Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia Dalam Potret
Kehidupan Sosial Masa Kini
Karya: Febri Dwi Hariyanto
I.
Pendahuluan
Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia merupakan salah satu
sajak yang terdapat dalam kumpulan sajak Potret Pembangunan Dalam Puisi karya
W.S Rendra. Sajak ini ditulis berdasarkan peristiwa kerusuhan besar-besaran di
Jakarta pada bulan Mei 1998, tepatnya disebut sebagai tragedi Trisakti. Dalam
sajak ini, Rendra menggunakan pilihan kata yang “sangat pedas” dan sarat akan
sindiran-sindiran “tajam” yang ditujukan kepada pemerintah dan aparat keamanan
negara saat itu akan sikap mereka yang sewenang-wenang dan tidak mau meredam kemarahan
massa yang membabi buta serta menunjukkan perilaku yang sangat buruk, terutama dalam
hal kehidupan sosial-politik dan ekonomi yang terkesan seenaknya sendiri,
sehingga menimbulkan kesenjangan sosial dalam masyarakat dan menyebabkan
masyarakat bergejolak dengan melakukan aksi demo yang berujung pada kerusuhan
besar-besaran. Sajak tersebut ditulis Rendra pada tanggal 17 Mei 1998 di
Jakarta dan dibacakan di gedung DPR keesokan harinya, tanggal 18 Mei 1998.
Singkat cerita
mengenai peristiwa kerusuhan besar-besaran yang terjadi pada saat itu. Pada bulan
Mei 1998 di Indonesia tepatnya pada tanggal 12-13 Mei 1998 terjadi kerusuhan di
Jakarta. Saat itu, betapa dahsyatnya kerusuhan yang terjadi para demonstran
yang terdiri dari berbagai lapisan masyarakat menyerang dan melakukan aksi
brutal yang menyebabkan semua infrastruktur bangunan (gedung-gedung,
rumah-rumah penduduk) hancur lebur dan banyak korban berjatuhan. Betapa amuk
massa sangat menyeramkan yang terjadi sepanjang siang dan malam hari pada tanggal
12 Mei dan semakin parah pada tanggal 13 Mei siang hari, setelah pemerintah
mengumumkan secara resmi pada masyarakat bahwa ada salah seorang mahasiswa yang
tertembak mati oleh aparat keamanan negara. Sampai pada akhirnya tanggal 15 Mei
1998 di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia terjadi kerusuhan
besar-besaran tak terkendali yang mengakibatkan ribuan gedung, toko maupun
rumah di kota-kota Indonesia hancur lebur dirusak dan dibakar massa. Sebagian
mahasiswa mencoba menenangkan masyarakat, namun tidak dapat mengendalikan
banyaknya massa yang marah. Mereka meninggal karena terjebak dalam kebakaran di
gedung-gedung dan juga rumah yang dibakar oleh massa. Ada pula yang
psikologisnya terganggu karena peristiwa pembakaran, penganiayaan, dan
pemerkosaan terhadap etnis Cina maupun yang terpaksa kehilangan anggota
keluarganya saat kerusuhan terjadi. Sangat mahal biaya yang ditanggung oleh
bangsa ini. Lebih mirisnya lagi, sampai saat ini siapa yang menjadi pemicu atau
penghasut kerusuhan ini belum diketahui. Demikianlah cerita sedih dan pilu yang
menjadi tolok ukur Rendra dalam menulis puisi Sajak Bulan Mei 1998di Indonesia.
Berikut adalah puisi W. S.
Rendra yang berjudul Sajak Bulan Mei 1998
di Indonesia.
Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia
W. S. Rendra
W. S. Rendra
Aku tulis sajak ini di bulan gelap raja-raja
Bangkai-bangkai tergeletak lengket di aspal jalan
Amarah merajalela tanpa alamat
Kelakuan muncul dari sampah kehidupan
Pikiran kusut membentur simpul-simpul sejarah
O, zaman edan!
O, malam kelam pikiran insan!
