Mahasiswa Offering AA Angkatan 2010 Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

PESAN MORAL DALAM CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI



PESAN MORAL DALAM CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI
Oleh:  Pramudita Parahita Pawestri
 
            Sebuah karya sastra tidak lahir begitu saja. Ada yang melatar belakangi mengapa seorang sastrawan menghasilkan sebuah karya. Seorang pengarang pasti juga memiliki maksud dan tujuan serta alasan tersendiri. Hal ini juga pasti terjadi pada pengarang A.A Navis dalam cerpennya yang berjudul Robohnya Surau Kami. Cerpen ”Robohnya Surau Kami” terpilih menjadi satu dari tiga cerpen terbaik majalah sastra Kisah tahun 1955. Dalam cerpen ini, mengisahkan seorang kakek penjaga surau yang meninggal akibat bunuh diri. Alasan mengapa kakek bunuh diri karena termakan omongan Ajo Sidi yang terkenal sebagai pembual.
            Cerita Robohnya Surau Kami  ini, memiliki cerita yang sederhana, unik dan menarik. Dibalik kesederhanaannya itu tersimpan makna dan kritik yang mendalam atas kehidupan di jaman yang modern ini. Cerpen ini membuat kita berpikir bagaimana seorang yang alim bisa masuk neraka. Judul cerpen ini hanyalah simbolik, sebenarnya bukan bangunan fisik dari suraulah yang roboh tetapi nilai-nilai agama yang oleh beberapa orang disalah gunakan. Ada sebagian manusia yang beribadah bukan karena tulus menyembah-Nya tetapi mengharapkan imbalan masuk surga semata sehingga mengabaikan urusan duniawi. Hal tersebut digambarkan dalam diri H. Saleh.
           
Pengarang Haji Ali Akbar Navis lahir di Padang, Sumatera Barat, 17 November 1924. A.A. Navis di kalangan sastrawan digelari sebagai ”Kepala Pencemooh”, karena beliau adalah salah seorang tokoh yang ceplas ceplos, apa adanya. Kritik sosial yang ditujukan untuk membangun pribadi-pribadi untuk menjadi yang lebih baik lagi. Tidak heran jika cerpen Robohnya Surau Kami ini berisi kritik tentang ketidak seimbangan antara duniawi dan dunia akhirat.
            A.A. Navis menyampaikan kriktiknya ini dengan sederhana tetapi penuh makna. Hal tersebut terbukti dengan adanya penggambaran tokoh H. Saleh yang lahir dari bualan seorang Ajo Sidi.  H. Saleh seorang tokoh yang rajin beribadah tetapi pada akhirnya masuk neraka memiliki watak sombong terbukti dari
Haji Saleh itu tersenyum-senyum saja, karena ia sudah begitu yakin akan dimasukkan ke surge. Kedua tangannya ditopangkan ke pinggang sambil membusungkan dada dan menekurkan kepala ke kuduk. Ketika dilihatnya orang-orang yang msuk neraka, bibirnya menyunggingkan senyum ejekan.
            Dalam cerpen ini A.A. Navis menggambarkan perilaku manusia yang hanya beribadat saja, tanpa mengurus kehidupannya. Tidak sedikit manusia yang melakukan seperti apa yang digambarkan melalui tokoh kakek dan tokoh H. Saleh. Kejadian seperti ini biasanya terjadi dilingkungan yang religius seperti pesantren. A.A. Navis yang seorang haji ingin mengingatkan bahwa dalam hidup kita harus menyeimbangkan antara urusan duniawi dan urusan akhirat. Tidak heran jika ada ungkapan beribadatlah seolah-olah engkau akan mati besok, dan bekerjalah seolah-olah engkau hidup seribu tahun. Sepertinya hal inilah yang ingin diingatkan oleh A.A Navis melalui cepennya.
            A.A. Navis menggambarkan dengan mudahnya suasana di akhirat dan bagaimana seorang manusia yang bisa berdilaog dengan Tuhannya. Cerita yang seperti ini jarang dijumpai dalam cerita-cerita lain.
‘O, o, ooo anu tuhanku. Aku selalu membaca KitabMu.’
‘Lain?’
‘Sudah kuceritakan semuanya, o, Tuhanku. Tapi kalu ada yang aku lupa katakana, aku pun bersyukur karena Engkaulah yang Mahatahu.’
‘Sungguh tidak ada lagi yang kau kerjakan di dunia selain yang kau ceritakan tadi?’
Tidak hanya masalah beribadat di dunia saja yang digambarkan tetapi juga bagaimana manusia melakukan protes kepada Tuhannya. Terkadang manusia memang tidak mau menerima apa yang telah ditakdirkan pada dirinya. Hal ini yang coba ingin digambarkkan bahwa sanya manusia memiliki sifat yang kurang ikhlas dalam menerima. H. Saleh memimpin beberapa orang untuk melakukan protes kepada Tuhan.
Haji Saleh yang menjadi Pemimpin dan juru bicara tampil ke depan. Dan dengan suara yang menggelegar dan berirama indah, ia memulai pidatonya: ‘O, Tuhan kami yang Mahabesar. Kami yang menghadap-Mu ini adalah umat-Mu yang paling taat beribadat, yang paling taat menyembahmu.
Melalui dialog Tuhan, A.A. Navis menjelaskan mengapa seseorang bisa masuk ke neraka tanpa pandang bulu, bahkan seseorang yang telah bertitel haji dan syekh juga bisa masuk neraka.
Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal kalau engkau miskin. Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, sehingga kerjamu lain tidak memuji-muji dan menyembahku saja.
         Membaca Robohnya Surau Kami ini bisa menjadi refleksi bagaiman perilaku manusia yang seharunya. Cerpen yang sederhana tetapi sarat akan makna. Melalui cerpen ini kita bisa mengambil hikmah bahwa Tuhan tidak hanya menginginkan hambaNya hanya menyembahNya tetapi juga menginginkan hambaNya untuk bisa menyeimbangkan antara urusan duniawi dan urusan akhirat. Sangat sederhana pesan moral yang ingin disampaikan oleh A.A. Navis. Secara keseluruhan cerpen yang berbau religi ini bagus untuk untuk meningkatkan ketakwaan pembaca kepada Tuhannya, selain itu sangat jarang cerpen yang menggunakan tokoh Tuhan. Selain dalam cerpen Robohnya Surau Kami hal tersebut juga terdapat dalam cerpen “Langit Semakin Mendung ” karya Kipanjikorsim.                                                  
         Selain pesan moral utama yang mengharukan kita menyeimbangkan antara urusan duniawi dan urusan dunia akhirat, terselip makna-makna lain. A.A Navis menyelipkan pesan moral dalam setiap tokoh-tokohnya. Pesan moral yang bisa kita ambil dari tokoh kakek adalah jangan mudah temakan oleh omongan orang lain dan jangan mudah putus asa. Pesan moral yang bisa kita ambil dari tokoh Ajo Sidi adalah janganlah menjadi seorang pembual yang bisa merugikan orang lain.                 



Daftar Rujukan

Andromeda. 2012. Analisis Cerpen "Robohnya Surau Kami", (online) (http://galaxyairit.blogspot.com/2012/05/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami.html, diakses14 April 2013)         

Sundiawan, A. 2008. Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami, (online) (http://awan965.wordpress.com/2008/12/20/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami/, diakses 14 April 2013)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar