PENDIDIKAN
KARAKTER DALAM PUISI ANAK KARYA AMING AMINOEDHIN
(beberapa
catatan karya Aming Aminoedhin sang pecinta dunia anak)
Oleh: Redhitya Wempi Anshory
Kreativitas tak henti-hentinya mengalir dari sesosok mahluk ciptaan tuhan
yang satu ini, anugerah dan bakat yang tersemat dalam jiwa dan raganya mengalir
dalam nadi darahnya bakat tentang dunia sastra yang telah digelutinya sejak
lama. Sebuah karya yang indah yang muncul dari imajinasinya akan keindahan
anugrah tuhan kepada mahluk kecil, lucu dan tak berdosa yaitu anak-anak menjadi
inspirasinya untuk menuntun penanya bergerak melukiskan kata-kata yang indah
untuk sajak-sajaknya. Tidak banyak kita temui penyair atau sastrawan yang
mengangkat dunia anak untuk tema atau bahkan tujuan penulisan karya tersebut
untuk anak-anak, kebanyakan dari sastrawan selalu mengangkat hal-hal yang
berbau politis, kritik sosial, cinta bahkan hal-hal yang remeh-temeh, Sapardi Djoko Damono pernah menyampaikan kritik
sosial di dalam karya sastra itu seperti lebah tanpa sengat dan sekarang ini
dunia kreatifitas kita terbelenggu pada situasi yang absurd. Setiap orang
berlomba-lomba untuk membuat karya yang dianggap aneh bahkan menyimpang
sehingga karyanya disebut berbeda dengan yang lain, tapi sosok Aming masih setia
dengan puisi tentang anak-anak, mengangkat tema-tema tentang pendidikan
karakter untuk anak-anak. Proses kreatif yang timbul melalui setiap
sajak-sajaknya merupakan harmonisasi kata yang indah membentuk unsur metafora
yang indah pula, dengan kata-kata yang secara semantis tidak berbelit-belit,
unsur kata yang penuh dengan renungan untuk pembaca terutama anak-anak. Kumpulan
sajaknya yang berjudul Sajak Kunang-Kunang dan Kupu-Kupu yang diterbitkan oleh
forum sastra bersama Surabaya pada tahun 2008. Pada karya inilah yang akan
dikupas habis hingga akar-akarnya tentang proses kreatifnya dan juga tentang
sejauh kecintaannya terhadap dunia anak sehingga dapat menghasilkan karya
spektakuler untuk anak-anak Indonesia khususnya. Aming merupakan sosok ayah
yang sangat perduli terhadap anak-anaknya ini terbukti dengan menjadikan
anak-anaknya sebagai inspirasi penciptaan sajak dalam puisi-puisinya. Dalam
sajak-sajaknya juga ia tulis pengalaman masa kecilnya yang mungkin dengan
sengaja sebagai proses berbagi inspirasi untuk anak-anak zaman sekarang.
Sosok Aming Aminoedhin
Mungkin sebagian dari kita masih belum mengenal secara jelas sosok ini,
sosok sastrawan dari jawa timur yang mungkin belum seterkenal WS. Rendra,
Chairil Anwar Sapardi JD dan lain sebagainya, tapi sumbangsihnya terhadap karya
sastra mungkin dikatakan hampir sama perannya atau bahkan mungkin lebih, karena
kebanyakan sastawan jarang sekali yang mengangkat tema kepolosan dan kecerian
dunia anak sebagai proses kreatifnya, kebanyakan dari mereka lebih mengangkat
dunia kritik sosial dan cinta. Katakanlah Rendra pernah sesekali mengangkat
dunia anak dalam beberpa sajaknya tapi dengan maksud dan tujuan yang berbeda
konteks anak dalam puisi Rendra mungkin berbeda, konteks anak dalam puisi-puisi
Rendra digunakan sebagai metafor untuk menunjukan makna tertentu yang fungsinya
tetap menunjukan ciri khasnya sebagai kritikus sasial lewat karya sastra seperti
dalam puisi-puisi pamfletnya. keadaan yang berbeda ditunjukan oleh sosok Aming
yang datang dengan membawa suatu suasana yang baru yang berbeda dengan
tema-tema yang ditulis sastrawan pada zaman itu, dia datang dengan membawa
bekal kecintaan terhadap dunia anak-anak dengan kepolosan dan kelucuan tingkah
yang terduga dan sulit ditebak seperti sajak yang ia tulis pada bagian depan
sampul kumpulan puisinya “sajak kunang-kunang dan kupu-kupu” yang
mendeskripsikan tentang anak-anak
Anak adalah
yang tak pernah lelah bergerak
Anak adalah
kertas putih tanpa noda
Dunia anak
adalah dunia bermain gerak
Dunia anak
adalah dunia tanpa dibantui kata dosa
Dunia anak
adalah dunia tanpa tepi
(Aming Aminoedhin,
2008)
Seperti dalam
kutipan pembukaan dalam kumpulan puisinya gambaran anak yang dibayangkan Aming
sebagai inspirasi untuk menulis sajak-sajak tentang anak. Kepolosan, gerak
bebas seorang anak yang menuntun penanya untuk menggembala metaforanya ke dalam
ladang penulisan sajak yang indah. Sumbangsihnya terhadap dunia sastra mungkin
boleh dikatakan sudah cukup lama dalam mengarungi samudra sastra beserta
gelombangnya, karena Aming bergelut di dunia sastra sejak tahun 83. Untuk
pembuktiannya lagi tentang sosok Aming bahwa dunia sastra telah melekat dalam
jiwanya, ia pernah menimba ilmu bahasa dan sastra Indonesia di bangku kuliah
untuk menajamkan dan mematangkan konsep dan teorinya dalam dunia sastra. Dia
menimba ilmu pada fakultas sastra Universitas sebelas Maret Surakarta (UNS)
semasa kuliah dia juga aktif dalam kegiatan teater bahkan pernah mendapat
predikat “aktor terbaik” festival drama se-jawa timur tahun 1983 dari paguyuban
teater persada Ngawi .Aming merupakan sosok yang berperan penting dalam dunia
sastra di wilayah Surabaya dan Jawa Timur khususnya. Ini terbukti bahwa ia
pernah menjabat biro sastra-dewan kesenian Surabaya, ketua hp-3-n (himpunan
pengarang, penulis dan penyair nusantara) jatim, coordinator fass (forum
apresiasi sastra Surabaya), dan penggagas kegiatan malam sastra Surabaya atau
yang disingkat “malsasa” di dewan kesenian Surabaya. Bahkan untuk membuktikan
bahwa dia bukan orang sembarangan di dunia sastra dia pernah dijuluki atau
diberi predikat “presiden penyair jawa timur” oleh doctor kentrung Suripan Sadi
Hutomo almarhum. Dari banyaknya pengalaman yang telah ia dapat dalam dunia
sastra, khususnya sastra Indonesia, dia sering kali mengisi ceramah atau
seminar-seminar tentang sastra Indonesia di wilayah jawa timur. Sudah sangat
terbukti kredibilitasnya dalam dunia sastra tidak hanya isapan jempol belaka.
Dalam dunia puisi anak yang notabene merupakan sebuah ekplorasi batin pengarang
yang dirasakan ketika yang bersangkutan menjadi anak-anak atau bahkan melaui
proses pendekatan terhadap dunia anak telah diramu menjadi sebuah sajak-sajak
dengan bahasa sederhana, dengan bahasa anak-anak yang mudah dipahami oleh anak-anak.
