Mahasiswa Offering AA Angkatan 2010 Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

GAMBAR KEMISKINAN DALAM NASKAH DRAMA ANJING-ANJING MENYERBU KUBURAN KARYA PUTHUT BUCHORI



GAMBAR KEMISKINAN DALAM NASKAH DRAMA ANJING-ANJING MENYERBU KUBURAN KARYA PUTHUT BUCHORI
 Oleh: Windy Tiarasari Budiono

 Anjing-anjing menyerbu kuburan, merupakan naskah drama yang ditulis oleh Puthut Buchori yang diadaptasi dari cerpen karya Kuntowijoyo dengan judul yang sama. Ketika pertama kali membaca judulnya saja tentu kita akan “dipaksa” untuk membayangkan sekelompok anjing yang mnyerbu kuburan. Kemudian secara tidak langsung tentu akan timbul pertanyaan dalam benak kita, apa yang menyebabkan anjing-anjing itu menyerbu kuburan?
Cerita dalam naskah drama ini menggunakan alur maju-mundur, diawali dengan kejadian sekelompok warga yang sedang memukuli seorang laki-laki yang diduga hendak mencuri mayat di salah satu kuburan umum. Kemudian cerita berlanjut ketika akhirnya si pencuri itu menceritakan bagaimana kronologis cerita hingga akhirnya ia dipukuli oleh warga saat itu. Si pencuri tersebut mengakui bahwa ia memang hendak mencuri mayat untuk memenuhi salah satu syarat dalam upayanya melakukan pesugihan.
Naskah drama karya Puthut Buchori ini sangat menarik untuk diulas kembali karena cerita yang digambarkan dalam drama ini mengingatkan akan kehidupan sosial masyarakat miskin yang sering terjadi saat ini. Kita dapat merasakan bagaimana kesusahan yang dialami tokoh pencuri hingga akhirnya ia memutuskan untuk melakukan pesugihan tersebut. Tentu kita sebagai pembaca akan merasa miris dengan kehidupan yang dialami masyarakat-masyarakat miskin pada umumnya di sekitar kita.
Pengarang mengangkat suatu fenomena yang saat ini sedang umum terjadi dalam masyarakat kita. Ya, memang layaknya yang sudah sering terjadi saat ini, ketika jalan pintas dianggap pantas. Ketika kemiskinan sudah merasuk hingga ke tulang, manusia pun akhirnya berpikir pendek, berupaya agar semua kemiskinan yang dialami segera teratasi. Namun sayangnya selalu dengan cara yang instan, salah satunya dengan melakukan pesugihan, sama seperti yang diceritakan dalam cerita ini.
Cerita ini seolah memang ingin mengangkat sisi sosial dalam masyarakat. Dimulai dari tokoh dan penokohan pada naskah drama yang berjudul “Anjing-anjing Mnyerbu Kuburan” ini. Pengarang menggunakan nama-nama tokoh dalam cerita ini hanya dengan sebutan yang umum saja, contohnya Peronda 1, Warga 2, Pak Aman, dan lain sebagainya. Warga dalam drama ini digambarkan sebagai orang-orang yang tinggal dipedesaan dan selalu bertindak tanpa berpikir panjang, emosinya mudah tersulut jika dipengaruhi orang lain. Sama halnya dengan para peronda yang hanya duduk-duduk bersantai bukan malah berkeliling desa untuk berjaga. Namun berbeda dengan tokoh Pak Aman yang merupakan tetua di desa tersebut, ia memiliki karakter yang tegas, berwibawa dan selalu berpikiran tenang. yang selalu bermain di lapangan saat bulan purnama tiba. Penokohan dalam drama ini sangat cocok untuk menggambarkan kehidupan sosial yang sering terjadi di pedesaan pada umumnya.
Pencuri mayat dalam drama Anjing-anjing Menyerbu Kuburan ini digambarkan sebagai sosok lelaki yang sudah lelah dengan kehidupannya yang miskin yang dialaminya. Kemudian di tengah semua keterbatasan yang ia miliki, ia memutuskan untuk mencuri mayat di kuburan umum desa itu untuk ia gunakan sebagai sarana pesugihan. Namun apa daya, ketika usahanya mencuri mayat tersbut hamper berhasil, datang segerombolan anjing yang menyerbu kuburan itu dan kemudian memakan daging dari mayat yang hendak dicuri oleh si pencuri itu. Tentunya hal ini mengagalkan usaha pencuri yang ingin mencuri mayat tersebut, dan akhirnya karena lolongan anjing-anjing itu secara tidak langsung membangunkan para peronda yang tertidur akibat sebelumnya dibius oleh si pencuri agar tidak mengganggu usahanya untuk mencuri mayat.
Dalam drama ini juga digambarkan betapa sulitnya hidup si pencuri. Hal itu dapat dilihat dalam percakapannya dengan dirinya sendiri ketika ia mulai menggali makam seperti pada kutipan di bawah ini:
(Pencuri Mayat Kembali Berusaha Menggali Tanah Kuburan Lik Rukmini).
PENCURI MAYAT   : Aku harus berhasil, harus berusaha keras menggali kubur ini dengan tanganku, biarpun tangan ini lecet, kotor, tak apa. Sakit ini hanya untuk sementara. Tetapi lihat saja hasilnya nanti, kalau aku sudah berhasil menggigit kedua telinga mayat ini, oh… lihat saja. Aku pasti akan kaya raya. Aku pasti bisa mendandani istriku dengan sepasang subang emas berlian di telinganya.
(Menggali Tanah Semakin Dalam)
Di tangannya melilit ular-ularan dari emas. Giginya emas…
(Terus Menggali Tiada Henti)
Ah tidak, bukan gigi emas, gigi emas sudah kuno.
(Menggali Dan Menggali)
Akan aku hiasi lehernya dengan kalung emas yang berat, cincin, gincu yang mahal, bedak yang bagus seperti artis-artis sinentron
(Menggali Dan Menggali).
Anak-anakku pasti tidak akan diejek lagi kalau sekolah, karena kemarin-kemarin kalau ke sekolah tidak pakai sepatu, akan aku belikan sepatu yang paling mahal seperti yang diiklankan di televisi. Uang SPP-nya tidak akan nunggak, aku bisa beli truk untuk usaha adikku yang bungsu, bisa beli rumah yang bagus, tidak kesulitan jika ada sumbangan ini sumbangan itu. Semua pasti beres, beres… res… res…
(Menggali Semakin Dalam)
Uh terlalu sempit mereka menggali kuburan.
(Ketika Sudah Hampir Sampai Di Papan Jenazah)
Nah kekayaan itu hampir tiba.
Sedikit kutipan drama di atas dapat menggambarkan betapa sulitnya hidup menjadi orang miskin. Dia harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya. Bukankah hal ini juga sering terjadi dalam masyarakat? Ketika tuntutan hidup semakin besar namun tidak disertai pemasukan yang cukup besar pula, sehingga yang terjadi justru upaya mencari jalan pintas seperti yang digambarkan dalam drama ini. Betapa kemiskinan sudah meracuni otak manusia untuk berpikir sehat.
Di akhir cerita, warga pun memukuli pencuri mayat yang sudah dianggap meresahkan warga dan menggangu keamanan desa tersebut, hingga akhirnya pencuri tersebut tewas di kuburan tersebut. Melalui drama ini kita bisa melihat bagaimana kemiskinan yang sudah merenggut sebagian kewarasan yang dimiliki manusia. Lalu yang menjadi pertanyaan, akankah kita termasuk orang yang hilang sedikit kewarasannya hanya karena kemiskinan yang dialami seperti tokoh pencuri mayat ini atau kita dapat berpikiran waras menyikapi segala bentuk kemiskinan yang melanda? Kita sendiri yang tahu jawabnya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar