Suasana Batin dalam Cerpen Waktu Nayla
karya Djenar Maesa Ayu
Oleh: Erni Retnosari
Waktu
Nayla adalah salah satu cerpen yang menceritakan tentang kehidupan wanita yaitu
Nayla yang merasa dikejar waktu karena ia divonis kalau umurnya hanya akan
bertahan maksimal satu tahun dengan adanya penyakit kanker ganas pada
ovariumnya. Itulah sekilas cerpen tentang Waktu Nayla karya Djenar Maesa Ayu.
Lebih jauh tentang likuk-likuk dalam cerpen tersebut terlihat hal yang paling
menonjol yaitu tentang keadaan batin tokohnya yang sedang terguncang.
Keadaan batin seseorang terkadang tentram dan
terkadang terguncang, tergantung dari keadaan hidup yang dijalani saat itu. Ada
beberapa pergulatan yang menimbulkan efek gangguan dalam diri jika keadaan yang
dialami menekannya jauh dari ketenangan pikir. Semua akan terasa berbeda di
saat hati tersentuh oleh kelembutan-kelembutan suasana yang mempu menentramkan
jiwa dan hati. Ada kalanya, jiwa perlu dijaga selembut dan setenang mungkin
untuk menghindari ketegangan yang nantinya akan berakibat pada ketimpangan
hati. Untuk menelusuri
tentang suasana batin dalam cerpen “Waktu Nayla” karya Djenar Maesa Ayu
tersebut, terlebih dulu kita kenali tema, tokoh dan penokohan, serta konflik
yang terkandung di dalam cerpen tersebut.
“...Nayla sangat tidak ingin kehilangan waktu. Seperti
juga ia tidak ingin kehilangan kesempatan untuk melakukan banyak hal yang belum
sempat ia kerjakan”. “Entah kapan persisnya Nayla mulai tidak bersahabat dengan
waktu.....”.
Dalam kalimat di atas, tema tampak penggambarannya ketika
Nayla yang tidak ingin kehilangan banyak waktu dan sudah mulai tidak bisa
mengatur waktu dengan sebaik-baiknya. Sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa
tema dari cerpen “Waktu Nayla” ini adalah seorang
wanita yang mengejar waktu sebelum
kehilangan banyak hal.
Pendeskripsian tokoh dalam sebuah karya
fiksi. Seperti siapa saja tokoh yang terlibat dalam karya fiksi tersebut,
bagaimana watak dan karakter dari masing-masing tokoh, kedudukan masing-masing
tokoh dalam cerita tersebut, berkedudukan sebagai tokoh utama atau berkedudukan
sebagai tokoh tambahan. Sehingga pembaca bisa memahami secara mendalam serta
bisa menganalisis suatu cerita fiksi. Dalam
cerpen ini tampak pada kutipan kalimat dibawah ini:
“...Baru jam lima petang. Namun, langit begitu hitam.
Matahari sudah lama tenggelam. Ia menjadi muram seperti cahaya bulan yang
bersinar suram. Hatinya dirundung kecemasan.. Namun Nayla pada akhirnya
menyerah...Nayla semakin menyesal telah membuang waktu untuk sebuah pertanyaan
konyol yang sudah ia yakini jawabannya, yaitu jam lima petang...”
Dari kutipan kalimat diatas, disimpulkan bahwa sosok
Nayla ini adalah tipe mudah menyerah,
resah dan mudah cemas sampai akhirnya dia bertindak konyol dan sangat
membuang-buang waktu. Itulah salah satu karakter dari tokoh Nayla.
“...Ketika tendangan halus menghentak
dinding perutnya. Menyusui. Memandikan bayi. Bercinta malam hari. Menyiapkan
sarapan pagi-pagi sekali. Rekreasi. Mengantar anak ke sekolah. Membantu
mengerjakan pekerjaan rumah... Menuntunnya menjadi roda kebahagiaan keluarga.
Mengingatkan kapan saatnya menabur bunga di makam orang tua, kakek, nenek dan
leluhur. Membeli hadiah Natal, ulang tahun dan hari kasih sayang. Mengirim
pesan sms kepada si pencari nafkah supaya tidak terlambat makan. Memperkirakan
lauk apa yang lebih mudah dimasak supaya tidak terlambat menjemput anak di
tempat les. Bercinta berdasarkan sistem kalender, kapan sperma baik untuk
dimasukkan dan kapan lebih baik dikeluarkan di luar...”.
Dari kutipan kalimat diatas dapat disimpulkan bahwa Nayla
adalah sosok wanita yang penyayang dan
mengasihi. Ketika dia menyusui, mengantar anak pergi kesekolah, megirim sms
kepada suami waktunya makan siang, dan sebagainya. Itu sangat menunjukkan bahwa
Nayla sangat menyayangi, dan sangat mengasihi keluarganya dengan cara perhatian
yang ia berikan.
“...Membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Memarahi
pembantu...”.
Dari kutipan kalimat diatas dapat disimpulkan bahwa Nayla
adalah ibu rumah tangga yang rajin dan
disiplin. Ia membantu mengerjakan rumah seperti bersih-bersih dan memarahi
pembantu mungkin ketika pembantunya melakukan kesalahan.
“...Bahkan Nayla merasa sudah tidak punya waktu untuk
sekadar memanjakan perasaan. Tidak nongkrong bersama teman-teman. Tidak belanja
perhiasan. Tidak pergi ke klab malam... Menanti pujian dengan rasa berdebar.
Bercinta dengan rasa, jantung, dada, hati, tangan, kaki, payudara, vagina,
leher, punggung, ketiak, mata, hidung, mulut, pipi, raga, berdebar...
Dari kutipan kalimat diatas dapat disimpulkan bahwa Nayla
adalah suka membuang-buang waktu di masa
mudanya. Hidupnya terlalu bebas dan tidak terarah. Masa-masa mudanya ia
pergunakan hura-hura saja, tidak mempergunakan atau memanfaatkan waktu dengan
sebaik-baiknya. Dalam hidupnya hanya mencari kepuasan batin semata tanpa
berfikir kalau hidupnya tidaklah kekal untuk selamanya.
Latar suasana berhubungan dengan keadaan atau situasi
dalam peristiwa-peristiwa dalam sebuah karya fiksi.
Dalam cerpen ini
tampak pada kutipan kalimat dibawah ini:
“...Hatinya dirundung kecemasan... Nayla sangat tidak
ingin kehilangan waktu... Mata Nayla berkunang-kunang... Suara alarm itu,
adalah suara yang sama dengan suara dokter yang mengatakan bahwa sudah tidak
ada harapan untuk sembuh...”
Dari kutipan kalimat diatas dapat disimpulkan bahwa
cerpen Waktu Nayla ini berlatar suasana penuh ketegangan, kecemasan,
kegundahan, dan kebingungan. Karena pada kutipan kalimat di atas tergambar
dengan jelas bahwa Nayla ini cemas,
tegang, bingung karena takut ia tidak bisa melakukan hal banyak sebelum
ajal menjemputnya. Serta penuh kesedihan
dan keterharuan saat Dokter memvonis Nayla kalau umurnya tidak lama lagi
hanya menghitung hari tidak ada harapan untuk sembuh.
Selanjutnya
untuk konflik dalam cerpen Waktu Nayla tersebut dibangun oleh tiga peristiwa
kecil, yaitu (a) Nayla tidak percaya kalau sudah pukul 17.00, (b) Nayla
mengendarai mobil dengan kecepatan penuh (c) Nayla bertanya dengan gerombolan
anak muda yang sedang nongkrong.
Tiga peristiwa ini memilki hubungan
sebab akibat, yaitu Nayla yang sangat bingung dan tidak percaya bahwa hari itu
sudah pukul 17.00 menyebabkan ia ngebut dank arena masih tidak percaya dan
bingung saat itu pukul berapa ia bertanya dengan gerombolan anak-anak muda yang
sedang nongkrong. Tiga peristiwa ini masih dikembangkan menjadi beberapa
peristiwa yang lebih kecil lagi atau penjelasan-penjelasan lain yang bersifat
deskriptif.
Peristiwa (a) Nayla dirundung kecemasan
dikembangkan menjadi peristiwa yang lebih kecil lagi. Namun, dalam pengembangan
di sini lebih ditekankan pada watak dan pikiran tokoh Nayla. Nayla seorang
wanita karir yang berkecukupan, mempunyai banyak kebahagiaan tetapi tiba-tiba
saja semua kebahagiaan itu lenyap. Dijelaskan pada episode berikutnya. Sehingga
tokoh Nayla selalu sedih dan cemas bahkan ia tak percaya dengan dirinya sendiri
dan segala sesuatu yang sudah jelas benar masih saja ia ragukan yaitu waktu.
Nayla tidak percaya kalau sudah pukul 17.00, hal ini aneh karena wanita dengan
kualitas Nayla masih bingung dengan waktu.
Peristiwa (a) tersebut menyebabkan
terjadinya peristiwa (b) yaitu Nayla mengendarai mobilnya dengan kecepatan
tinggi karena ia begitu khawatir kalau waktu itu memang benar-benar pukul lima
sore. Dalam mobil Nayla berpikir bahwa saat itu memang pukul lima sore meskipun
masih terang karena cuacanya memang sedang bagus tetapi ia tetap berharap bahwa
saat itu belum pukul 17.00. Peristiwa (b) tersebut menyebabkan terjadinya
peristiwa (c) yaitu Nayla berhenti dan bertanya kepada gerombolan anak muda
yang sedang nongkrong di pinggir jalan semua anak muda yang ada disitu
memberikan jawaban yang sama hanya pada menitnya yang berbeda yakni pukul lima
sore lebih beberapa menit.