Koyak moyak sudah keteduhan tenda kepercayaan
Kitab undang-undang tergeletak di selokan
Kepastian hidup terhuyung-huyung dalam comberan
O, tatawarna fatamorgana kekuasaan!
O, sihir berkilauan dari mah kota raja-raja!
Dari sejak zaman Ibrahim dan Musa
Allah selalu mengingatkan
bahwa hukum harus lebih tinggi
dari ketinggian para politisi, raja-raja, dan tentara
O, kebingungan yang muncul dari kabut ketakutan!
O, rasa putus asa yang terbentur sangkur!
Berhentilah mencari Ratu Adil!
Ratu Adil itu tidak ada. Ratu Adil itu tipu daya!
Apa yang harus kita tegakkan bersama
adalah Hukum Adil
Hukum Adil adalah bintang pedoman di dalam prahara
Bau anyir darah yang kini memenuhi udara
menjadi saksi yang akan berkata:
Apabila pemerintah sudah menjarah Daulat Rakyat
apabila cukong-cukong sudah menjarah ekonomi bangsa
apabila aparat keamanan sudah menjarah keamanan
maka rakyat yang tertekan akan mencontoh penguasa
lalu menjadi penjarah di pasar dan jalan raya
Wahai, penguasa dunia yang fana!
Wahai, jiwa yang tertenung sihir tahta!
Apakah masih buta dan tuli di dalam hati?
Apakah masih akan menipu diri sendiri?
Apabila saran akal sehat kamu remehkan
berarti pintu untuk pikiran-pikiran kalap
yang akan muncul dari sudut-sudut gelap
telah kamu bukakan!
Cadar kabut duka cita menutup wajah Ibu Pertiwi
Airmata mengalir dari sajakku ini.
Sajak ini dibuat di Jakarta pada tanggal 17 Mei 1998 dan
dibacakan Rendra di DPR pada tanggal 18 Mei 1998
Bangkai-bangkai tergeletak lengket di aspal jalan
Amarah merajalela tanpa alamat
Kelakuan muncul dari sampah kehidupan
Pikiran kusut membentur simpul-simpul sejarah
O, zaman edan!
O, malam kelam pikiran insan!
Koyak moyak sudah keteduhan tenda kepercayaan
Kitab undang-undang tergeletak di selokan
Kepastian hidup terhuyung-huyung dalam comberan
O, tatawarna fatamorgana kekuasaan!
O, sihir berkilauan dari mah kota raja-raja!
Dari sejak zaman Ibrahim dan Musa
Allah selalu mengingatkan
bahwa hukum harus lebih tinggi
dari ketinggian para politisi, raja-raja, dan tentara
O, kebingungan yang muncul dari kabut ketakutan!
O, rasa putus asa yang terbentur sangkur!
Berhentilah mencari Ratu Adil!
Ratu Adil itu tidak ada. Ratu Adil itu tipu daya!
Apa yang harus kita tegakkan bersama
adalah Hukum Adil
Hukum Adil adalah bintang pedoman di dalam prahara
Bau anyir darah yang kini memenuhi udara
menjadi saksi yang akan berkata:
Apabila pemerintah sudah menjarah Daulat Rakyat
apabila cukong-cukong sudah menjarah ekonomi bangsa
apabila aparat keamanan sudah menjarah keamanan
maka rakyat yang tertekan akan mencontoh penguasa
lalu menjadi penjarah di pasar dan jalan raya
Wahai, penguasa dunia yang fana!
Wahai, jiwa yang tertenung sihir tahta!
Apakah masih buta dan tuli di dalam hati?
Apakah masih akan menipu diri sendiri?
Apabila saran akal sehat kamu remehkan
berarti pintu untuk pikiran-pikiran kalap
yang akan muncul dari sudut-sudut gelap
telah kamu bukakan!
Cadar kabut duka cita menutup wajah Ibu Pertiwi
Airmata mengalir dari sajakku ini.
