Memandang
Manusia melalui Dua Cermin:
Sebuah
Perenungan tentang Orang Malam Karya
Sony F.Maulana
Oleh: Wisnu Bramantyo
Karya
sastra merupakan sebuah jalinan indah makna yang disajikan pada penikmatnya
untuk dinikmati dan diuraikan kembali. Baik itu puisi, prosa, maupun drama,
karya itu akan menyampaikan suatu pesan tersendiri. Beberapa karya membawa
pesan yang langsung dapat dicerna, sementara yang lain menyampaikan pesan-pesan
yang lebih tersembunyi. Drama, sebagai suatu bentuk karya sastra yang dapat
dinikmati dengan 2 cara (sebagai naskah dan sebagai pementasan), mempunyai
sedikit perbedaan. Drama sebagai pementasan akan menuntut penikmat yang
memiliki kemampuan lebih dalam mencerna pesannya. Hal ini ialah karena sifatnya
sebagai pementasan yang sekejap dan real
time memerlukan konsumen yang dapat segera menafsirkan pesan-pesan yang
disampaikan. Memang, makna-makna juga dapat digali melalui bedah naskah ataupun
diskusi bedah drama (setelah dipentaskan), namun sensasi apresiasi yang didapat
tentunya berbeda.
Orang Malam karya Sony F. Maulana ialah
drama yang memiliki dua cermin di dalamnya. Dua pesan besar. Satu akan mudah
ditangkap oleh penonton atau pembaca naskah, sedangkan yang satu lagi sedikit
tersamar secara filosofis dan memerlukan perenungan sejenak. Drama ini menarik
untuk diangkat karena tema sosial seperti yang didengungkan dalam Orang Malam biasanya merupakan inti dari
pesan yang ingin disampaikan sebuah karya. Tetapi, hal sebaliknya terjadi dalam
drama ini. Sony justru menjadikan plot dan makna sosial ini sebagai pintu
gerbang menuju makna yang lebih instropektif dan lebih dalam. Lebih unik lagi,
makna, cermin kedua ini juga masih berhubungan erat dengan cermin pertama.
Pengungkapan jatidiri cermin ini di akhir drama akan memberikan sebuah kejutan
bagi penonton karena dia juga berfungsi sebagai twisted plot. Pengemasan pertunjukan yang bagus akan memfungsikan
kedua cermin ini sedemikian rupa, sehingga di akhir pentas penonton akan
terpana dan terdiam, berpikir sejenak mengenai esensi drama dan esensi
kehidupan itu sendiri.
Orang Malam dapat dipandang sebagai
sebuah kritik sosial langsung terhadap pemerintah saat itu (Orde Baru). Fokus
cerita pada pasangan kekasih yang terpisah karena penculikan aktivis mewakili
kesedihan orang-orang yang dicintai saat fenomena penghilangan orang kerap
ditemui. Tidak hanya penculikan, terkadang kasus kematian yang tidak wajar dan
sulit dijelaskan juga terjadi, seperti pada kasus Munir. Sampai akhir cerita
drama ini, nasib sebenarnya Dirah yang diculik juga tidak jelas. Tidak hanya
pemerintah, drama ini juga menyampaikan kritik terhadap penegak hukum yang
tidak berbuat apa-apa dalam penanganan kasus-kasus tersebut.
Mengenai akhir cerita yang berupa
sebuah condundrum membingungkan, Sony
memberikan bantuan untuk menguraikannya. Di akhir drama, pengarang menuliskan dialog
“Kita dewasa dan besar dalam penjara” serta “Ya,
kita sama-sama tua dan besar dalam penjara.”, lalu mereka berpelukan. Dialog
ini menunjukkan bahwa kedua tokoh, Kimung dan Dirah, tumbuh dan besar di dalam
penjara. Dapat dianalisis bahwa kedua tokoh eksis secara bersamaan, merupakan
bayangan masa lalu semata, namun juga ialah suatu kesatuan satu dengan yang
lain. Hal ini semakin diperjelas dengan digunakannya keterangan waktu yang
sangat lama dalam drama, seperti 750 tahun dan ratusan tahun, yang
mengindikasikan keabadian.
Selanjutnya
yang perlu direnungkan lagi ialah makna cermin kedua. Cermin kedua ini muncul
ketika Dirah dan Kimung sadar bahwa mereka sebenarnya merupakan bayangan masa
lalu yang merupakan suatu kesatuan. Di sini penonton diingatkan bahwa manusia
merupakan sebuah makhluk yang kompleks dan paradoksal. Di dalam batin seseorang
akan selalu terjadi dialog antar entitas yang berbeda: auto-argumentasi. Di
dalam tingkah laku dan pikiran manusia sering tampak hal-hal yang paradoks.
Pengarang ingin para penonton menyadari hal ini dan menggunakannya agar
memandang segala hal dengan lebih bijak.
Di sisi lain,
kalimat “Kita dewasa dan besar dalam penjara” juga mengandung makna lain yang
dalam. Penjara di sini dapat berarti “pembatasan diri”, “pandangan sempit”,
“kekolotan tradisi”, “kesalahan mengartikan akidah” dan hal-hal semacamnya.
Manusia selalu tumbuh dan membawa penjaranya sendiri ke manapun ia pergi.
Sebagai sebuah
drama, Orang Malam ialah lakon yang unik,
menarik dan memiliki makna yang dalam. Biarpun sangat sederhana, makna yang
terjalin di dalamnya sangat indah dan patut direnungkan. Tetapi, kesederhanaan
ini juga dapat berdampak buruk. Sebagai naskah, dampak ini tidak terlalu
menjadi masalah, namun saat diterjemahkan menjadi pementasan drama ini
memerlukan efek-efek panggung yang mendukung suasana agar para penonton
mengerti kedalaman pesan yang disampaikan, terutama di akhir cerita. Jika
penanganan khusus tidak diberikan, dikhawatirkan makna yang indah tersebut,
cermin kedua itu, tidak terlihat oleh penonton.
0 komentar:
Posting Komentar