Mahasiswa Offering AA Angkatan 2010 Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

POTRET SOSIAL DALAM SAJAK ORANG MISKIN KARYA W.S RENDRA



POTRET SOSIAL DALAM SAJAK ORANG MISKIN
KARYA W.S RENDRA
Oleh: Cindy Reichmann A

                        Willibrordus Surendra Broto Rendra (lahir Solo, 7 November 1935) adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai "Burung Merak". Ia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967 dan juga Bengkel Teater Rendra di Depok. Semenjak masa kuliah beliau sudah aktif menulis cerpen dan esai di berbagai majalah. Rendra adalah anak dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah.
            Yahnya adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa pada sekolah Katolik, Solo, di samping sebagai dramawan tradisional, sedangkan ibunya adalah penari serimpi di keraton Surakarta. Masa kecil hingga remaja Rendra dihabiskannya di kota kelahirannya itu. Ia memulai pendidikannya dari TK (1942) hingga menyelesaikan sekolah menengah atasnya, SMA (1952), di sekolah Katolik, St. Yosef di kota Solo. Setamat SMA Rendra pergi ke Jakarta dengan maksud bersekolah di Akademi Luar Negeri. Ternyata akademi tersebut telah ditutup. Lalu ia pergi ke Yogyakarta dan masuk ke Fakultas Sastra, Universitas Gajah Mada. Walaupun tidak menyelesaikan kuliahnya , tidak berarti ia berhenti untuk belajar. Pada tahun 1954 ia memperdalam pengetahuannya dalam bidang drama dan tari di Amerika, ia mendapat beasiswa dari American Academy of Dramatical Art (AADA). Ia juga mengikuti seminar tentang kesusastraan di Universitas Harvard atas undangan pemerintah setempat.
           
Puisi karya W.S Rendra yang di kenal dengan sajak-sajaknya yang mampu serta mengkrtik pemerintahan, politik dan sosial membuat sosok penyair yang dikagumi oleh kritikus serta sastrawan bahkan penikmat sastra. Pada puisi karya W.S Rendra, dia melukiskan sajak-sajaknya mengenai keadilan di Negeri yang katanya negara hukum serta kebohongan pemimpim dalam memimpin rakyat kecil yang banyak di jumpai kelaparan dan kemiskinan dimana-mana, membuat puisi karya W.S Rendra mencoba memberitahu kepada semua orang, bahkan memberi tahu kepada semua orang yang ada di dunia ini bahwa apa yang diinginkan pemerintah melaui program-progam kerja yang mengarah pada masyarakat kecil hanyalah suatu kepalsuan belaka. Program-program yang selama ini di gulirkan para politikus hanya untuk menambah kantong mereka sendiri. Para politikus bahkan tidak melihat keadaan rakyatnya secara langsung dan hanya bekerja di baik bangunan yang mewah. Bahkan W.S Rendra memuat suatu pernyataan berikut, Hal-hal semacam inilah yang akan kutulis. Biar mereka tahu keadaan rakyat rendah senyata-nyata, biar mereka tahu apa sebenarnya yang berada di balik tempat-tempat dansa, apa yang ada di balik rumah-rumah mewah. Akan kutelanjangi dunia ini dari kepalsuan. Kita hidup dalam masyarakat, jadi harus bekerja sama. Dan kalau ada orang yang mau kaya sendiri, kalau ada orang yang mau mewah sendiri, biarlah ia hidup di hutan saja, sebagai orang biadab.
            Puisi karya W.S Rendra yang terkenal dengan sajak-sajak yang akan di sampaikan untuk semua orang serta sajak-sajak yang mencoba mengajak pembaca untuk lebih mengetahui potret sosial yang terjadi. Sajak-sajak yang dibuat tidak sembarangan sajak, bahkan dalam sajaknya terkadang terdapat unsur kritikan yang ditujukan pada pemerintah suapaya pemerintah mengetahui keadaan masyarakat kelas bawah itu seperti apa.
kelaparan adalah burung gagak
yang licik dan hitam
jutaan burung-burung gagak
bagai awan yang hitam

Allah !
burung gagak menakutkan
dan kelaparan adalah burung gagak
selalu menakutkan
kelaparan adalah pemberontakan
adalah penggerak gaib
dari pisau-pisau pembunuhan
yang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin
seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedu
melihat bagaimana tangannya sendiri
meletakkan kehormatannya di tanah
karena kelaparan

Allah !
kelaparan adalah tangan-tangan hitam
yang memasukkan segenggam tawas
ke dalam perut para miskin

Allah !
kelaparan adalah burung gagak
jutaan burung gagak
bagai awan yang hitam
menghalang pandangku
ke sorga Mu