Pesan atau nasihat yang ingin disampaikan pengarang
melalui cerita. Yaitu kehidupan manusia tidaklah kekal/ abadi. Manusia haruslah
sadar akan hal itu sehigga tidak membuang-buang waktu hanya untuk berhura-hura
dan mencari kesenangan batin semata. Kita harus lebih mensyukuri hidup dengan mempergunakan
waktu dengan sebaik-sebaiknya dan melakukan hal-hal yang lebih bermanfaat,
seperti pepatah bahwa waktu itu adalah uang.
Paham yang dianut oleh sastrawan atau pengarang dalam
mengekspresikan diri untuk menghasilkan karya. Dalam cerpen ini tampak pada kutipan kalimat dibawah ini:
“...Bercinta berdasarkan sistem kalender, kapan sperma
baik untuk dimasukkan dan kapan lebih baik dikeluarkan di luar... Bersentuhan
tangan ketika memasangkan celemek di paha kekasih dengan tangan bergetar...
Memilih baju terbaik setiap ada janji dengan pacar dengan jantung berdebar.
Menanti pujian dengan rasa berdebar. Bercinta dengan rasa, jantung, dada, hati,
tangan, kaki, payudara, vagina, leher, punggung, ketiak, mata, hidung, mulut,
pipi, raga, berdebar... Nonton N’SYNC dan dipanggil ke atas panggung untuk
diberi kecupan oleh Justin Timberlake. Bertinju dengan Moehammad Ali. Mengalahkan Michael Jordan. Merebut suami
Victoria Beckham...”(hlm 2-3).
Dari kutipan kalimat diatas dapat disimpulkan bahwa
cerpen Waktu Nayla ini menggunakan aliran
Naturalisme karena melukiskan keadaan yang sewajarnya, cenderung melukiskan
keadaan yang buruk lebih dari kenyataan yang sebenarnya karena ingin memberikan
gambaran yang nyata tentang kebenaran. Pengarang tidak segan-segan melukiskan
tentang kecabulan, kemesuman secara berlebih-lebihan sehingga melampaui batas
tata susila. Sehingga aliran ini dianggap negatif dari segi pandangan seseorang
karena menonjolkan dari sisi yang di anggap tabu seperti kekerasan, seksual dan
sebagainya.
Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap unsur-unsur
intrinsik dan aliran sastra yang ditemukan dalam cerpen Waktu Nayla karya
Djenar Maesa Ayu diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa cerpen tersebut
memiliki amanat yang bisa menggugah atau mengetuk pintu hati seseorang yang
memiliki kepribadian yang buruk sehingga mempunyai kemauan dan pandangan untuk
menjadi yang lebih baik serta memiliki katerarahan hidup. Cerita ini menjadi
suatu pembelajaran hidup pada setiap insan manusia untuk bisa memanfaatkan
waktu atau kehidupan yang telah diberikan Sang Pencipta dengan sebaik-baiknya.
Dengan itulah bentuk rasa syukur kita kepada-Nya. Dalam cerpen Waktu Nayla ini
pengarang menggunakan aliran Naturalisme yang lebih menonjolkan dari sisi yang
dianggap tabu misalnya sex. Pengarang dalam cerpen Waku Nayla ini dengan tidak
segan-segan melukiskan kemesuman secara berlebihan sampai melampaui batas tata
susila. Itulah karakteristik dari cerpen Waktu Nayla karya Djenar Maesa Ayu.
Cerpen Waktu Nayla merupaka cerpen yang menggambarkan
peristiwa yang lazim terjadi di masyarakat, seperti kejadian saat Nayla diterpa
kecemasan karena didiagnosa terkena kanker. Suasana batin yang menengangkan
membuat tokoh merasakan kecemasan yang teramat dalam. Dalam keadaan seperti itu
tokoh yang merasa tertekan karena keadaan yang tidak sejalan itu, membuat tokoh
melakukan hal yang baik, yakni ingin menebus dosa-dosanya. Hal ini merupakan
ajaran baik yang disisipkan pengarang untuk selalu ingat kepada Tuhan.
Penggambaran suasana yang menonjolkan keadaan batin tokoh
yang sedang kalut namun tetap berpikir realistis yakni melakukan kebaikan,
membuat cerpen ini memiliki kelebihan, karena tidak hanya menampilkan keadaan
yang biasa dilukiskan oleh Djenar Maesa Ayu yang lebih terang dalam melukiskan
hubungan sex. Namun dalam cerpen ini, Djenar lebih menggambarkan keadaan batin
yang merasa sadar dan tidak melakukan hal yang kurang baik, ini merupakan
langkah baik yang ditempuh Djenar dalam menyampaikan pesan kepada pembaca.
0 komentar:
Posting Komentar