Pada hakikatnya penciptaan karya sastra harus memenuhi kegunaan praktis baik
sebagaimana sarana menumbuh kembangkan kreativitas, sarana menanamkan
nilai-nilai moral dan karakter, dalam bahasa teknisnya karya sastra ini harus
memenuh unsur dulce dan utile yang artinya keindahan dan
kebermanfaatan. Secara garis besar memang karya-karya Aming sangat cocok
digunakan untuk memupuk nilai moral, nilai-nilai sosial anak yang sekarang
dunia pendidikan gadang-gadangkan sebagai pendidikan karakter melalui karya
sastra, yang pada hakikatnya merupakan kapling dari orang-orang pengampu
pendidikan agama. Dengan seiring berkembangnya zaman kebutuhan pendidikan
karakter menjadi sangat dibutuhkan untuk mengatasi kebobrokan zaman yang
tergerus oleh modernisasi yang tidak bisa dihentikan lajunya yang terkadang
modernisasi ini menjadi sesuatu yang tidak cocok dengan budaya Indonesia tapi
karena proses bombardir pengaruh yang begitu dasyatnya mau tidak mau laju
modernisasi harus diterima dengan konsekuensi banyak nilai-nilai budaya yang
hilang dan tergerus oleh proses ini. untuk melawan reaksi tersebut memerlukan
serangan dalam beberapa lini termasuk memberdayakan karya sastra untuk memberikan
nilai-nilai karakter. Berbicara mengenai puisi anak mungkin ini terobosan yang menarik untuk
memperkokoh pendidikan karakter yang ditanamkan ke dalam karya sastra khususnya
puisi. Mungkin tujuan ini yang akan dilakukan oleh Aming sebagai presiden
sastra yang harus bisa memberdayakan sesuatu yang ia tekuni sejak lama
memberikan sesuatu yang bermanfaat untuk bangsa dan Negara. Dengan karya yang
tidak banyak sastrwan Indonesia lakukan yang mengangkat dunia anak sebagai tema
dalam pembuatan karyanya.
Pendidikan Karakter
Melalui Puisi
Mungkin sebagian dari kita semua
sudah tidak asing lagi mendengar kata pendidikan karakter, baik di lingkup
keluarga atau bahkan di lingkungan pendidikan. Pendidikan karakter yang kini
sedang digalakan oleh pemerintah dengan cara menggerakan setiap unsur dan
elemen pemerintahan dari segi pendidikan dan kebudayan. Pemerintah melakukan
hal ini karena bangsa ini sedang mengalami krisis moral, krisis sosial dan
krisis nurani. Negara ini yang dikenal dunia dengan Negara multikultural yang
sangat menghargai keberagaman dan sangat menjunjung tinggi nilai toleransi,
ternyata sudah mulai terkikis habis sedikit- demi sedikit yang tersisa sekarang
tinggal kebobrokan moral yang sekrang dalam proses penyembuhan dan perbaikan
dari berbagai lini dengan merevitalisasi pendidikan karakter yang digalakan
pada generasi muda termasuk dalam dunia pendidikan. Dalam hal ini terdapat
terobosan baru tentang pendidikan karakter mealui karya sastra, sadar atau
tidak suatu pendidikan moral yang disisipkan melalui suatu karya itu akan
berdampak positif pada penikmatnya, pada proses ini akan terjalin komunikasi
satu arah antara penulis karya dengan pembaca terjalin transfer kode-kode yang
dituliskan dan akan diserap melalui pembaca dengan skemata yang dimilikinya
kemudian secara bersamaan akan memengaruhi alam bawah sadar pembaca dalam
kegiatan inilah proses pengaruh terjadi. Pembaca akan meresapi setiap makna dan
pesan dalam karya dan sadar atau tidak ini akan mengontrol perilakunya dalam
segala hal baik dari segi tindakan maupun sikap. Mungkin hal iniliah yang
disadari oleh sosok Aming sebagai orang yang bergelut di dunia sastra, dia
ingin menjadikan karyanya sebagai penyambung pendidikan moral bagi anak-anak
yang membaca karyanya. Melalui puisi-puisinya Aming memberikan pesan-pesan
lewat metafora sederhana yang ditata rapi dengan bahasa yang mudah dipahami
oleh anak-anak. tampaknya Aming sadar betul melalui puisi ini yang disisipi
pesan-pesan moral akan membuat anak lebih menerapkan pesan yang telah ia terima
dari pada omelan atau tuturan langsung dari orang tuanya. Dalam puisinya yang
terdapat dalam kumpulan “Sajak Kunang-Kunang dan Kupu-Kupu” Aming banyak
menyisipkan pesan-pesan moral yang sangat berguna bagi anak-anak yang membaca
untuk memperdayakan pendidikan karakter melalui karya sastra dalam konteks ini
adalah puisi, seperti yang terdapat dalam puisi berikut
FAJAR SUBUH
Memerah warna
langit ditimur
Ada perasaan
mengucap puji syukur
Adzan
berkumandang berirama
Indah terdengar
ditelinga
Suara sipakah
itu?
Mengajak
lebih baik sholat
Dari pada
tidur mendengkur
Ibuku telah
bermukena putih
Bersama
rukuhnya, sedang
Ayah
bersarung kopiah
Tak perduli
dingin cuaca
Tanpa peduli
embun jatuh menyentuh
Di
belakangnya aku bersarung sendiri
Ikut
melangkah pasti
Fajar subuh
dingin menyentuh
di masjid tua itu, sholat shubuh berjamaah
lantas
melantunkan doa-doa
bersama ibu
bapak
dengan khusuk
dengan suntuk
dalam puisi
tersbut jelas dapat dilihat bahwa maksud penulis adalah menanamkan nilai-nilai
agama atau religius kepada anak-anak secara ekplisit dengan bahasa yang mudah
dan indah tanpa bermaksud bersifat menggurui dengan di sajikan rangkaian
kalimat sebagai modeling, bahwa ada seorang anak yang menceritakan kisahnya
ketika sholat shubuh di masjid bersama ayah ibunya.
Suara sipakah
itu?
Mengajak
lebih baik sholat
Dari pada
tidur mendengkur
Pada kutipan
diatas jelas sebagai nilai yang dapat digunakan untuk menyadarkan sisi kejiwaan
dari seorang anak dengan membaca bait dari puisi tersebut bahwa sholat itu
lebih baik dan lebih mendapatkan pahala yang banyak dari Tuhan dari pada anak
yang di waktu sholat hanya tidur.
Nilai Kasih
Sayang dalam Puisi
Dalam kutipan puisi berikut terdapat nilai
kasih sayang yang mencoba ditanamkan oleh Aming sebagai sarana penyambung
nilai-nilai mealui karya sastra
KADO ULTAH
ADIKKU
Saat sekolah
telah pulang
Aku lihat di
halaman sekolah
Masih ada
penjual ikan koki
Berdagang
Kuraba saku,
masih ada uang sakuku
Guna membeli
seekor koki
Di dalam
plastik
Berisi air,
berenang melonjak
Si koki
tampak senang sekali
Tiba di rumah
Kuberikan
koki pada adikku
Sebagai kdo
ultahnya hari ini
Betapa riang
adikku
Melonjak-lonjak
girang bagai si koki
Dari puisi
tersebut jelas terlihat nilai kasih sayang yang ditanamkan oleh penulis kepada
pembaca dalam hal ini adalah anak-anak. kasih sayang yang digambarkan seorang
kakak kepada adiknya yang penuh cinta dan kasih sayang. Seorang kakak yang
ingat hari ulang tahun adiknya dengan ditambah merelakan uang sakunya untuk
dibelikan kado untuk adiknya yang sedang berulang tahun. Meskipun dengan kado
yang sederhana berupa ikan mas koki.
BUKU ITU
GUDANG ILMU
Di dalam buku
Kubaca segala ilmu
Dari soal bahasa,
tata karma
Sastra dan
juga matematika
Buku adalah
sahabatku
Kubaca setiap
waktu
Saat
istirahat sekolah
Dan juga saat
libur sekolah
Buku, kata
mamaku
Adalah
gudangnya ilmu
Maka membaca
buku
Seperti
membuka
Jendela
dunia, semua
Ilmu kau
pasti akan tahu
Dari puisi
tersebut maksud penulis ingin menyampaikan dan mengajarkan kepada anak-anak
untuk menjadi seorang yang rajin membaca, karena buku merupakan gudanya ilmu,
jendela ilmu pengetahuan. Dari puisi tersebut dapat ditarik suatu pembelajaran
untuk anak-anak supaya untuk menjadi anak yang pandai harus sering membaca
buku, dengan membaca buku akan tahu tentang dunia. Dari segi bahasa penulis
menggunakan bahasa yang lugas dengan di sisipi beberapa metafora yang sederhana
yang masih mudah dipahami eoleh anak-anak. puisi tersebut mempunyai sambungan
dengan puisi yang lain yang diciptakan Aming, yaitu pada puisi yang berjudul
“Jendela Dunia” puisi ini merupakan sambungan dari puisi diatas karena secara
makna dan judul mempunyai korelasi kontinuitas. Berikut ini adalah puisinya
JENDELA DUNIA
Almari
bapakku dipenuhi buku
Kata ibu,
semua buku-buku itu
Adalah
jendela dunia
Jika aku mau
baca
Segala ilmu
akan kusua
Ternyata
benar, kata ibu
Selepas
buku-buku kubaca
Dunia tampak
ada di sana
Ada yang
hitam dan putih
Ada yang
senang dan sedih
Jadi kawan!
Bacalah buku
agar kau
Bertemu
segala ilmu
Baca dan
bacalah buku
Karena buku adalah
jendela dunia
Sejuta ilmu
pasti kau sua
Secara semantis
atau makna dari puisi tersebut mempunyai makna yang berkelanjutan dengan puisi
yang berjudul “buku itu gudang ilmu” karena memeng puisi merupakan puisi yang
sengaja dibuat secara bersambung. Secara pesan atau amanat yang terkandung juga
memiliki kesamaan, yaitu penulis ingin menyampaikan kepada anak-anak dengan
membaca buku mereka akan tahu dunia, karena buku adalah jendela dunia. Aming
menggunakan bahasa yang lugas juga dalam puisi ini dengan sedikit sentuhan
metafora dan makna kias yang tidak terlalu berat untuk anak-anak.
Penutup
Seorang sastawan dari Jawa Timur
yang mendedikasikan hidupnya untuk dunia seni khususnya dunia sastra telah
membawa sosok ini pada sebuah karya masterpiece yang dipersembahkan
khusus untuk dunia anak-anak. puisi-puisinya sangat berguna bagi tumbuh kembang
anak Indonesia sebagai calon penerus bangsa, karena terdapat muatan pendidikan
karakter di dalam puisi-puisi yang ia ciptakan. Tidak banyak sastrawan
Indonesia yang khusus menulis puisi untuk anak-anak, karena kebanyakan
sastrawan besar lebih menekankan penulisan karya-karyanya pada kritik sosial,
cinta dan hal-hal yang berbau politis yang sudah umum sastrawan lakukan untuk
menyuarakan teriakan-teriakan orang banyak melalui media karya. Pada posisi ini
Aming lebih memilih alternatif lain dalam hal tema untuk menulis puisi yang
tentunya lebih berguna, seperti yang telah diketahui tidak banyak puisi untuk
anak-anak dan hal menyebabkan ketidak seimbangan dalam proses pengkaryaan
khususnya dalam konteks ini puisi. Banyak anak-anak dalam perlombaan membaca
puisi menggunakan puisi-puisi untuk remaja yang bertemakan cinta dan bahkan
puisi-puisi untuk orang dewasa ini merupakan ironi yang harus dihindari,
berangkat dari hal itu Aming memutuskan untuk menulis puisi untuk anak-anak
yang disisipi pendidikan karakter, pendidikan moral, pendidikan agama dan lain
sebagainya.
3 komentar:
sungguh apik ulasannnya!
saya jadi seperti tersanjung dibuatnya!
ada lagi puisi bicara buku, bertajuk "akulah itu yang diam" yang bicara buku adalah baik jika dijadikan kado ultah. dan puisi ini telah dimusikalisasikan oleh para guru yang lagi workshop di malang tahun 2012 lalu. hasilnya, apik dan menarik, serta telah diunggah di youtube.
sekedar info, 2013, saya bersama 4 penyair jatim menerbitkan "surat untuk bunda" memuat 121 sajak anak. sungguh, saya tak merasa sehebat itu. saya pikir, saya biasa-biasa saja dalam menulis puisi. tapi yang pasti pakai rasa nurani hati.
salam sastra mencerahkan dunia!
(aming aminoedhin, penulis buku sederhana itu)
cak, bagaimana jika aku ijin share tulisan ini untuk dimuat di bloggerku 'amingaminoedhin.blogspot.com'
boleh apa nggak? biar dibaca para guru-guru!
aku tunggu jawabannya cak!
Tulisanmu keren Wem...Joss gandos
Posting Komentar