya laut  yang ada di mata si Mata Laut tersebut sulit didefiniskan dengan kata-kata dan bahasa.  Tokoh Aku terus memandang cinta kepada si Mata Laut sahabatnya. Tokoh Aku seperti melihat ada rahasia  tentang makna laut yang dalam pada diri sahabatnya tetapi  sulit baginya untuk menemukannya. Bagi tokoh Aku, bola mata si Mata Laut adalah laut. Dia   melihat laut yang terpancar dari  bola mata sabahatnya yang bersinar tetapi kadang sirna dan hening yang barangkali tak sanggup membuat siapapun berpaling termasuk tokoh Aku.  Sikap tokoh Aku yang berusaha memahami sesuatu hal yang dicintai si Mata Laut orang yang dicintainya terlalu bergejolak. Hal ini membuat batin tokoh Aku seperti menyalahkan dirinya sendiri. Tokoh Aku juga terkadang membuat batin dan pikirannya bertanya-tanya sendiri mengenai sosok si Mata Laut. Bukankan, sesuatu yang tidak kita ketahui membuat kita berpikir dan bertanya-tanya? Tidakkah hal yang bisa dianggap penasaran terkdang membuat batin dan pikiran seseorang terganggu serta berjolak? Segala hal akan dilakukan untuk menemukan kepenasaran tersebut termasuk yang dilakukan tokoh Aku.
Tokoh aku seperti sudah terbawa ombak cinta dari si Mata Laut, gejolak cinta berupa kepenasaran pada sosok si Mata Laut terus menggirinya ke tengah laut hingga membuat tokoh Aku terus bertanya-bertanya dalam hatinya hampir setiap ketika dirinya berpikir tentang si Mata Laut. Tokoh Aku tahu si Mata Laut sangat mencintai laut, tetapi batin dirinya seakan kesal melihat sabahatnya yang mengelak mengenai hal apapun di hadapan hidupnya termasuk hal pasangan hidup. Tak satupun laki-laki yang mau dijadikan sebagai kekasihnya, sampai tak satu pun kekasih yang dimilki si Mata Laut sampai saat ini. Entah apa yang ada dipikiran si Mata Laut saat ini sampai-sampai dirinya tidak memikirkan pasangan hidup. Bagi seorang perempuan seperti si Mata Laut  pasangan hidup sangatlah dibutuhkan untuk mengarungi hidup di lautan takdir ini. Akan tetapi, si Mata Laut sepertinya benar-benar tidak memikirkan hal tersebut. Keadaan ini yang membuat batin tokoh Aku seperti gila melihat keadaan sahabatnya yang sekaan menyerahkan hidupnya pada laut. Tokoh Aku menganggap sabahatnya sudah takluk dan bertekuk lutut pada laut. Bahkan uang, harta, tenaga, dan perhatiannya sudah dikerahkan semata-mata demi laut. Seberapa luasnya bumi yang memiliki batas laut, si Mata Laut akan kuat mengitarinya. Bagi si Mata Laut laut seperti takdir, ke mana pun melihat laut si Mata Laut akan bertaut, ke mana pun air laut mengalir  si Mata Laut selalu hadir. Tidak tau dimana berhenti mengalirnya air laut tersebut si Mata Laut akan membawa takdirnya di atas nama yang dicintai yaitu laut.
Perasaan tokoh Aku hari demi hari masih mengamati si Mata Laut. Gejolak batin cintalah yang selalu membawa mata tokoh Aku mengamati seluruh bagian wajah si Mata Laut. Tokoh Aku terlihat berusaha menghayati laut tapi tampaknya penghayatan tentang laut berhenti dan beku. Dalam hatinya paling dalam tokoh Aku ingin sekali merumuskan laut melalui matanya dengan kata-kata, senandung, dan tatapan penghayatan. Hal ini dikarenakan si Mata Laut selalu bertanya kepada tokoh Aku  untuk menjelaskan pendapatnya tentang laut dalam matanya. Pertanyaan itu membuat batin tokoh Aku selalu sedih dan kecewa karena kelemahan tokoh Aku sampai saat ini masih belum bisa menjawab tentang pertanyaan itu. Tokoh Aku merasa hatinya belum bertaut sampai ke susmsun bernama laut.
“Katakan saja apa pendapatmu tentang mataku? Tentang lautku?”
Pertanyaan tentang laut yang selalu diberikan kepada tokoh Aku membuat dirinya seakan berperang dengan gejolak batin bernama cinta dalam hati. Hati dan pikiran tokoh aku kini seakan berperang untuk bertanya pada dirinya sendiri yang masih belum bisa menghayati laut.
Tetapi, ah itulah kelemahanku, tak bisa bertaut sampai ke sumsum sosok bernama laut. Apakah karena aku orang daratan? Tetapi bukankah kau sendiri orang daratan?

Tokoh Aku memang tidak mengayati laut tetapi dirinya sangat memahami dan mengingat apa yang dilakukan si Mata Laut. Banyak kenangan yang dilewati tokoh Aku dan si Mata laut ketika masih bersekolah bersama. Hal itu masih terekam dalam ingatan tokoh Aku,  dua kali dalam setahun tokoh Aku dan si Mata Laut selalu bertamsya ke Laut. Tidak hanya dengan tokoh Aku, si Mata Laut juga sering ke laut bersama temannya bahkan sendirian. Tokoh Aku tahu si Mata Laut memang menyukai laut sejak dulu. Hal itu membuat dirinya sering menulis dan membacakan sajak  demi merumuskan laut di  mata si Mata laut. Hal ini dilakukannya supaya dirinya bisa menjawab pertanyaan ketika si Mata Laut bertanya tentang laut di matanya dan lebih-lebih karena tokoh Aku berteman dengan si Mata Laut. Sajak-sajak yang dibacanya tersebut juga semata-mata agar tokoh Aku tidak kehilangan jejak si Mata Laut yaitu sahabat yang dicintanya. Tetapi walau sudah sudah menulis dan membaca sajak tentang laut anehnya tokoh Aku semakin tak mengerti makna laut. Gejolak batin tokoh Aku semakin bergemuruh berusaha memanggil laut dalam pikiran dan hatinya. Tokoh Aku sudah berusaha mendeskripsikan dan menyelami laut dalam sajaknya tetapi bagi si Mata Laut, laut dalam sajaknya tidak seindah laut di matanya. Ucapan itu yang membuat tokoh Aku masih belum bisa memahami laut di mata si Mata Laut.
Kenangan indah yang dilewati tokoh Aku dan Si Mata Laut membuat gejolak cinta tokoh Aku terhadap si Mata Laut memang sudah hadir dalam hatinya sejak dirinya bersekolah bersama. Tetapi gejolak cinta yang dirasakanya sampai saat ini sepertinya sudah dikalahkan dengan gejolak cinta si Mata Laut terhadap laut. Hingga pada suatu hari si Mata laut menyuruh  tokoh Aku bercerita tentang penghayatannya terhadap laut, tetapi tokoh Aku hanya diam. Saat inilah gejolak cinta yang dirasakan tokoh Aku seperti disapu ombak ke  daratan. Ombak itu tidak menyapunya ke tengah bersama cinta si Mata Laut malah menyapunya ke tepi hingga dirinya tak dapat melihat laut yang disayanginya. Semenjak pertemuan itu si Mata Laut tak mau berjumpa dengan tokoh Aku. Mungkin karena tokoh Aku masih saja belum bisa menghayati dan menyelami laut. Hal ini membuat batin tokoh Aku sedih dan menyesali dirinya yang hanya diam dan tidak dapat mendeskripsikan laut di depan si Mata Laut.
“Berceritalah sedikit saja penghayatanmu terhadap laut, meski bukan tentang lautku,” pintamu ketika masih saja aku tidak berkomentar. Dan aku hanya diam, lekat menatap laut yang bergemuruh di matamu. Sejak itu kau tak mau berjumpa lagi denganku.