           
Pengarang yang bernama Rendra, mencoba menyampaikan pesan kepada pembaca mengnai orang-orang lapar. Sebelum menyampaikan kelaparan apa yang dirasakannya, Rendra mencoba menggambarkan suatu kumpulan orang-orang yang mengalami kelaparan yang dia analogikan denga awan hitam. Hal itu tertuang dalam sajak berikut.

kelaparan adalah burung gagak
yang licik dan hitam
jutaan burung-burung gagak
bagai awan yang hitam

            Ketika dicermati lebih mendalam, Rendra membuat sajak demikian karena melihat gerombolan pengemis, pengamen jalan yang meminta-minta untuk mencari uang demi memperoleh sesuap nasi. Hal itu yang membuat Rendra membuat analogi seperti gerombolan burung gagak. Di kawasan kota Jakarta jika melihat pemukiman dengan penduduk yang miskin, dapat dijumpai orang-orang yang kelaparan. Jika dilihat dari jauh, perkampungan kumuh tersebut seperti awan awan hitam dimana orang-orang yang tinggal di perkampunag kumuh tersebut ialah burung gagak. Inilah yang disampaikan kepada para pembaca yakni tentang kelaparan yang melanda pada perkampungan kumuh.
            Didalam kenyataanya, burung gagak merupakan burung pemakan bangkai sisa-sisa daging yang busuk. Hal itulah yang tertuang pada bait pertama kelapatan adalah burung gagak. Melihat burung gagak yang menakutkan karena ketika kelaparan, burung itu selalu terbang kesana kemari serta mencari sisa-sisa bangkai. Sama seperti yang di tuliskan oleh Rendra pada bait berikut.

Allah !
burung gagak menakutkan
dan kelaparan adalah burung gagak
selalu menakutkan
kelaparan adalah pemberontakan
adalah penggerak gaib
dari pisau-pisau pembunuhan
yang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin

            Jika kita baca sekali lagi pada baik yang “kelaparan adalah pemberontakan”, ketika seseorang mengalami suatu kelaparan seperti ada rasa nafsu yang akan membawa kita melakukan pekerjaan. Pekerjaan yang halal bisa menjadi haram karena kelaparan bisa membunuh seseorang yang dianggap oleh orang miskin orang yang kaya raya yang bergelimpangan harta. Pada fenomena sosial, banyak kasus serta peristiwa yang termuat pada surat kabar bahwa pembunuhan banyak sekali motifnya, diantarannya karena iri, dendam, serta kelaparan. Ada seorang pemuda miskin yang mencuri ayam tetangga atau sandal bahkan uang infak di masjid untuk mebeli makanan, untuk mengenyangkan perut. Itulah yang tertuang pada bait “... pisau-pisau pembunuhan yang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin”. Sajak itu mengingatkan kita akan persitiwa yang terjadi belakangan ini di masyarakat karena faktor kemiskinan.
            Ada beberapa sajak yang membuat bingung dan sedikit susah untuk di tafsirkan dan di hubungkan dengan keadaan realita sosial yang ada.

seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedu
melihat bagaimana tangannya sendiri
meletakkan kehormatannya di tanah
karena kelaparan

            Sajak diatas contohnya. Seorang pemuda yang gagah tiba-tiba menangis tersedu karena tangannya meletakkan kehormatannya di tanah karena kelaparan. Apakah ini seperti pengemis yang meminta-minta ataukah seseorang yang kelaparan tiba-tiba mati. Tetapi jika melihat potret keadaan sosial orang miskin yang berwajah kusam, hitam serta selalu meminta-minta, seperti teringat tangan diatas berarti memberi dan tangan di bawah berarti meminta. Bisa saja Rendra mengumpamakan seperti itu. Menangis tersedu dalam artian meminta belas kasih kepada orang-orang kaya untuk minta sesuap makan supaya tidak kelaparan. Jika dikaitkan dengan itu cocok antara sajak yang di buat Rendra dengan kisah orang miskin atau pengemis.
            Ada lagi sajak yang sedikit susah jika di hubungkan dengan keadaan realita di masyarakat, yakni “kelaparan adalah iblis yang menawarkan kediktatoran” apakah pada sajak ini yang dimaksud satpol PP yang biasannya menertibkan pengemis untuk tidak mencari rejeki di tempat sembarangan buat hidupnya atau ini adalah potret pemerintah yang tidak melindungi masyarakat kelas bawah. Diktaktor cenderung kepada pemerintah yang memerintah dengan semena-mena tanpa memperhitungkan dan mengabaikan orang-orang lemah. Apapun yang terjadi harus ikut apa yang dikatakan pemerintah. Pada zaman orde baru pemerintah cenderung diktaktor tetapi banyak penduduk desa yang menyukai gaya kepemimpinan era orde baru. Sulit jika di hubungkan dengan realita yang ada karena banyak pertentangan pada kompleknya permasalahan pada masyarakat.
            Sajak Rendra tentang tawas ini sebenarnya seperti jika di lihat hubungannya dengan realita sosial seperti orang kelaparan yang makan apa adanya. Perhatikan sajak berikut.

Allah !
kelaparan adalah tangan-tangan hitam
yang memasukkan segenggam tawas
ke dalam perut para miskin

            Sajak itu mirip dengan gejala sosial dimana orang-orang yang kelaparan mencoba mengais-ngais sampah yang kotor untuk mencari sisa-sisa makanan. Itulah mengapa dalam sajaknya Renda terdapat sajak “.... tangan-tangan hitam” mereka mencari nasi di dalam sampah untuk bisa di masukkan kedalam perut orang-orang miskin. Pada hubungannya dengan potret sosial, orang miskin di sekitar kita, ketika tidak mendapatkan rejeki atau makan, mereka memilih jalan akhir yakni mengais rejeki di tempat sampah. Anak jalanan yang mereka beri nama geng atau komunitas Punk, mencari makanan juga dari tempat sampah.
            Pada semua sajak orang lapar selalu menyebutkan kata Allah. Itu merupakan doa orang miskin kepada sang pencipta supaya tidak di beri rasa kelaparan. Hal itu di perkuat pada bait puisinya Rendra  berikut, “Allah.. kami berlutu. Mata kami aalah mata Mu. .... perutmu lapar ya Allah....” itu merupakan orang sedang melakukan doa. Mereka berlutut, sujud kepada sang pencipta untuk meminta belas kasihan supaya tidak di beri rasa kelaparan. Hubungan dengan peristiwa sosial ini banyak sekali. Tidak hanya kelaparan saja, orang yang sedang di uji maupun orang yang kesusahan dililit hutangpun tak jauh beda dengan sajak yang di buat pada Rendra.
            Orang miskin berdoa kepada allah sambil membayangkan betapa nikmatnya dihadapannya terdapat hidangan nasi panas dan semangkuk sop dan segelas kopi hitam. Ini merupakan sajak yang tertuang pada puisi yang di buat Rendra. Kalau orang menginginkan sesuatu lalu dia membayangkan, biasa hal itu terjadi pada relaitas sosial. Tidak hanya pada orang miskin saja tetapi orang kayapun juga tak jauh berbeda. Mereka juga membayangkan kenikmatan yang akan mereka peroleh jika apa yang mereka inginkan terpenuhi. Perhatikan sajak berikut.

Allah !
kelaparan adalah burung gagak
jutaan burung gagak
bagai awan yang hitam
menghalang pandangku
ke sorga Mu

            Sorga memiliki hubungan tentang kenikmatan yang tiada batasnya. Kenikmatan abadi serta kesenangan abadi. Orang miskin mencoba berdoa kepada Allah supaya mendapatkan kenikmatan yang pada puisi Rendra di analogikan kepada SorgaMu. Hubungannya sorga dengan kenikmatan sangat erat. Banyak orang bilang kalau negara Indonesia merupakan sorga dunia. Seperti itulah kenikmatannya. Untuk itulah melalui pendekatan mimetik, penulis mencoba menghubungkan sajak yang dibuat oleh Rendra dengan realitas kehidupan sosial yang tak jauh dari sekitar kita.
            Pada puisi W.S Rendra yang terkenal akan potret realitas kehidupan sosial yang tertuang dalam sajak-sajak Rendra. Kita sebagai pembaca, penikmat, dan kritikus sastra dapat mengetahui apa yang hendak disampaikan pengarang terhadap pembaca. Dalam puisi Sajak Orang Miskin, kami melakukan potret kehidupan sosial dengan cara mengetahui hubungan puisi Sajak Orang Miskin dengan realitas kehidupan sosial yang ada.
            Sajak yang di buat Rendra memiliki hubungan sosial kepada masyarakat kelas bawah atau orang yang termasuk golongan miskin. Serta merasakan penderitaan orang miskin bagaimana orang-orang miskin atau pengamen merasakan kelaparan yang melanda dirinya. Hal itu tertuang dalam puisinya Sajak Orang Miskin. Orang miskin mencoba berdoa kepada Allah untuk diberikan suatu kenikmatan hidup sambil membayangkan betapa nikmatnya kalau bisa makan sesuap nasi. Itulah merupakan hubungan puisi Rendra yang berjudul Sajak Orang Miskin dengan kehidupan sosial para pengemis maupun orang miskin yang kelaparan. Pada hubunagn dengan relaitas sosial di masyarakt, hal itu sangat banyak di temui tidak hanya di kota besar seperti Jakarta tetapi dapat di temuakan pada lingkungan sekitar.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar