PESAN SOSIAL POLITIK DAN PEREKONOMIAN
INDONESIA DALAM NASKAH OPERA SEMBELIT
MIMPI JADI NYERI
Oleh: Aulia Kurniawati
Perekonomian adalah bidang yang sangat inti
dalam keberlangsungan suatu kehidupan. Telah ada sejak zaman kerajaan perekonomian
sudah berkembang. Banyak situs peninggalan kerajaan beserta alat-alat
ekonominya. Temuan-temuan mata uang pada masanya yang menggunakan identitas
kerajaan. Diantaranya mata uang kerajaan Banten, Samudera Pasai, Sumenep,
hingga uang kepeng asal China yang masuk ke Indonesia melalu perdagangan
internasional. Seiring berjalannya masa, penjajah masuk ke Indonesia.
Perkembangan perekonomian dari transaksi barter barang menjadi system uang
sebagai alat tukar yang lebih mudah dan muncul uang logam VOC pada zaman
penjajahan bangsa Eropa.
Pada masa penjajahan ini perekonomian
dikuasai oleh penjajah. Pendirian bank oleh Belanda menjadikan Indonesia
semakin tidak dapat melakukan perlawanan. Pembuatan uang dilakukan di negeri
belanda dan baru ditransaksikan di bank Indonesia yang bernama De Javasche Bank pada waktu itu. Dengan perjuangan
para pemuda Indonesia akhirnya Indonesia berhasil memboyong Indonesia ke depan
pintu depan kemerdekaan. Mulai dari sini system perekonomian mulai diperbaiki.
Uang kertas sebagai peninggalan dari penjajah dikembangkan dengan mencetak
sendiri. Dari gambar situs kebudayaan seperti tokoh wayang, candi-candi,
kekayaan alam, hingga para pahlawan perjuangan kemerdekaan seperti yang kita
temui sekarang ini, termasuk para pemimpin negeri.
Dari sejarah ini tentu setiap periode
pemerintahan mempunyai cara tersendiri dalam mengatur perekonomian negara.
Krisis ekonomi atau yang seringkali disebut krisis moneter bermula pada tahun
1997 periode pemerintahan Soeharto. Di akhir pemerintahan beliau ini krisis sosial
politik memburuk akibat dampak dari krisis moneter yang disebabkan nilai rupiah
turun drasris dan terus turun hingga sekitar 15.000 per dolar.
Ketika kita membaca naskah Opera Sembelit
Mimpi Jadi Nyeri karya N. Riantiarno ini pasti kita akan menemukan berbagai
kritik dan pesan pada dialog yang dituliskan. Banyak sekali fenomena sosial dan
politik yang dituangkan dalam dialog naskah ini. Penyampaian pesan yang dikemas
dalam berbagai petanda seperti sikap tokoh, monolog salah satu tokoh, dialog
yang dilakukan oleh para Warda, dan lain sebagainya. Berikut akan kita ulas
sedikit pesan pengarang yang tersirat dalam dialog naskah ini.
NING: Jasmerah.
HAN: Apa?
NING: Jangan suka melupakan
sejarah. Kemarin, satu jam yang lalu, bahkan satu menit yan lalu, sudah bisa
dibilang sebagai sejarah. Kalau sampai lupa, celaka.
HAN: Sok filosofis.
NING: Bukan. Fakta berbicara. Ayah
buktinya.
Jika kita perhatikan kecenderungan pemuda bangsa ini yang tidak mau
tahu kepada masa lalu bangsanya sehingga sulit tercipta yang berperadaban
tinggi. Jangan pernah lupakan sejarah, itu yang diwanti-wanti oleh Bung Karno
kepada pemuda Indonesia dahulu. Dialog ini juga menjadi teguran tidak langsung
kepada para wakil rakyat yang ketika ditanya mengenai suatu perkara selalu mengelak
dengan mengatakan tidak tahu, lupa, dan berusaha menutup-nutupi.
WARDA: …Tapi di luar sana,
lamat-lamat kudengar orang bicara dengan sangat yakin tentang kebebasan dan
kebersamaan. Tentang demokrasi dan stabilitas. Tentang fanatisme dan kerukunan.
Tentang hal-hal yang saling bertolak belakang. Aku ingin berkomentar, tapi
leher tercekik, suaraku terbungkam, tak sanggup menembus dinding bangunan ini. Aku
Cuma sanggup bertanya, dalam hati. Siapa mereka? Dan siapa aku?
Dialog diatas menunjukkan maraknya janji para petinggi pemerintahan
yang digembar-gemborkan. Janji yang menjanjikan kemakmuran dan ketentraman
rakyat. Namun dalam kenyataan aplikasinya tidak ada, tinggallah janji belaka,
berkelit dengan alasan yang dibuat seakan masuk akal. Sistem yang juga
membatasi ruang kebebasan rakyat untuk menyuarakan pemikirannya begitu juga
media kala itu. Seakan memberi jalan seluas-luasnya. Rakyat menjadi boneka yang
harus mengikuti model pemerintahan tanpa keberdayaan menempatkan diri karena
penyalahgunaan militer.
Nyanyian DR.SALIM juga mendukung hal ini, berikut nyanyian yang
terselip dalam pidato DR.SALIM
DR.SALIM: (MENYANYI)
Jangan percaya gossip murahan
Jebakan isu yang menyesatkan
Pelihara harmoni emosi
Jaga kesehatan nurani
Wo…. O….
Camkan! Masa depan negara dan
bangsa, ada di tanganmu!
Penggunaan fenomena sosial sebagai lahan bisnis yang seharusnya
dapat membantu meringankan beban, namun justru menambah kesengsaraan rakyat.
Rakyat tidak dapat berbuat apapun karena tidak ada pilihan lain.
WARDA-9: (MARAH) Inikah yang kita
sebut solidaritas? Aku memberi tahu apa yang kualami, kalian cuma muntah.
Apa sama sekali tidak ada
komentar? Usulan pencegahan? Aku bingung dan tersiksa, kalian Cuma muntah. Mana
solidaritas kalian?
WARDA-2: di dalam bisnis tidak ada
solidaritas. Ho-ek..
WARDA-3: kita adalah burung
kondor. Saling memagsa. Ho-ek.
WARDA-5: Jo-ek. Kita karnovora.
WARDA-6: predator. Ho-ek.
WARDA-9: Aku doakan, kalian
mengalami apa yang kualami.
Pelayanan kemasyarakatan selalu mengalami ketelatan. Rakyat miskin
terbengkalai tak sanggup memenuhi kebutuhan hidupnya, namun janji yang
diberikan oleh petinggi pemerintahan tak kunjung datang. Selalu ada alasan
untuk mengulur dan berkelit tiada habisnya.
DR.SALIM: (MEMBERI PENJELASAN
DENGAN RINCI DAN MENGGEBU-GEBU)
Kami sudah meneliti penyakit
saudara. Dari A sampai Z. Tidak ada yang terlewat. Hasil tes dari lab juga
sudah keluar. Hasil paling akhir, dan akurat. Setiap hasil langsung kami kaji
ulang, sampai kami yakin tidak ada kekeliruan. Terus terang, kami kaget. Diluar
dugaan. Ini penemuan baru. Luar biasa. Itu sebabnya kami datang dengan tim
lengkap. Akan kami jelaskan, sumber dan proses penularan, perkembangan yang
mungkin timbul, apa yang harus dilakukan agar sembuh, sekaligus upaya
pencegahan supaya penyakit tidak menyebar dan orang lain tidak tertular.
Hahaha, saya bisa menulis buku
tentang penyakit ini. Jadi, jangan heran jika saya perlu waktu yang cukup untuk
menganalisa gejala-gejalanya.
SITI: Lama sekali. Satu bulan.
DR.SALIM yang digambarkan sebagai seorang yang memiliki posisi
penting dalam naskah ini selalu mengulur waktu dan merugikan pasiennya.
Sepertinya DR.SALIM tidak begitu memiliki keahlian yang selama ini diakui orang
banyak. Disamping sudah tua ia juga sudah pikun. Hal ini dapat kita maknai dengan
petinggi pemerintahan yang selalu menunda perkara dan membuat rakyat kelabakan
menjalani hidup. Rakyat dibiarkannya terlantar.
Ada pula Lukana yang dalam naskah ini
digambarkan sebagai orang gila yang tinggal bersama orang-orang pinggiran yang
tidak mempunyai daya apa-apa. Lukana sebagai seorang yang sedang menanggung
luka akibat cinta yangbertepuk sebelah tangan tanpa tahu kepada siapa cintanya
itu ditujukan. Lukana terus berceloteh. Ia membahas keserakahan, keangkuhan dan
kesombongan. Semua pikiran ia ocehkan, namun tiada yang sudi mendengarkannya.
Seperti suara rakyat yang tidak pernah diindahkan dan tidak diberi kesempatan
berpendapat. Ia menyanyikan segala mimpinya, mimpi akan kemakmuran negeri dan
pemerintahan yang aman, arif, dan bijak. Namun Warda menganggap ocehannya tidak
penting, seperti petinggi yang tidak senantiasa menganggap rakyat miskin itu
bodoh dan tidak penting.
Semut di seberang lautan Nampak, gajah di
pelupuk mata tak Nampak. Begitu pribahasa yang cocok untuk para petinggi
pemerintahan bagi Lukana. Ia terus menyanyi dan mengulas kekayaan Indonesia
yang melimpah. Tapi mengapa Indonesia bisa mengalami krisis ekonomi? Lukana
bersedih. Kemana semua kekayaan alam itu, semua dicuri oleh orang asing, dan
parahnya orang asing itu dibantu oleh penguasa negeri ini oleh wakil rakyat
yang selalu memanfaatkan rakyat kecil sebagai media bisnis. Wakil rakyat yang
selalu menggerogoti negeri dan memperkaya diri sendiri. Muncul berbagai partai
dengan bendera masing-masing yang berkibar di tiang kokoh.
N. Riantiarno menampilakan miniatur dan
kritik krisis ekonomi yang disebut krisis moneter oleh masyarakat meski belum
tentu semua dari mereka faham apa itu krisis moneter. Namun sedikit definisi
sudah cukup bagi mereka untuk menggunakan istilah ini.
WARDA-1: 1 Oktober
WARDA-2: 3500.
WARDA-1: 1 November
WARDA-3: 4500.
WARDA-1: 1 Desember
WARDA-5: 5500.
WARDA-1: 1 Januari
WARDA-2: 9000.
WARDA-1: 6 Januari
WARDA-3: 4000. Katanya.
WARDA-4: Menghtung apa? Menghitung
apa?
WARDA-1: 7 Januari
WARDA-5: 10.000.
WARDA-1: 9 Januari
WARDA-2: 11.000.
WARDA-4: Menghitung apa?
Menghitung apa?
WARDA-1: Masih, 9 Januari.
WARDA-3: 12.000.
WARDA-5: 13.000.
WARDA-6: 14.000.
WARDA-7: 16.000.
WARDA-8: Pusing aku. Pusing.
Tigapuluh tahun membangun usaha, hancur dalam tiga bulan. Please jangan
dihitung lagi..
WARDA-4: Menghitung apa?
Menghitung apa?
WARDA : (KOOR)
Fasilitas tanpa batas
Tender modal nol
Libur pajak maksimal
Persaingan global
Kredit bunga tinggi
Agunan manipulasi
Kurs valas melambung
Ekonomi limbung
Dari dialog ini telah jelas bahwa keadaan ekonomi lokal yang tidak
karuan menimbulkan nilai rupiah semakin turun atas valuta asing. Bahkan dengan
begitu cepatnya rupiah yang sudah tiga puluh tahun dibangun dengan penuh
perjuangan para pemuda dari zaman kerajaan, zaman penjajah, hingga kemerdekaan
datang. Persaingan global dan keadaan ekonomi yang tidak arif menimbulkan pajak
naik, kurs valas melambung tinggi dan ekonomi kacau. Dalam situasi seperti ini
masyarakat semakin melarat. Petinggi dan juragan menggunakan jalan politik
untuk memanfaatkan rakyat demi diri sendiri. Fluktuasi kurs, likuidasi, semua
menyebabkan depresi dan stress. Reformasi menjadi pilihan utama mengatasi
krisis ini. semua diborong dan ditimbun, kemudian semua dijual. Rakyat semakin
menderita.
WARDA: (KOOR) Harta karun di dalam
negeri
Depositi di luar negeri
Harta bergerak, harta diam
Simpan, pendam dalam-dalam
Masa depan bisnis makin suram
SDM. (S)elamatkan (D)iri
(M)asing-masing
Buat apa pusingkan arang lain
Lebih baik cinta diri sendiri
Jual semua, bangkrutkan usaha
Lalu menangislah seperti biasa
Den, Den, paring-paring Den,
Den…
Den, Den, paring-paring Den,
Den…
Tawurji-tawur, selamat panjang umur..
Tawurji-tawur, selamat panjang
umur..
Jika kita perhatikan petikan dialog yang dilakukan oleh Warda diatas
dapat kita tarik wacana bahwa Indonesia mengandung harta orang lain. Kekayaan
Indonesia yang melimpah terus dikeruk oleh pihak asing tanpa adanya imbas cukup
baik kepada negara ini. Kasus Freeport menjadi salah satu contoh fenomena ini.
Sikap pemerintahan yang tidak terlalu memikirkan nasip rakyat juga menjadi
fenomena sosial yang mencolok dan menuangkan kegeraman rakyat. Namun dalam hal
ini rakyat tidak mampu berbuat apapun karena rakyat bukanlah siapa-siapa. Hal
ini dapat kita perhatikan dalam potongan dialog berikut.
WARDA: …Tapi di luar sana,
lamat-lamat kudengar orang bicara dengan sangat yakin tentang kebebasan dan
kebersamaan. Tentang demokrasi dan stabilitas tentang fanatisme dan kerukunan.
Tentang hal-hal yang saling bertolak belakang. Aku ingin berkomentar, tapi
leher tercekik, suaraku terbungkam, tak sanggup menembus dinding bangunan ini.
aku Cuma sanggup bertanya, dalam hati. Siapa mereka? Dan siapa aku?
Terdapat berbagai fenomena sosial yang disampaikan dalam dialog
diatas, namun rakyat tak mampu berbuat apa-apa. Krisis ekonomi ini melanda
Indonesia bermula pada tahun 1997 oleh pemerintahan Pak Harto dengan politik
militernya yang ekstrim hingga pada ujung pemerintahan Pak Harto dilengserkan
oleh demo para mahasiswa dan rakyat umum. Kemudian pemerintahan berganti ke
tangan Habibie. Kondisi nilai rupiah yang memprihatinkan atas kurs dolar dengan
fluktuatif yang tak menentu membuat rakyat semakin sengsara dan kelabakan. Krisis
moneter memuncak, dunia kacau, perekonomian kacau, kehidupan rakyat kecil
kacau. Konversi rupiah semakin turun dimata valas.
PEMANDU-2: (MEMANDU) Mr. en Mrs.
Krismon! Fluktuasi. Konversi. Bujetasi. Observasi. Normalisasi. Abnormalisasi.
Diversifikasi. Deviasi. Akuntansi. Akuisisi. Devaluasi. Standarisasi. Resesi.
Likuidasi. Depresi. Represi. Imajinasi. Halusinasi. Kursisisasi. ASI. Basi.
Hatsii! (MELANJUTKAN DENGAN BAHASA YANG TIDAK DIMENGERTI)
Krisis ekonomi memuncak pada akhir pemerintahan orde baru oleh Pak
Harto. Pada masa ini seluruh penjuru negeri benar-benar kelabakan karena arus
ekonomi yang tak menentu dan tidak dapat memberi jaminan hidup bagi rakyat
hingga akhirnya Pak harto diminta turun dari jabatanya sebagai kepala negara
ini. Opera sembelit menggambarkan hal ini dengan puncak konflik ketidakterimaan
warga kepada DR.SALIM atas derita yang ditanggung warga setelah melakukan
operasi sesar kepadanya. Semua warga meminta DR.SALIM segera dicopot menjadi pemimpin
klinik.
SITI: (MELEDAK BERTERIAK)
Diam!!! Saya tidak mau lagi dengar ocehan itu. Ini sudah lebih dari apa yang
seharusnya saya tanggung. Saya sudah tidak tahan lagi. Dokter Salim, nasjis
suami saya tidak lagi berupa najis kambing. Itu sudah lewat, sebulan yang lalu.
Yang terjadi sekarang ini adalah, Warda sudah tidak bisa berak lagi.
Pengeluarannya sudah macet. Dia sembelit.
Tinja Warda yang semula berupa tahi kambing dan sudah berobat ke
klinik DR.SALIM namun tidak mendapat solusi. Bahkan sekarang Warda tidak bisa
buang tinja. Mampet total, dan parahnya lagi hal ini mewabah ke seluruh
manusia. Seperti Warda yang mengalami hal demikian perekonomian Indonesia macet
gara-gara krisis yang tak berkesudahan. Hal ini dikritik lagi oleh naskah Opera
Sembelit dengan menampilkan dialog yang sama oleh para Warda berulang kali.
Maksud dari perulangan itu ialah konflik politik dan sosial terkait ekonomi di
Indonesia selalu saja muncul dan tidak menemukan titik akhir penyelesaian yang
menguntungkan banyak pihak.
0 komentar:
Posting Komentar