Waktu telah berjalan lama,  tokoh Aku dan si Mata Laut tidak pernah bertemu. Hingga suatu saat mereka bertemu lagi, si Mata Laut datang ke rumah tokoh Aku. Gejolak cinta yang pernah ada dalam hati tokoh Aku seperti mengusik hatinya saat melihat si Mata Laut hadir di depanya dengan membawa laut yang surut. Tokoh Aku melihat bola mata  si Mata Laut sudah tak memcarkan laut yang indah hanya terlihat  kekisutan. Kedatangan si Mata Laut memang membendung tanya, dirinya hanya mengucapkan terimakasih, meminta doa, dan mengucapkan kata-kata yang mebuat tokoh Aku termangu dan jantungnya jaris tak berdetak.
Aku hampir sekarat dan esok-lusa mungkin menjadi mayat.”
.................................................................................................
“Lautku mulai surut,” katamu lagi seperti membaca yang meriak di benakku. “Esok lusa mungkin aku benar-benar menjadi laut.”
...................................................................................................
“Bantu aku dengan doa karena itulah yang kini kuperlukan!”

Gejolak batin si Mata Laut dalam kutipan di atas sangatlah terlukis jelas. Laut di mata si Mata Laut dirasanya sudah mulai surut, dirinya merasa akan menjadi laut esok lusa. Entah apa yang ada dipikiran si Mata Laut mungkin laut mengatakan tentang kematian kepadanya. Tapi hal apa yang membuat dirinya mengetahui kematiannya bersama laut. Apakah karena gejolak cinta dirinya yang dalam terhadap laut? Orang yang mencintai sesuatu terkadang percaya dengan segala hal yang diisyaraktkan dalam detak cintanya. Gejolah cinta si  Mata Laut memang sangat dalam. Hal itu yang membuat tokoh Aku tak pernah memahami laut di depan si Mata Laut. Kedatangan si Mata Laut ke rumah tokoh Aku dirasakan  seperti mengisyaratkan dan mengabarkan surutnya laut di bola mata si Mata Laut. Tokoh Aku melihat laut memang sudah tidak ada di bola mata Si Mata Laut. Walau ombak masih berdeburan di laut lepas, tetapi tokoh Aku melihat deburan ombak tertahan dan tak telihat di bola mata sahabatnya.
Batin tokoh Aku bertnaya-tanya tentang kedatangan si Mata Laut. Si Mata Laut hadir ke rumah memang penuh tanya, dia terburu-buru ingin segera pula. Tetapi tokoh Aku sejenak melarangnya untuk sejenak tinggal karena dirinya sudah lama tidak bertemu.
“Maaf, aku harus segera pulang.”
“Tidakkah kau mau dengar tafsirku tentang laut, juga laut di matamu?”
“Laut telah berubah, pasir mungkin akan segera gelap.”
“Sejenak saja!”
“Laut telah memanggilku.”
“Kapan kita bisa bertemu lagi?”
“Tidak tahu.”
“Minggu depan!”
“Ya, kalau aku belum dijemput peri- peri dari laut.”
Dari kutipan di atas, gejolak cinta si Mata Laut benat-benar sudah di luar kenormalan. Hal ini membuat tokoh Aku seperti terlihat dungu di hadapannya yang tak mengerti tentang dirinya.  Tokoh Aku sadar dirinya tak memahami si Mata Laut juga laut di matanya.
Batin tokoh Aku semakin terkoyak, gejolak cintanya yang sejak dulu hadir memandang si mata Laut seakan terukir kembali. Si Mata Laut hadir kembali di hadapannya tetapi hanya mengucapkan kata-kata yang membuat dirinya tak mengerti dan termangu. Padahal dirinya sudah lama rinya tak bertemu dan betapa sulitnya tokoh Aku mencari keberadaaan bahkan menemui si Mata Laut.  Walau begitu, tokoh Aku selalu mencari kabar tentang si Mata Laut lewat teman-teman sekitarnya. Inilah yang selalu dirasakan tokoh Aku sejak dulu, sejak si Mata Laut hadir dalam hidup dan hati tokoh Aku. Tokoh Aku selalu ingin menyelami hidup si Mata Laut tetapi dirinya tak pernah berhasil menafsirkan bahkan tak berdaya menggambatkan apa yang ad dalam diri si Mata Laut juga dalam mata yang sampai saat ini sulit dibacanya.
Gejolak hati dan batin tokoh Aku selalu salah menerka dan menebak  si Mata Laut. Bahkan saat dulu tokoh Aku menyatakan cinta kepada si Mata Laut, si Mata Laut malah menolak cintanya. Gejolak cinta yang dalam terhadap si Mata Laut seakan terkikis dengan penolakan cinta si Mata Laut yang membuat tokoh Aku semakin tak menegrti dengan si Mata Laut. Setelah Si Mata Laut menaolak cintanya, ia malah mengenalkan seorang perempuan yang saat ini menjadi istrinya. Waktu tokoh Aku menikah, si Mata Laut datang bersama laki-laki yang diduga kekasihnya tetapi ternyata bukan. Si Mata Laut selalu membuat tokoh Aku penuh dengan pertanyaan yang tak dipahaminya. Sampai bertahun-tahun tokoh Aku tak pernah bisa memahami si Mata Laut sampai dirinya tua dan belum berkeluarga.
Tokoh Aku selalu bertanya alasan si Mata Laut menolak cintanya. Tokoh Aku yang tak pernah memahami laut sesuatu yang dicintai si Mata Laut, inilah yang menyebabkan cinta ditolak. Seperti kutipan dibawah ini.
Kau tidak pernah mencintai laut, jadi tidak mungkin kita berpagut,” katamu dulu memberi alasan menolak cintaku.
.........................................................................................................
“Kau harus berusaha menyelami laut!”
Kutipan di atas memperlihatkan jika si Mata Laut ingin tokoh Aku memahami dan menyelami laut. Si Mata Laut merasa tokoh Aku tak mencintai laut. Tetapi tokoh Aku tak pernah bisa memahami laut dalam hidup si Mata Laut. Gejolak cinta yang dalam terhadap si Mata Laut membuatnya selalu bertanya-tanya mengenai penolakan cinta si Mata Laut. Tetap saja si Mata Laut ingin tokoh Aku mencintai laut. Dalam keadaaan seperti gejolak batin dan cinta diantaranya sama-sama mengalami pertentangan, tokoh Aku ingin berusaha menyelami apa yang diinginkan si Mata Laut tetapi bagi si Mata Laut, tokoh Aku belum bisa menyelami apa yang diinginkannya. Perrtentangan yang membuat batin keduanya merasa terbelnggu dan tidak menemukan jalan keluar. Oleh karena itu, sejak si Mata Laut memaksa tokoh Aku untuk memahami laut, dirinya berusaha menyelami laut. Usaha yang dilakukan si Mata Laut sudah meleburkan hati dan pikiran untuk mencitai laut tetapi dirinya seperti mengatakan kejujuran dalam hatinya yang sulit memahami laut.
Tokoh dalam cerpen ini sangatlah mencintai sesuatu terlalu dalam. Si Mata Laut yang sangat mencintai laut memaksa orang yang mencintai dirinya untuk memahami laut. Tokoh Aku mencintai si Mata Laut sangatlah dalam dikarenakan dirinya yang terlalu mengagumi si Mata Laut. Keindahan dalam wajah dan hidupnya mengalun dalam hidup si Tokoh Aku. Si Mata Laut mencintai laut karena dirinya sudah satu ruh dengan laut bahkan laut seperti takdir baginya. Sampai akhir hidupnya pun si Mata Laut mengakhirinya di Laut. Gejolak batin cinta yang sangat dalam hingga dirinya tidak memikirkan hidupnya juga.
Cerpen ini memiliki nilai yang bermakna dari segi tokoh yang mendalami karakter yang sangat di luar dugaan. Mencintai sesuatu yang dalam dapat menjeruskan seseorang pada lembah yang tidak bernilai di hati dan pikiran seseorang. Gejolak batin cinta yang dirasakan tokoh terus bergulir dalam denyutan dan alunan ombak pada pembaca cerpen. Kata-kata puitis dan indah menmbawa kita berkhayal ke dunia keindahan alam di bumi ini. Menyelami gejolak cinta batin dalam cerpen ini sangatlah indah tetapi tidak perlu melakukan gejolak batin yang terlalau dalam sehingga membawa batin kita terjerus pada lautan si Mata Laut.

***
                                                                                                                                           Malang, April 2013

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar