PERTEMUAN TAK TERDUGA
ANTARA PERAWAN BAGAI PERAK DAN SI JAGO CINTA
Oleh: Nurus Dwi Ariska
Berkembangnya dunia sastra di
Indonesia membuat Indonesia semakin mengenal jenis-jenis karya sastra yang ada.
Globalisasi juga berpengaruh dalam masuknya karya-karya sastra asing ke dalam
Indonesia. Banyak karya-karya asing yang disadur dalam bahasa Indonesia oleh
tokoh-tokoh sastra yang ada. Beberapa tokoh yang pernah mengalihbahasakan karya
sastra asing menjadi karya sastra dalam bahasa Indonesia, diantaranya W.S
Rendra, Toto Sudarto Bachtiar, dan Sapardi Djoko Damono. Karya-karya sastra
asing yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi milik
Indonesia.
Banyak tokoh-tokoh legendaris sastra yang sebenarnya memanfaatkan
pengetahuan yang didapatkannya dari kehidupan sastra asing sebagai bahan
penciptaan yang akan dijadikan sebuah bentuk karya sastra. Seperti halnya yang
dilakukan oleh Sapardi Djoko Damono dalam menerjemahkan lakon "Pagi
Bening". Prof. Dr. Sapardi Djoko
Damono (lahir di Surakarta, 20 Maret 1940; umur 73 tahun) adalah seorang
pujangga Indonesia terkemuka. Ia dikenal dari berbagai puisi-puisi yang
menggunakan kata-kata sederhana, sehingga beberapa di antaranya sangat populer.
Ia menikah dengan Wardiningsih dan dikaruniai seorang putra dan seorang putri.
Masa mudanya dihabiskan di Surakarta (lulus SMP Negeri 2 Surakarta tahun
1955 dan SMA Negeri 2 Surakarta tahun 1958). Pada masa ini ia sudah menulis
sejumlah karya yang dikirimkan ke majalah-majalah. Kesukaannya menulis ini
berkembang saat ia menempuh kuliah di bidang Bahasa Inggris di Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta. Sejak tahun 1974 ia mengajar di Fakultas Sastra
(sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, namun kini telah
pensiun. Ia pernah menjadi dekan di sana dan juga menjadi guru besar. Pada masa
tersebut ia juga menjadi redaktur pada majalah "Horison",
"Basis", dan "Kalam".
"Pagi Bening"
merupakan sebuah naskah drama komedi yang diterjemahkan oleh Sapardi Djoko
Damono. Naskah drama ini hanya satu babak yang diangkat dari Tanah Spanyol.
"Pagi Bening" yang merupakan sebuah naskah drama komedi ditulis oleh
Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero. Berikut sedikit sinopsis mengenai naskah
drama "Pagi Bening" karya Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero yang
diterjemahkan oleh Sapardi Djoko Damono.
Dahulu di kota Valensia
tinggallah seorang pemuda bernama Don Gonzalo. Dia mempunyai cerita cinta
dengan wanita yang tinggal di Villa Maricella yang juga berada di kota yang
sama. Wanita itu bernama Laura Liorento yang mempunyai julukan "Perawan
Bagai Perak". Sementara itu, Gonzalo mempunyai julukan "Si Jago
Cinta". Mereka saling jatuh cinta akan tetapi mereka tidak dapat bersama.
Laura memiliki kebiasaan suka menyendiri di jendela kamarnya. Dari sana dia
biasanya bertemu dengan Gonzalo dan bercakap-cakap dengannya. Gonzalo
berpendapat bahwa Laura merupakan seorang gadis yang ideal, manis bagai kembang
lilia, rambutnya yang hitam sungguh membuat Gonzalo sangat mengaguminya.
Tubuhnya yang ramping menambah rupawan sosok seorang Laura Liorento.
Akan tetapi, Laura yang mendapat
segala sanjungan dan pujian dari Gonzalo, tidak berpikir demikian. Dia berpikir
bahwa dia merupakan seorang gadis malang yang gagal dalam urusan percintaan.
Setiap pagi, Gonzalo datang dengan naik kuda menemui Laura dari jendela
kamarnya untuk melemparkan seberkas bunga yang segera disambut oleh Laura. Dan
tak lama dari itu ketika Gonzalo lewat di bawah jendela itu lagi, dia mendapat
balasan bunga dari seorang Laura. Laura dijodohkan oleh keluarga dengan
saudagar yang tidak ia cintai sama sekali. Hingga sampai di suatu malam ketika
Gonzalo mendatangi jendela kamar Laura untuk menemuinya, saudagar yang
dijodohkan dengan Laura telah menunggu di sana. Tidak disangka saudagar itu
memaki-maki Gonzalo dan membuat Gonzalo marah, sehingga terjadilah pertengkaran
yang tidak dapat dielakkan lagi. Ketika matahari terbit, di tepi pantai, saudagar
itu luka parah sehingga harus membuat Gonzalo bersembunyi dan melarikan diri.
Pada suatu hari bertemulah
kembali Laura Liorento dan Don Gonzalo di sebuah taman terbuka di Madrid,
Spanyol. Tidak disangka-sangka mereka duduk di bangku yang sama di taman itu
dan berbagi cerita tentang masa lalu keduanya. Awalnya kedua orang ini tidak
sadar kalau yang mereka ceritakan adalah diri mereka sendiri, akan tetapi lama
kelamaan keduanya pun sadar bahwa orang-orang yang diceritakan merupakan
dirinya sendiri, dan anehnya mereka tidak mau mengakui bahwa mereka sendirilah
yang menjadi topik perbincangan pagi itu.
Naskah Drama "Pagi
Bening" karya Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero yang diterjemahkan oleh
Sapardi Djoko Damono ini menarik untuk saya ulas kembali dalam sebuah esai,
karena saya rasa ceritanya unik dan lucu yang dikemas dalam sebuah naskah yang
ringan untuk dibaca. Dalam esai ini akan dipaparkan isi dengan dukungan unsur
intrinsik melalui pendekatan objektif. Akan tetapi, unsur intrinsik yang
digunakan tidak secara keseluruhan hanya tokoh-penokohan dan amanat saja. Dimulai
dari tokoh dan penokohan dalam naskah drama "Pagi Bening". Tokoh
dalam naskah drama ini hanya ada empat orang, yaitu Laura Liorento atau Donna
Laura, Don Gonzalo, Petra, dan Juanito.
Seperti yang telah diceritakan
dalam sinopsis di atas, Laura dan Gonzalo dahulunya merupakan pasangan kekasih
yang tidak direstui hubungannya oleh orang tua Laura karena dianggap tidak
sederajat. Kemudian Laura dijodohkan dengan saudagar kaya yang akhirnya saudagar
itu berkelahi dengan Gonzalo dan mendapat luka parah. Kejadian itu membuat
Gonzalo bersembunyi dan melarikan diri agar tidak mendapat hukuman. Hingga
suatu hari mereka berdua ditemukan kembali di sebuah taman terbuka di bangku
yang sama. Sementara itu, Petra adalah pembantu Laura yang selalu menemaninya
kemana pun Laura pergi. Tidak hanya Laura yang memiliki pembantu setia, Gonzalo
juga mempunyainya, ia bernama Juanito. Seperti halnya Petra, Juanito juga
selalu menemani Gonzalo kemana pun ia pergi
Tidak ada yang berubah dari
keduanya, yaitu Laura dan Gonzalo, sifat kedua orang itu masih sama. Laura
memiliki sifat yang baik dan ramah, penyayang binatang, kelihatan sekali bahwa
perangainya menunjukkan bahwa dia adalah seorang bangsawan. Tindak tanduknya
sungguh anggun nan mempesona, dan dia tidak pernah kasar kepada orang. Dalam
memperlakukan pembantunya pun dia sangat baik dan bijaksana. Dia memberikan
waktu pembantunya untuk menemui kekasihnya yang sedang berada di taman itu
juga. Hal ini tergambar dari cuplikan berikut.
( DONNA LAURA MASUK, BERPEGANGAN TANGAN
PADA PETRA. TANGANNYA YANG LAIN MEMBAWA PAYUNG YANG JUGA UNTUK TONGKATNYA )
LAURA : Aku
selalu merasa gembira sekali di sini. Syukur bangkuku tidak ditempati orang
lain. Duhai, pagi yang cerah! Cerah sekali.
PETRA : Tapi
matahari agak panas, Senora.
LAURA : Ya,
kau masih duapuluh tahun (ia duduk di
bangku belakang). Aku merasa lebih letih dari biasanya (melihat petra yang nampak tak sabaR),
pergilah kalau kau ingin ngobrol dengan tukang kebunmu itu!
PETRA : Dia
bukan tukang kebunku, Senora, dia tukang kebun taman ini!
LAURA : Ia
lebih tepat disebut milikmu daripada milik taman ini. Cari saja dia. Tapi
jangan sampai terlalu jauh hingga tak kau dengar panggilanku.
PETRA : Saya
sudah melihatnya di sana, menanti.
LAURA : Pergilah,
tapi jangan lebih dari sepuluh menit!
PETRA : Baik,
Senora (berjalan ke kanan)
LAURA : Hei,
nanti dulu!
PETRA : Ada
apa lagi, Senora?
LAURA : Berikan
remah-remah roti itu!
PETRA : Ah,
pelupa benar aku ini!
LAURA : (senyum) Aku tahu! Pikiranmu sudah lekat
ke sana, heh, si tukang kebun itu!
PETRA : Ini,
Senora (mengeluarkan bungkusan roti.
Keluar ke kanan)
LAURA : Adios!
(memandang ke arah pepohonan).
Ha, mereka datang. Mereka tahu kapan mesti datang menemui aku (bangkit dan menyerahkan remah-remah roti).
Ini buat yang putih, ini untuk yang coklat, dan ini untuk yang paling kecil
tapi kenes. (tertawa dan duduk lagi
memandang merpati yang sedang makan). Ah, merpati-merpati yang manis.
Itu yang besar mesti lebih dulu, kentara dari kepalanya yang besar, dan itu ...
aduh , kenes benar. Hai, yang satu itu selesai mematuk terus terbang ke dahan.
Bersunyi diri. Agaknya ia suka berfilsafat. Tapi dari mana saja mereka ini
datang? Seperti kabar angin saja! Meluas dengan mudah. Ha, ha, jangan
bertengkar. Masih banyak. Besok kubawakan yang lebih banyak lagi!
Dari sedikit cuplikan naskah
drama di atas, dapat diketahui pula sifat pembantu Laura, yaitu Petra. Petra
merupakan pembantu yang setia kepada Laura. Dia selalu menemani Laura kemana pun
Laura pergi. Dia selalu senang ketika Laura mengajaknya pergi ke taman pada
pagi hari, karena di sana ada seorang tukang kebun yang ia cintai. Petra
sedikit pelupa, hal itu terlihat ketika ia lupa memberikan remah roti kepada
Laura yang akan digunakan untuk memberi makan burung merpati.
Sementara itu, Gonzalo memiliki
sifat yang egois, congkak, dan tidak sabaran. Sifat egois itu tergambar ketika
bangku di taman tersebut yang biasanya ia gunakan untuk menyendiri digunakan
oleh tiga orang pendeta yang sedang bercakap-cakap dan tidak segera pergi.
Gonzalo menyuruh pembantunya yang bernama Juanito untuk mengusirnya. Akan
tetapi, Juanito tidak mau karena tidak mungkin untuk mengusir orang di taman
terbuka yang juga menjadi milik umum. Dari kejadian itu pula tergambar sifat
Gonzalo yang congkak dan tidak sabaran yang akhirnya dia memutuskan untuk duduk
di samping Laura. Hal ini tergambar dari cuplikan berikut.
(don gonzalo dan juanito masuk dari kiri. Gonzalo bergantung sedikit
pada juanito. Kakinya bengkak, agak di seret)
GONZALO : Membuang-buang
waktu melulu! Mereka itu suka benar bicara yang bukan-bukan.
JUANITO : Duduk
di sini sajalah, senior. Hanya ada seorang wanita.
(dona laura menengok dan mendengarkan)
GONZALO : Tidak,
Juanito. Aku mau tersendiri.
JUANITO : Tapi
tak ada .
GONZALO : Yang
di sana itu kan milikku!
JUANITO : Tiga
orang pendeta duduk di sana, Senior!
GONZALO : Singkirkan
saja mereka! ... ... ... Sudah pergi!
JUANITO : Tentu
saja belum! Mereka tengah bercakap-cakap.
GONZALO : Seperti
merekat pada bangku saja mereka itu! Heh, tak ada harapan lagi, Juanito. Mari!
JUANITO : (menggandeng ke arah merpati-merpati)
Dari sedikit cuplikan naskah
drama di atas, dapat diketahui pula sifat pembantu Gonzalo, yaitu Juanito. Juanito
merupakan pembantu yang setia kepada Gonzalo. Dia selalu menemani Gonzalo
kemana pun ia pergi. Juanito juga sabar dalam menghadapi majikannya yang sedikit
rewel hampir dalam segala hal. Misalnya saja dalam menentukan tempat duduk
seperti dalam cuplikan di atas. Dia selalu sabar menuntun Gonzalo dalam mencari
tempat duduk yang ia mau, hingga akhirnya dia kembali ke tempat duduk semula di
tempat Laura duduk.
Selain penokohan, dari naskah
drama "Pagi Bening" juga dapat diambil amanat positif yang dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Amanat yang dapat diperoleh dari naskah
drama di atas adalah kita harus ramah pada setiap orang meskipun orang itu
mempunyai perangai yang kurang baik. Dalam kehidupan sosial, kita tidak boleh
memiliki sifat egois yang terlalu berlebihan. Meskipun pada dasarnya setiap
manusia mempunyai sifat egois, akan tetapi ada baiknya jika dapat mengendalikan
sifat egois itu agar tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Tidak
hanya itu saja, mengakui kesalahan yang telah diperbuat juga harus kita lakukan.
Kita juga harus mempertanggungjawabkan kesalahan yang telah kita perbuat.
Meskipun hasil akhirnya kita akan mendapat hukuman, berlari dari masalah yang
ada di kehidupan merupakan sifat seorang pengecut yang tidak patut untuk
dicontoh. Sabar dalam melakukan segala hal juga harus kita lakukan. Jika kita
sabar dalam menghadapi segala hal atau masalah yang ada, maka kita akan
mendapatkan hasil yang memuaskan.
Naskah drama ini memberikan pesan yang ingin disampaikan
pengarang kepada pembaca. Dari naskah drama ini pembaca dapat memperoleh
pembelajaran mengenai kehidupan sehari-hari. Selain itu, naskah drama ini juga
memberikan pembelajaran mengenai bagaimana kita seharusnya bersikap kepada
semua orang. Dalam kehidupan sehari-hari kita dituntut untuk ramah kepada semua
orang agar tidak disangka orang yang sombong atau congkak. Dalam bermasyarakat
kita juga tidak boleh egois karena sifat egois yang terlalu berlebih dapat
merugikan diri sendiri maupun orang lain. Dalam menghadapi berbagai cobaan yang
ada atau masalah yang datang dalam kehidupan, hendaknya kita harus bersikap
sabar dan tawakal. Selain itu, kita juga harus berani mengakui kesalahan yang
pernah kita perbuat dan harus berani bertanggungjawab dari kesalahan yang telah
diperbuat, meskipun hasil akhirnya kita akan mendapat hukuman dari perbuatan
kita. Naskah drama ini baik untuk dibaca oleh semua orang, karena dalam naskah
drama ini kita dapat belajar mengenai banyak hal dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat. Tidak hanya itu saja, naskah drama ini dikemas secara menarik dalam
bentuk sebuah naskah drama komedi dan dengan bahasa yang ringan, akan tetapi
pesan yang ingin disampaikan juga masih dapat terlihat.
0 komentar:
Posting Komentar