Sajak ini dibuat di Jakarta pada tanggal 17 Mei 1998 dan
dibacakan Rendra di DPR pada tanggal 18 Mei 1998
Melihat cerita singkat peristiwa bulan Mei 1998, seakan jelas tergambar
betapa menakutkan dan menyeramkannya peristiwa di kala itu karena banyak massa
yang ikut dalam aksi kerusuhan tersebut, banyak korban berjatuhan dan
tergeletak di jalan, darah berceceran, bau anyir darah bercampur jadi satu di
udara, gedung-gedung dan rumah-rumah ludes terbakar. Lalu, bagaimana kaitan
antara peristiwa kerusuhan bulan Mei 1998 dengan sajak yang ditulis oleh W.S.
Rendra yang berjudul Sajak Bulan Mei 1998
di Indonesia. Marilah kita coba memahami secara lebih dalam lagi mengenai
isi puisi Sajak Bulan Mei 1998 di
Indonesia. Apabila kita membaca dan memahami secara mendalam keseluruhan
isi sajak, maka sajak inipenuh akan kata-kata yang “sangat pedas” dan sarat dengan
sindiran-sindiran “tajam”.
Pilihan kata
yang “sangat pedas” dan sindiran-sindiran “tajam”dalam sajak tersebut secara
keseluruhan merupakan ungkapan isi hati dan pikiran serta pengalaman langsung
Rendra dalam melihatdan menyaksikan peristiwa kerusuhan yang terjadi di kala
itu. Apabila kata-kata “pedas” dalam sajak tersebut dirangkai dan kemudian kita
baca secara mendalam, maka kita akan dapat menafsirkan atau memberi makna
tersendiri bagi sajak W.S. Rendra tersebut. Berkenaan dengan pemaknaan puisi,
maka makna yang terkandung dalam sajak Bulan
Mei 1998 di Indonesia secara keseluruhan ialah sindiran yang ditujukan
kepada pemerintah dan aparat keamanan negara akan sikap mereka yang acuh,
sewenang-wenang dan terkesan “angkat tangan” yang tak mau meredam kemarahan terhadap
aksi kebrutalan massa pada saat kerusuhan. Selain itu, mereka (para penguasa)
memberikan contoh perilaku yang tidak baik kepada rakyatnya. Perilaku tidak
baik tersebut terlihat dari aksi para demonstran yang berujung pada kerusuhan.
Hal tersebut sangat terlihat nyata dari kutipan sajaknya /Apabila pemerintah sudah menjarah Daulat Rakyat/ apabila cukong-cukong
sudah menjarah ekonomi bangsa/apabila aparat keamanan sudah menjarah
keamanan/maka rakyat yang tertekan akan mencontoh penguasa/lalu menjadi penjarah
di pasar dan jalan raya/.Tidak hanya contoh sikap yang tidak baik, sajak
ini juga menggambarkan sikap ketidakadilan yang ditujukan terutama pada kaum etnis
Cina, sehingga kaum etnis Cina banyak yang menjadi korban kerusuhan. Hal
tersebut terlihat dari kutipan sajak /Bangkai-bangkai
tergeletak lengket di aspal jalan/Amarah merajalela tanpa alamat/ Kelakuan
muncul dari sampah kehidupan/. Jadi, dapat disimpulkan bahwa isidari sajak
Rendra tersebut ialah sindiran “keras dan tajam” terhadap sikap pemerintah
dalam menghadapi situasi sosial-politik dan ekonomi yang terjadi pada saat itu
yang dianggap tidak bisa memberikan solusi terbaiknya.Bahkan terjadi kerusuhan
besar-besaran yang tidak dapat diredam hingga akhirnya banyak menimbulkan
korban jiwa dan kerugian material yang tak terhingga.
Sekilas
itulah makna yang tersirat dari sajak Bulan
Mei 1998 di Indonesia. Lalu, bagaimanakah kaitan antara sajak tersebut,
makna yang terkandung didalamnya, dan peristiwa yang melatarbelakangi lahirnya
sajak tersebut, apabila kita kaitkan dan renungkan dengan kehidupan sosial
masyarakat di masa kini? Dalam usaha mengaitkan sajak tersebut dengan kehidupan
sosial masyarakat saat ini diperlukan pendekatan atau penghubung dalam
mengaitkan isi sajak dengan kehidupan sosial masyarakat saat ini. Pendekatan
yang cocok dengan keadaan kehidupan sosial masyarakat saat ini dengan isi sajak
Bulan Mei 1998 di Indonesia ialah
pendekatan mimetik. Pendekatan mimetik merupakan pendekatan yang memahami karya
sastra dalam hubungannya dengan realitas dan aspek sosial kemasyarakatan. Dalam
karya sastra tidak dapat kita pisahkan dengan kehidupan masyarakat yang ada,
pada dasarnya penulis adalah bagian dari sebuah struktur masyarakat.
Dalam menulis
sajak ini, Rendra sangat berperan di dalamnya. Seperti sudah dijelaskan di
atas, bahwa Rendra sebagai penulis sajak ini telah mengungkapkan isi hati dan
pikirannya serta pengalaman langsungnya dalam melihat dan menyaksikan peristiwa
kerusuhan yang terjadi di kala itu. Kehidupan sosial masyarakat di masa
sekarang bisa dikatakan tidak ubahnya seperti kehidupan sosial di tahun 1998,
tepatnya pada bulan Mei 1998 saat terjadi kerusuhan besar-besaran. Kehidupan
sosial masyarakat yang akhir-akhir ini terjadi di Indonesia, sangat mirip
dengan kejadian peristiwa tahun 1998 tepatnya pada bulan Mei. Banyak sekali
kejadian-kejadian yang disebabkan oleh hal sepele yang kemudian menjadi suatu
masalah atau konflik yang besar dan berujung pada kerusuhan. Kerusuhan yang
terjadi akhir-akhir ini di berbagai belahan dunia semakin merajarela dan
“mengganas”, tak terkecuali di negeri kita sendiri, Indonesia. Seperti sudah
dikatakan sebelumnya bahwa Indonesia akhir-akhir ini banyak sekali mengalami
konflik yang disebabkan oleh hal-hal sepele dan berujung pada kerusuhan. Dampak
dari kerusuhan tersebut sangatlah besar, diantaranya banyak korban berjatuhan,
tempat tinggal ludes terbakar, dan harta benda tak ada yang tersisa satu pun. Selain
itu, dampak terbesar lainnya ialah terganggunya sisi psikologis seseorang yang
mengalami tekanan mental dan batin dari adanya konflik yang berujung pada
kerusuhan tersebut.
III.
Penilaian
Demikianlah serangkaian keseluruhan isi sajak,
makna yang tersirat, dan peristiwa yang melatarbelakangi lahirnya sajak
tersebut. Dengan membaca dan menghayati seluruh serangkaian isi sajak tersebut,
sudah sepatutnya kita sebagai pembaca sekaligus penikmat sastra memberikan apresiasi
yang tinggi kepada Sajak Bulan Mei 1998
di Indonesia karya Rendra. Apresiasi yang tinggi tersebut sudah sepatutnya
diberikan karena ada beberapa alasan yang mendasari, diantaranya sajaknya yang
sangat bagus dan spektakuler dengan digunakannya pilihan kata yang “pedas” dan
“tajam” sarat akan sindiran yang ditujukan kepada sikap pemerintah saat itu.
Selain itu, sajak ini juga menggambarkan secara nyata dan jelas akan dahsyatnya
peristiwa kerusuhan saat itu, dan semakin terlihat nyata apabila kita kaitkan dengan
kehidupan sosial masyarakat saat ini yang masih “terbalut” dalam “bingkai”
kekerasan yang berujung pada kerusuhan. Semoga dengan adanya peristiwa
kerusuhan di bulan Mei 1998, dapat kita jadikan sebagai cermin kedepannya agar
kita sebagai masyarakat yang majemuk dan sosial tidak lagi menjadi masyarakat
yang suka “berperang mulut” dan mengadu domba satu sama lain yang menyebabkan
konflik dan berujung pada aksi kerusuhan.
5 komentar:
Good !
:-)
apa yg bisa dikomentari
Kutipan yang bagus dari puisi ini apa??
mantap
makasih udah kasih puisinya
Posting Komentar