Mahasiswa Offering AA Angkatan 2010 Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Fenomena Sosial pada Drama Pada Suatu Hari (Arifin C. Noor)



Fenomena Sosial pada Drama Pada Suatu Hari (Arifin C. Noor)
Oleh: lady Apsari
 
Secara garis besar drama ini menceritakan tentang kehidupan rumah tangga pada umumnya. Kehidupan rumah tangga selalu ada konflik-konflik atau kecemburuan-kecemburuan. Akan tetapi dalam naskah drama ini masalah tersebut bisa menjadi besar apabila tidak ditanggapi dengan baik. Naskah drama ini termasuk ke dalam drama prosa. Karena disajikan dengan dialog yang mudah dipahami. Unsur-unsur yang digunakan menyerupai prosa fiksi. Dalam naskah juga dijelaskan dengan mendetail ekspresi-ekspresi tokoh. Naskah drama ini mengangkat tema sehari-sehari yang terjadi dalam masyarakat. Tentang kehidupan rumah tangga yang dipenuhi dengan konflik-konflik kecil bahkan bisa berujung ke perceraian. Pada drama ini sarat akan nilai sosial dalam kehidupan sehari-sehari. Drama ini menyajikan tokoh-tokoh nyata yang ada dalam masyarakat. Mulai dari rasa tidak saling percara, mudah marah, kecemburuan, iri hati dan penyakit-penyakit hati lainnya. Arifin c noor mengungkapkan dengan baik nilai-nilai tersebut ke dalam drama ini. Tokoh-tokohnya diberi karakter kuat sehingga bisa menunjukan konflik yang ada dalam drama ini. Belum lagi kita dibuat gemas oleh tokoh nyonya wenas yang genit. Tokoh nyonya wenas membuat konflik semakin terasa.
Disajikan dengan tema tentang konflik kehidupan rumah tangga, terutama antara suami dan istri. Alur dalam drama ini alurnya menggunakan alur maju, dilatarbelakangi oleh konflik antara kakek dan nenek. Kemudian berlanjut pada konflik novia dan suaminya. Konflik keduanya mirip, sehingga bisa dianalogikan sebagai sebuah akibat pertengkaran nenek dan kakek yang juga dialami novia. Dialog-dialog yang digunakan  sangat padat, sehingga memahami drama ini harus memahami dari dialog, karena cerita yang dibangun murni dari dialog. Dialog-dialog yang digunakan kadang juga dibuat simbol-simbol. Dengan latar  rumah kakek dan nenek, sekitar siang hari. Pada pagi hari ditandai dengan kedatangan janda dan bernjak siang datanglah novia beserta anak-anaknya. Pesan-pesan moral bisa dilihat dalam dialog-dialoh tokohnya antara lain. Pentingnya sebuah sikap saling percaya kepada pasangan bisa dilihat pada dialog ini
kakek              : kenapa kau diam begitu?
Nenek             : diam saja.
Kakek              : kenapa kau begitu diam?
Nenek             : kau juga begitu.
Kakek              : kenapa?
Nenek             : kau juga kenapa?
Kakek              : sayang, adalah tidak baik kita bubuhi pesta emas dengan kata-kata seru.

Nenek  : kau sendiri yang membubuhinya. Kau rusak bunga-bunga pesta kita dengan kaktus-kaktus pacar kau.
Kakek  : sejak muda kau begitu yakin seakan saya pernah punya hubungan percintaan dengan perempuan tadi. Saya heran kenapa kau begitu berhasil menciptakan tokoh yang fantatis itu menjadi tokoh yang seolah nyata dalam diri kau sehingga  tokoh itu mampu mempermainkan kau sendiri selama hidup kau.
Nenek             : bukan fantastis. Tapi memang dia tokoh fantasi kau bahkan sampai saat kau tua                           (menangis) sengaja kau suruh joni menyiapkan segera minuman kesukaannya                                begitu dia datang.
Kakek              : siapa? Saya? Menyuruh joni? Minuman apa?
Nenek             : kau menyuruh joni membuat es susu begitu nyonya janda itu datang.
Kakek              : tidak. Saya tidak menyuruh joni.
Nenek : kau lakukan itu ketika saya sedang menemui dia tadi ketika kau menyingkir dari dari sini tadi  dan kemudian kau sembunyi ke kamar baca.
Kakek  :tidak, sayang, dari sini tadi saya langsung ke kamar baca dan kemudian saya                   asyik membaca mengenai para psikologi. Ketika kau datang tepat saya sampai                    pada baris-baris mengenai telepati. Saya ingat betul.
Nenek             : kau bohong. 
Kakek : kalau tidak percaya kau boleh memanggil joni (berseru) j o n i !


Dari dialog tersebut terlihat bahwa adanya rasa ketidakpercayaan nenek kepada kakek. Padahal sikap saling percaya itu sangat penting dalam kehidupan berumah tangga.  Jika rasa saling percaya itu sudah hilang, maka yang terjadi adalah pertengkaran yang berujung pada perceraian. Arifin sangat memahami permasalahan ini sehingga dia membuat dialog-dialog yang sederhana tapi sarat akan makna. Perceraian yang semakin marak terjadi bisa disebabkan oleh sikap-sikap seperti itu. Drama ini layak menggambarkan fenomena sosial yang sedang marak terjadi. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar